Jumat, 28 Februari 2025

DAYAK LOTUD BERDOMISIL DI NEGERI BAGIAN SABAH MALAYSIA

NusaNTaRa.Com         

byAsnISamandaK,     M   i   n   g   g   u,    0   1       M    a    r    e    t     2   0   2   5

Dayak Lotut  (Suang Lotud)  merupakan Sub Suku Dayak  Rumpun  Dusunic  yang tanah  asalnya berada di  bagian  Pantai Barat  Negeri Sabah  (Malaysia).    Masyarakat  Lotud  tersebar   luas dia kota - kota  Sabah  bagian  barat  seperti  Daerah  Tuaran,  Telipok,  Tamparuli,  hingga  sebagian kecil  kecil  di  Kota  Belud  (Tampasuk).

Secara Linguistik maka  masyarakat   Dusun Lotud   termasuk  dalam  rumpun besar  Borneo Utara  (bahasa  dari cabang  Melayu - Polinesia  dalam  rumpun  bahasa  Austronesia).   Dan jika ditinjau  dari khasanah  budaya,  masyarakat Dusun Lotud  digabungkan  dalam  kelompok  Kadazan  Dusun.

Menurut  cerita,  maka nama Lotud  berasal dari  perkataan  OTUD  yang  berarti  LUTUT.   Hal ini  bermula dari  Poristiwa  masa lampau  yang menyebutkan  Gadis  Lotud  gemar  berpakaian hingga mencapai ke Paras Lutut,  hingga  oleh orang - orang  luar  suku ini  disenut   Otud / Lotud.

Hingga  kini  orang - orang Lotud  paling  banyak  di kawasan   Tuaran,  mewarisi  enam  jenis  rumah  Tradisionil  (Lamin)  yaitu  Lamin Kopio  dikenali sebagai Rumah Biasa,  Sulap - sulap  (pondok),   Tinupak,  Pinopintod,  Kinubu,  dan  Tanaru.   Setiap  rumah mempunyei enam (6)  bahagian   iaitu  Soliu  atau  ruang tamu,  Soriba  (kolong),  Rapuhan  (dapur),  Kawas  (atas),  Pantaran  (ruang laluan) dan  Tilud  (tingkat atas).

Lamin Tanaru  suku Dayak Lotud

Kegiatan  tradisi ekonomi  masyarakat ini adalah  Budidaya  Padi  berupa  kegiatan bersawah dan  berladang,  bercocok tanam  sayur - sayuran dan  menangkap Ikan.   Tariang  Mongigol  Sumayau  adalah   tarian  yang  sangat  terkenal  bagi masyarakat  Dusun  Lotud.

Peserta  Kaamatan  (menuai)  dirayakan  sebagai  ucapan  syukur atas  panen  padi  oleh masyarakat  Dusunic  termasuk  Lotud,  namun  juga  dirayakan  semua  Sub Suku Dayak yang  ada di Negeri bagian  Sabah.   Pesta Kaamatan  disambut  sepanjang  bulan  MEI  dengan  puncak  perayaannya  adalah  Unduk Ngadau,  Tarian Tradisi,  hingga  upacara  adat yang dijalankan  oleh  Bobohizan  (pendeta adat).

Sumber  lain menyebutkan  Dayak  Dusunic  termasuk  Lotud  berkerabat jauh  dengan suku  Bunun  (Taiwan).   Teori lain mengatakan  migrasi  bangsa  Lotud  berkaitan  dengan  Berunai  di masa  lampau yang  mengisahkan  peperangan  antara  Berunai  dengan  Melanau.

Pada abad  13,  masyarakat yang berbahasa  Dusunic  di Berunai sangat  besar.   Kemungkinan,  orang Lotud  adalag  satu dari  kelompok  Dusunic  yang melarikan  diri dari  Berunai.   Mereka  hijerah  Filipina   dan tinggal  sementara di sana,  ketika  Kerajaan  A - Lako  Melanau berjaya  dikalahkan  oleh   Alak Betatar,  maka merekapun kembali ke Borneo. 

Ritual Mamahut Pagun  suku DAYAK LOTUD

Dayak  Lotud sub enis suku dayak di  Sabah.

Mengenakan busana adat hingga lutud Bawah.


Rabu, 26 Februari 2025

GOLONGAN BISSU MEMEGANG PERANAN PONTING DALAM BUDAYA MASYARAKAT BUGIS

NusaNTaRa.Com          

byBasruLDatUMabusunG,    K  a  m  i  s,   2   7     F   e   b   r   u   a   r   i     2  0  2  5              

Komunitas bissu menggelar tari Sere Bissu Maggiri pada sebuah acara
pernikahan adat di Soppeng, Sulawesi Selatan, Minggu (17/7/2022)


Kaum BISSU,    keberadaannya tak dapat dilepaskan dari budaya dan tradis yang dijalankan Suku Bugis,   seiring dengan sejarah Suku Bugis yang mengenal kepercayaan kepada pemilik semesta dan kehidupan jauh sebelum agama - agama yang ada saat ini masuk ke wilayah Sulawesi Selatan.   Dalam  masyarakat Suku Bugis, Bissu dipercaya sebagai orang suci yang menjadi penghubung antara manusia dan pencipta dan dianggap memiliki pengetahuan tentang berbagai tradisi dan kearifan hidup.

Bahkan pada masa lalu, Bissu sempat memegang peran sangat penting dalam berbagai kegiatan ritual dan upacara adat disuatu kampung.  Karena itu, biasanya seorang Bissu sangat paham dan di pegang masyarakat  dalam penyelenggaraan  tata cara penyelenggaraan upacara acara adat dalam suatu kampung, baik secara filosofi maupun teknis.

Siapakah Bissu  ?

Bissu adalah sebutan bagi pemimpin ritual agama Bugis kuno,  berasal dari istilah Bissu  dari kata ‘bessi’ yang dalam bahasa Bugis memiliki arti bersih.   Hal ini merujuk pada kondisi bissu yang tidak berdarah, suci (tidak kotor), karena mereka tidak haid layaknya perempuan,  namun ada pula yang menyatakan bahwa kata bissu berasal dari kata Bhiksu atau Pendeta Buddha.   Petsy Jessy Ismoyo, peneliti dari Indonesian Consortium for Religious Studies, Yogyakarta, menyebutkan bahwa dalam kepercayaan masyarakat Bugis kuno (Attoriolong), terdapat jumlah gender berbeda dengan umumnya di Indonesia saat ini (gender biner), salah satunya Bissu.

Selain Bissu (androgini atau interseks yang menjadi pemuka agama)m ada juga oroanĂ© (pria), makkunrai (wanita), calalai (priawan), calabai dan (waria).   Dari lima jenis gender tersebut, gender calabai atau calalai dapat menjadi seorang Bissu,  meski  dari berbagai calabai, hanya golongan calabai tungke’na lah yang dapat meraihnya. Calabai tungke'na lino, merupakan calabai yang memiliki derajat tertinggi.    “  Seorang calabai harus menerima berkah dari para dewa untuk mencapai level itu  ”,  Ujar SiGaluH  P Jessy I,  menjelaskan.

Bissu juga  memiliki pembagian menjadi tiga sesuai hirarki, yaitu Puang Matowa, Puang Lolo, dan Ana’Bissu.   Untuk menjadi Puang Matowa atau kepala Bissu, seseorang harus terlebih dahulu melalui Puang Lolo,  “ Puang Lolo mewarisi seluruh pengetahuan dari puang matowa ”,  Ujar SiGaluH  Jessy dengan Ahmadernya (Manisnya).    Ia juga mengatakan bahwa kedua Bissu tersebut dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Ana’Bissu.

Sejarah Keberadaan Bissu

Bissu memimpin upacara pernikahan
Masa kejayaan bagi kaum Bissu dicapai  saat kerajaan pra-Islam di tanah Bone (1623 – 1605 M),  dimana bissu menempati posisi terhormat di dalam masyarakat Bugis sebagai penasihat spiritual kerajaan  dan menjadikan  seorang Bissu bukanlah orang sembarangan dan dipercaya merupakan anugerah dari dewata.

Menurut pakar filologi Universitas Hasanuddin dan penerjemah La Galigo, Prof Nurhayati Rahman,  bahwa sebenarnya, peran Bissu masih penting sebagai penjaga peradaban,  sehingga  tidak heran jika Suku Bugis di Sulawesi Selatan memandang Bissu semacam pendeta atau rohaniawan.   Seorang Bissu umumnya menyatukan karakter maskulinitas dan feminin. Suku Bugis menyebut seseorang yang memiliki percampuran gender perempuan dan laki-kaki, lebih tepatnya laki-laki yang memiliki identitas gender perempuan, dengan sebutan calabai.

Nurhayati juga menjelaskan bahwa dalam naskah La Galigo, jelas disebutkan tentang Bissu  yang  turun ke bumi bersama To Manurung serta  orang pertama yang turun ke bumi bese Manurung, turun pula arajang (istana), bendera, senjata, dan beragam benda kerajaan.   Bissu  memegang peran penting  penjaga barang kerajaan, dan dianggap orang suci.   Karena itu, mereka menjadi rohaniawan dan penghubung antara manusia dan dewa langit (Botti Langi) dan dan dewa bawah laut (Buri’ Liung).

Berdasarkan Kitab La Galigo, Bissu diturunkan karena manusia tidak dapat berhubungan dengan penciptanya,  membuat lara Sang Pencipta, sehingga ia pun menurunkan manusia tanpa kelamin yang jelas, untuk memimpin upacara adat keagamaan.    Bissu pertama yang menjadi penghubung antara manusia dengan dewata bernama Lae-lae, dan sejak itu, Bissu menyebar ke seluruh wilayah Sulawesi Selatan termasuk Bone.

Peran Bissu di Masa Lalu dan Sekarang

Di era pra-Islam, Bissu  golongan yang sangat penting dan sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat Bugis  mereka  menyandang tanggung jawab dalam semua upacara keagamaan yang dilaksanakan untuk memuji Sang Pencipta.  Upacara adat keagamaan Mat Temu Taung (upacara syukuran diakhir tahun) menjadi salah satu upacara yang bergantung pada peran Bissu.   Upacara tradisional yang bermakna mencari keselamatan dan perlindungan dari sang pencipta ini harus dipimpin oleh Bissu.

Di Kerajaan Segeri dan Kerajaan Bone dikenal komunitas Bissu dengan sebutan Bissu Patappuloe (40 orang bissu), pada setiap upacara ritual, semua Bissu itu diharuskan hadir.   Pentingnya peran Bissu pada masa lalu membuatnya diberi rumah tinggal dalam kompleks istana dan lahan pertanian, bahkan segala keperluan hidup mereka disiapkan kerajaan.   Namun saat terjadi pergolakan DI/TII di tahun 1950-an, para Bissu menjadi incaran pasukan Kahar Muzakkar.

Mereka memberantas para bissu karena dianggap penyembah berhala dan tidak sejalan dengan syariat Islam.   Saat itu, ribuan perlengkapan upacara dibakar atau ditenggelamkan ke laut, sementara banyak dukun (sanro) dan Bissu dibunuh atau digunduli, lalu dipaksa menjadi laki-laki normal.   Penderitaan mereka masih berlanjut ketika Orde Lama (Orla) ditumbangkan oleh rezim Orde Baru (Orba) pada tahun 1965  karena  mereka yang percaya akan kesaktian arajang menjadi tertuduh penganut komunis atau anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Gerakan yang dikenal dengan nama “Operasi Toba” (Operasi Taubat) gencar terjadi pada tahun 1966,  sehingga  upacara Mappalili mengalami kemunduran,c sementara upacara-upacara Bissu tidak lagi diselenggarakan secara besar-besaran dan Bissu bersembunyi dari ancaman maut,   Bissu di Bone perlahan kembali muncul karena masyarakat masih memahami perannya.

Ketika pelantikan Raja Bone A Mappanyukki yang merupakan Raja Bone terakhir, Bissu juga diminta untuk memimpin upacara pelantikan,   di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, peran Bissu masih digunakan terutama dalam pertanian, yaitu untuk menentukan hari baik saat benih pertama ditabur.  Kembalinya fungsi Bissu dalam acara ritual Bugis, sesungguhnya melalui pengorbanan yang panjang  dan  tak lepas dari fungsi sosial para Bissu yang masih terekam dalam masyarakat.

Kaum BISSU,  dalam Tarian Maggiri menggunakan 
Keris di tusukan ke tubuhnya


BISSU Golongan ritual masyarakat Bugis.

Mereka bukan dari golongan wanita dan Lelaki khas.

 

Senin, 24 Februari 2025

DITEMUKAN LUKISAN TERTUA PERTAMA DAN KEDUA DI DUNIA

NusaNTaRa,Com             
byLaSikUAgaY,   S  e  l  a  s  a,   2  5    F  e  b  r  u  a  r  i    2   0   2   5        
     






Ditemukan puluhan Lukisan Tangan Manusia,  yang  diketemukan di  gua - gua  Indonesia  beru - baru  ini  berhasil  diidentifikasi  sebagai  lukisan  yang tertua di dunia.  Temuab ini  membawa  satu  lagi wawasan  yang baru mengenai  perkembangan  sejarah  lukisan  seni  manusia   purba  di tanah air  indonesia  paun  di luar  nageri.
Penelitian yang dilakukan oleh  para  Tim  Arkeolog   Internasional   itu  telah dapat  mengungkapkan   bahwa  semua  lukisan  -  lukisan   ini berasa   dari   sekitar  51.000   tahun yang  telah lalu  dan  sekitar  44.000  tahun yang telah   berlalu dan cukup lama  itu.   Diperkirakan lukisan tersebut   di  Gua Leang  Karampuang,  Maros   Pangkep,   provinsi  Sulawesi  Selatan  dan  yang  satunyan lagi diketemukan  pada   Gua   Leang  Timpuseng,  Provinsi   Sulawesi  Selatan  Indonesia  dan satu  pengungkapan  lagi sejarah dananah Air dan  Dunia tentang lukisan.
Lukisan  Tertua dan  Pertama  di Dunia
Pada  Juli  2024  yang telah  lalu  telah  telah dilakaukan  publikasi   sebagai  suatu  pentahapan   penelitian   mengenai  lukisan yang tertua  bukan saja di  tanah  air  Indonesia tempat  penelitian  tetapi   juga  didunia.    Penelitian  mengenai  lukisan  yang  tertua  di dunia  ini  dilakukab  oleh  tim   Penelitian  Badan  Riset  dan  Inovasi Nasional  (BRIN),   Griffith  University  dan  Southren  Cross  University.   Tim  Penelitian  ini  diketuai  ADHI AGUS  OKTAVIANA  (Ahli  seni  cadas Indonesia  Indonesia  dari  BRIN). 
Lukisan  pertama di dunia ini  menggambarkan   tiga  figur  manusiai  yang menyerupai  manusia  yang  sedang  berinteraksi  dengan  seekor Baby  hutan.   Penemuan  lukisan ini  terietak  di  Gua Kapur .Leang  Karampuang,  Maros  Pangkep,  Sulawesi  Seletan,  Iindonesia.   "  Penemuan lukisan  Leang  Karampuang  telah  berumur  sekiranya  51,200  tahun.   Lukisan  ini juga  dianggap  memiliki  implikasi  penting  terkait  pemahaman   asal - usul  seni  paling  awal  ",   Ujar  Oktaviana tegas.
Tim  peneliti  menggunalan  metode  analisis  mutakhir  melalui  ablasi  laser  U - Series  (LA - U - Series)  untuk  menentukan  umur  lukisan.   Met0de  ini digunakan  untuk  memperoleh  pertanggalan   akurat  pada  lapisan  Kalsium  K ARBONAT  yang  terbentuk  di atas  lukisan.     
Dari hasil analisis  diperoleh  penanggalan  paling awal  lukisan  ini adalah   51.200  tahun  yang lalu.   Berdasarkan hasil  peneltian,  lukisan  ini  di  Gua Jeang Karampuang  diyatakan  menjadi  lukisan  tertua di dunia.    
Oktaviana  dan  Tim Griffith University  mengindikasikan  bahwa lukisan  Gua  yang bersifat  naratif  merupakan  bagian  penting  dalam  budaya  Seni  manusia  awal  Indonesia pada  masa itu.   Mereka  sepakat  pada  dasarnya manusia  sudah  memiliki  kemampuan  untuk berkomunikasin dalam  bentuk  cerita  sejak  lebih  dari   51.200  tahun,   namun karena  kata - kata  tidak  bisa  menjadi  fosil batumaka  yang tertinggal  hanyalah  penggalan  dalam  bentuk seni,
Lukisan tertua Kedua di  Dunia.
Lukisan  tertua kedua  di dunia  ini  menampilkan  gambar  eangan  manusia  yang dicetak  dengan  menggunakan pigmen alami'   Dalam  prosesnya  manusia  purba  kemungkinan  besar  merupakan  pigmen  ke tangan  mereka  yang  diletakkan  ke permukaan  batu.   Lukisan  ini  adalah  salah  satucontoh  awal  ekspresi  artistik  manusia  yang  tidak  hanya  berfungsi  sebagai  bentuk komunikasi,  tetapi  juga sebagai  bagian  dari  ritual  budata  pada  masa itu.     



    








Kamis, 20 Februari 2025

TELINGAAN ARUU TRADISI TELINGA PANJANG BORNEO, HAMPIR TENGGELAM DIGERUS ARUS MODERNISASI

NusaNTaRa.Com              

byKulaIAgabaG,   K   a   m   i   s,    2   0     F   e   b   r   u   a   r   i     2   0   2   5                 

Telingaan Aruu (Telinga Panjang)  suku Dayak Borneo
DAYAK.    Telah diketahui bahwa NusaNTaRa. yang terletak di bawah garis khatulistiwa,  memiliki keberagaman  budaya dan tradisi,   nah untuk saat ini kita menelusuri  kebudayaan yang berada  di Pulau  Borneo  atau Kalimantan,  yaitu kebudayaan  suku Dayak,  dalam hal ini  disetiap  suku bangsa Dayak  memiliki  budaya  dan tradisi yang  cukup unik.   Salah satunya  dan akan kita bahas kali ini  adalah   "  Budaya  Bertelinga Panjang "  atau oleh masyarakat lokal  terutama   dalam bahasa  Dayak Kayan  hala  tersebut  disebut  dengan  sebutan  " TELINGAAN ARUU  ".

Dari sekian ratus  Sub-Suku  Dayak  yaitu lebih dari sekitar  405 suku,  tidak  semuanya memiliki budaya  atau tradisi Bertelinga Panjang,  karena  di pulau Borneo sendiri memiliki perbedaan Budaya  dan tradisi sendiri yang beragam,  berbeda  sub-suku berbeda pula budaya dan tradisinya,  khususnya sub-suku  yang memiliki budaya dan tradisi  yang  Bertelinga Panjang  yang diamalkan dan diwariskan secara  turun - temurun  yang hanya  berlaku di Sub - Suku  :   Dayak Kayaan,  Dayak Iban,  Dayak Kenyah,  Dayak Bahau,  Dayak Punan,  Dayak Penan,  Dayak Kelabit,  Dayak Sa'ban  dan  Dayak Taman. 

Kini tradisi  ini tidak  lagi atau pun jarang  diamalkan oleh  kalangan  generasi muda  Dayak  tersebut.   Hanya  tersisa beberapa orang  dari generasi tua  yang  tampak masih  memegang teguh  tradisi ini.   Para pemerhati  masyarakat  Dayak  juga  mengatakan tradisi ini pada  tahap  kritis.    Nucuk Penikng (penindikan)  masih dilakukan,  namun tidak  dengan Telingaan Aruu,  yang jarang  ditemukan  ditengah  masyarakat yang hodup dengan pola  moderen.    Dalam memberlakukan  tradisi  Telingaan  Aruu  atau  Daun Telinga Panjang,  yang merupakan  tradisi  turu - temurun sejak dulu,  boleh putra maupun  wanita dikalangan masyarakat Dayak.   Tradisi ini salah satunya bertujuan  untuk dapat menunjukkan  Identitas  kebangsawanan bagi pria mereka,  serta mendadi simbol  kebangsawanan  dan kecantikan  bagi wanita.   Mereka meyakini, semakin panjang telinga  seorang wanita,  maka semakin  cantik pula  wanita  tersebut.

Dalam masyarakat  Dayak Kayaan mengenal  tradisi ini  dimulai  saat  seseorang  masih lagi  Bayi dan hanya  dilakukan oleh  kalangan  bangsawan.   Setelah  luka bekas  tindikan mengering,  kemudian dipasangin  benang  yang lalu diganti oleh kayu kedalam lubang tolinga makin membesar.  sehingga  lubang kian lama makin membesar,   Proses penindikan  telinga ini   dikenal disuku ini dengan sebutan  "Mucuk Penikng".   Antjng - anting akan ditambahkan  satu  persatu ke dalam tolingan  yang lama kelamaan akan membuat  lubang semakin membesar dan momanjang.    Pemasangan anting - anting dilakukan  sejak bayi,  diawali dengan  ritual Nucuk Penikng  atau  Penindikan daun telingan.   Proses Penindikan  menggunakan  jarum  dengan  lubang tindikan  awalnya  hanya diberi  niasan berupa  benang  sebagai  pengganti  anting - anting.   Setelah luka tindikan  sembuh,  benang diganti Pintalan Kayu Gabus,  yang  seminggu sokali  diganti dengan  yang berukuran semakin besar.

Telingaan Aruu Pria Dayak

Lubang Tolinga tang semakin membesar itupun kemudian digantungi  anting - anting  berbahan tembaga,  yang disebut  Belaong.   Berat dan jumlah  yang  terus ditambah menyebabkan daun telinga  memelar hingga menyentuh Pundak.   Penambahan anting - anting dilakukan menyesuaikan usia dan status  sosial.   Tradisi pemanjangan  telinga ini memiliki batasan,  wanita Dayak  diperbolehkan memanjangkan daun telingan hingga  sebatas Dada.   Sementara kaum Pria,  hanya dibenarkan pemanjangan telinga hingga  sebatas Bahu.  Daun telinga yang memanjang inipun dapat kembali  memendek  apabila tidak lagi mengenakan  Hisang Kavaat  hingga belasan atau puluhan  tahun.

Pada  Tradisi ini Anting - anting yang biasa digunakan pada umunya dibagi dua  macam,  yaitu jenis,  Hisang Semhaa  yang dipasang di sokoliling Lubang Daun Tolinga  dan  Hisang Kavaat  dipakai pada lubang daun tolinga.    Sementara untuk masyarakat  Dayak  Iban  percaya bahwa  pemberat telinga ini  merupakan bentuk  latihan kesabaran  dan ketahanan akan  penderitaan maupun rasa  sakit.

Penerapan dan Pengertian Tradisi TELINGAAN ARUU   

 eski  sama - sama menjalani  tradisi ini,  namun ada beberapa  perbedaan dalam penerapan juga pengertian atas tradisi Teligaan Aruu ini  dari masing - masing  sub - Suku (Dayak).   Dayak Iban  misalnya,  tidak memberikan Pemberat  pada telinganya.    Telinga yang telah di lubangi dibiarkan begitu  saia hingga terlihat seperti  lubang besar yang  menyerupai   Angka Nol,  yang bertujuan  melatih kesabaran dengan adanya  manik - manik  yang cukup berat  yang menempel  pada Telinga  dan digunakan setiap hari.    Sementara bagi masyarakat Dayak yang tinggal  di Hulu Sungai Mahakam,  memanjangkan telinga menjadi  penanda untuk  menunjukkan usia seseorang.    Ditempat  ini bayi yang baru lahir akan diberikan  manik - manik  di telingan,  yang nanatinya  akan ditambahkan setiap tahunnya.

Digerus Arus Mudernisasi Hanpir Hilang / Punahnya BUDAYA DAN TRADISI TELINGA PANJANG 

Arus modernisasi menjadi penyebab ancaman  kepunahan  Identitas Budaya Dayak ini.   Bagi mereka,  tradisi Yelingaan Arauu  sudah tidak  sesuai  dengan kemajuan zaman.   Selain itu,  generasi Budaya Dayak lebih memilih perhiasan yang menyerupain daun telinga panjang lengkap  dengan Hisang Kavaat - nya.    Sekarang ini,  sudah  sulit sekali menemukan wanita Dayak yang masih memanjangkan telinganya.   Kalaupun  ada,  mereka biasanya sudah berusia  senja.   Ironisnya lagi,  karena dianggap  ketinggalan zaman,  beberapa perempuan  Dayak yang  telah memanjangkan  telinganya,  lalu sengaja menghilangkan atribut  tradisi tersebut dengan sengaja  memotong  bagia bawah  daun telinganya.

Pulau Borneo  selain punya seni  Telinga Panjang  yang hampir punah,  juga punya seni TATO yaitu gambar yang dirajamkan di berbagai bagian tubuhnya yang  juga dapat dianggap sebagai  gambaran seseorang dalam masyarakatnya.   Telingaan Aruu semakin ditemui penggunanya semakin berkurang, lantaran generasi Muda Dayak merasa malu memiliki Daun Tolinga yang  panjang dan kerap di olok - olok  saat berada do koramaian,  selain itu trend di ranah fashion dan gaya hidup juga  yang cenderung  meredam  gaya hidup mereka.

Telingaan Aruu  Wanita Dayak


Telingaan Aruu, bertelinga Panjang tradisi suku Dayak.

Dahulu Telingaan Aruu satu tradisi kebangsawan Dayak.


Rabu, 19 Februari 2025

KISAH PENEMUAN SEMEN DARI NEGERI MESIR HINGGA ROMAWI

NusaNTaRa.Com 

byTarmidIKapundjeN,      R    a    b    u,    1   9     F   e   b   r   u   a   r   i     2   0   2   5   

Pengeras  dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil campuran Batu kapur dan Abu vulkanis pada zaman kerajaan Romawi tepatnya di Pozzuoli dekat  teluk Napoli Italia dan bubuk itu dinamakan Pozzuolana.   Nanti abad ke - 18,  John Smeaton insinyur asal Inggris menemukan  kombali  ramuan ini dengan  campuran Batu Kapur, Tanah liat saat membangun menara suar Eddy Stone di lopas pantai  Cornwall, Inggris.   Namun yang kemudian mematenkan temuan ini bukannya  John Smeaton melainkan Joseph Aspdin dari Inggris pada tahun 1824.

Mungkin  diantara kita pernah  ada  yang  mikirin Bagaimana orang - orang  zaman dulu  bikin bangunan yang  keberadaannya  sampai sekarang masih  utuh,  pudahal  nggak ada beton instan  atau semen merek terkonal di zaman dahulu kala ??.    Nah !!!,  Baik mari kita simak bareng - bareng kisah awal  mulanya  semen  di muka  bumi  yang  bikin arsitektur  dunia melompat  jauh ko dopan dalam  kegiatan mereka.


Mesir Kuno :  Mulai dari Lumpur dan Jerami.

Nah,  curitanya dimulai  di Mesir Kuno,  tempat  Firaun  mendirikan / membuat bangunan  Piramid  sambil  minum Teh (atau sembari meneguk Anggur),  karena diera itu mereka sudah paham  bagaimana caranya bikin bahan  bangunan yang tahan lama.   Awalny mereka  pakai Lumpur  yang diambil  dari Sungai Nil  yang kemudian dicampur dengan  Jerami buat nikin  bata.   Simpel  banget,  tapi  cukup buat  bikin  rumah - rumah  sementara.

Tapi,  pas giliran bangunan Piramida,  mereka  nggak  main - main,  batu - batunya  ditempel  pakai   Gamping (lime),  semacam  leluhur semen.   Jadi,  kalau kamu lihat  Piramid Gaza  yang masih  eksis sampai  sekarang  itu  salah satunya berkat  penggunaan  " Semen primitif "  mereka.

Romawi  :  Teknologi Semen yang Nggak ada  lawan.

Fast  Forward  ke zaman  Romawi.   Kalau Mesir Kuno  ibarat penemu sepeda,   Romawi ini  kayak yang  bikin Motor Sport.   Mereka nggak cuma  pakai Gamping,  tapi  juga nemuin  bahan  campuran baru :  Pozzolana,  sejenis Abu Vulkanik.  Campurannya  terdiri dari gamping, pozzolana, dan air.   Gasilnya ?  Semen Hidrolik yang  bisa  mengeras meski dibawah  air !!.

Teknologi ini  bikin mereka  bisa membangun hampir segalanya dengan kualitas baik ;  mulai dari  Colosseum  yang  megah sampai dengan  pelabuhan - pelabuhan  yang tahan  ombak.   Bahkan,  salah satu  karya mereka  yang  paling terkenal  adalah  ' Pantheon - Kubah Beton  terbesar di dunia  yang masih  utuh  hingga sekarang.

Apa yang bikin Semen Romawi Istimewa  ?.

Semen Romawi itu kayak  " Resep rahasia keluarga "  yang nggak ada duanya  dehh.   Pozzolana  yang mereka pakai  bikin beton jadi  lebih kuat  seiring  waktu  karena  terus mengkristal.   Bahkan ilmuwan  modern aja masih  kagum  sama daya tahan  beton temuan terdahulu itu  dang !!.

Revolusi Semen Modern.

Sayangnya  setelah  Kekaisaran  Romawi runtuh,  perkembengan resep semen  sempat menghilang perkembangannya  karena vakumnya aktipitas sesaat  dan resep semen nereka  sempat  menghilang  berabad - abad.   Baru  di tahun  1824,  seorang tukang  Batu Inggris,  Joseph  Aspdin  menciptakan Portland Cement,  yang mirip  dengan  tekhnologi Romawi.   Tapi kalau dibandingkan,  beton modern  kita masih  kalah awet  sama  butan Romawi.

Penemuan  semen itu bukti  kalau manusia selalu kreatip  untuk menemukan sesuatu yang baru lebih memudahkan dan menguntungkan,  sebagai mana proses dari  lumpur sederha di Mesir sampai tekhnologi canggih di Romawi.   Bayangin  aja kalau mereka  nggak  nemuin  ini - kita  mungkin  masih tinggal di rumah  yang diramu dengan  jerami yang  gampang  roboh  walau hanya  kena  angin kencang.

Menurut  Walter H. Duda  1985,  nama  Semen berasal dari bahasa Latin  yaitu  " Caementum "  yang berarti Pengikat.   Secara umum pengertian Semen  adalah   Bahan perekat yang dapat mengikat  atau mempersatukan material  padatan  menjadi satu  kesatuan  massa yang kuat.   Dalam bidang teknologi pengertian semen adalah  suatu campuran  bahan - bahan  yang mempunai sifat bila dicampur dengan air  akan bereaksi dan berubah  mendadi suatu massa yang padat dan mengeras.

Perkembangan semen di Indonesia,   Corel hristopher seorang  ahli teknik pemerintah Belanda pada tahun  1906 menemukan deposit batu kapur dan batu Silica   yang cukup besaar di Indarung, Padang, Sumatera Barat.  dan Tahun 1910 pihak swasta Belanda mendirikan perusahan  semen dengan  nama  BV Nederlands Indishe Portland Cement  Maatscappil.

Makanya  nanti kalau  you .. you lewati  bangunan  modern atau Kuno,  ingatlah bahwa  semua itu bordiri kokoh berkat  inovasi (obat kuat) para insinyur  dari zaman  Mesir  dan  Romawi.   Mereka  adalah  " Founding Fathers "  dunia  konstruksi yang kita  kenal  sekarang  Dang !!.

Perusahaan Semen di Padang Indonesia


Penggunaan Semen pertama di Mesir dan Romawi.
Semen penguat bangunan campuran lumpur dan Gamping.

EET SYAHRANI MUSISI METAL DARI BAND EDANE

NusaNTaRa,Com           

byBakuINunukaN,        K   a   m   i   s,    2   0     F   e   b   r   u   a   r   i     2   0   2   5                 

Eet Sjahranie gitaris Edane
Eet Sjahranie     kolahiran  03 Ftbruari 1962  dengan nama  aslinya Zahedi Riza Sjahranie,  seorang musikus (gitaris) ternama Indonesia.   Sekarang  Eet Sjahranie  tergabung  dalam  Group Hard Rock  " Edane ".   Sbelumnya ia  sempat  memperkuat beberapa  Group band  diantaranya   God Bless (menggantikan Ian Antono),  Superdigi,  dan  Cynomadeus.   Permainan  gitar  Eet Sjahranie  lebih  dipengaruhi oleh gitaris  Eddie Van Halen,  Trevor Rabin,  Angus Young,  Tony Iommi  dan Dimebag Darrell.

Gitaris kolahiran kota Bandung  pada  03  Februari  1962 Eet Sfahranie,  dikenal sebagai  salah satu gitaris  terbaik  tanah Air.   Bahkan  ia sering disebut - sebut  memiliki kemampuan  yang tak kalah dengan Ian Antono,  imej  pria bernama  asli Zahedi Riza Sjahranie  semakin lokat  dengan permainan  musik rock  setelah  bergabung main  dengan  group Band  Edane.

Sejak  masa kecilnya lagi Eet  memang sudah terbiasa  memutar  lagu - lagu  dan  Band - band  papan  atas dunia  seperti  Deep Purple,  Jimi Hendrix,  Led Zeppelin,  The Beatles,  hingga  Bee Gees.    Namun bila ditanya  siapa   yang membuatnya  tertarik untuk  belajar bermain Gitar Eet  akan menyebut band Legendaris Indonesia,  Koes Plus.

Ayah Eet Sjahranie adalah  Abdul Wahab Sjahranie mantan Gubernur Kalimantan Timur 1967 - 1977,  pada masa kecilnya sering diajak ke Jakarta mengunjung kakanya yang kuliah disana  yang kebetulan juga mahir  dalam permaianan gitar klasik.   kesempatan itu dia mengambil kesempatan bermain gitar dan ia kemudian menunjukkan bakatnya di hadapan teman - temannya.  Mendapat kepercayaan diri untuk lebih mendalami tehnik main gitar dan ayahnya membelikannya gitar elektrik dan akhirnya referensinya bermain musik semakin matang.

Karier

Karier  gitar Eet Sjahranie  dimulai ketika ia  melanjutkan sekolahnya  di perguruan  Cikini.   Ia membentuk  sebuah Band  dan mengikuti  sebuah festival band  se - Jakarta.   Disini  Eet menampakkan  bakatnya  yang  sangat  hebat  dan  kemudian mencetak  prestasi   sebagai " Gitaris Torbaik ",  sedangkan  band  yang  digawanginya  di event  tersebut  menduduki  peringkat  kedua.

Dari sekian musisi senior Indonesia,  Eet Sjahranie merupakan salah satu yang terus eksisi hingga kini  dan hingga kini gitaris gondrong masih menjadi salah  satu personel dari band Cadas Edabe.  Bersama  Edane ,  Eet Sjahranie akan mencoba  terus berkarya di belantika musik tanah air salah satu caranya dengan melahirkan album-album baru.   Dan menurut  Eet,  Edane akan terus eksisi dengan album terbaru mereka  seperti melahirkan albun dengan tajok  HAIL EDAN  yang terinpirasi dari istilah pasisi masa lalu dan seterusnya dengan napas lain.

Pijakan karier  Eet  semakain ternampak terang ketika  ia bertemu  dengan  Iwan Madjid  yang kemudian mengenalkannya  dengan  musisi Pop Tanah Air  soporti  Fariz RM dan Darwin.   Merekapun akhir sepakat  membentuk  sebuah band  bernama " WOW ".  Namun sayangnya  sebelum WOW  merilis  album  Eet lebih  dulu berangkat ko Amerika Serikat  

Di  Amerika Serikat Eet Sjahranie  menimba  ilmu di Worlshop Recording Sound  Engineering  di Chillicote,  Ohio  selama tiga  bulan.   Kemampuan Eet pun semakin   berkembang  pesat begitu  pulang  ke tanah air,  ia langsung  membantu  Fariz RM  dalam  menggarap album  BERCELONA.   Karier  Eet Sjahranie  terus berlanjut,  bersama  EckyLamoh,  dia membentuk duo  bernama  E  dan  E  (Edane),  yang diambil  dari inisial mereka.   Edane  terus berkembang  hingga  akhirnya  menggait  Fajar S pada Drummer dan  Xaveriuss  di bass.

Eet Sjahranie


Eet Sjahranie  Gitaris handal band Edane.

Musisi anak mantan Gubernur Eet Sjahranie.



TARUNG SARUNG (SIGAJANG LALENG LIPA) TRADISI MASYARAKAT BUGIS - MAKASSAR

NusaNTaRa.Com              

byLaDollaHBantA,       K   a   m   i   s,    2    0      F   e   b   r   u   a   r   i      2   0   2   5           

Sigajang Laleng Lipa budaya  Bugis - Makassar
Sigajang Laleng Lipa   adalah  salah siji  tradisi yang ada  dalam masyarakat di Sulawesi Selatan.   Tradisi  ini dilaksanakan  khususnya dalam masyarakat  suku Bugis  Makassar  untuk  mempertahankan  Harga Diri  dan  Martabat terutama  dalam  mencari dan menegakkan  kebeneran dalam suatu masyalah yang ada di masyarakat.    Mengutit dari  Warisan Budoyo Kemdikbud,   Sigajang laleng Lipa  atau  Sitobo  laleng Lipa adalah satu bentuk Ritual bertarung  dalam sarung  yang menggunakan senjata  tradisionil  Badik.   Disebutkan bahwa  dalam Sigajang Laleng Lipa  pada masyarakat Bugis-Makassar  terdahulu dilakukan  untuk  lambang kekuatan,  Seni,  dan  Pormainan rakyat  moskipun pada akhirnya   berakhir dengan  komatian untuk  mendapatkan dan menghakhir persoalan yang  persoalkan.

Selain itu  tradisi ini juga  dilakukan oleh  masyarakat  Bugis - Makassar  sebagai  jalan  terakhir dalam  penyelesaian  masaalah mereka yang terbuntukan.    Ritual  Sigajang Lalang Lipa  dilakukan  untuk  menentukan  kebenaran  bagi  mereka  yang ada dalam satu persengketaan.    Bagi yang  hidup alias  Sang Pemonang  adalah pihak yang dianggap benar,  sementara  bagi pihak yang  kalah dan  berakhir dengan komatian  adalah  pihak  yang salah dan mengakui kepotusan akan akuan kenemaran itu.   Tradisi ini  hanya dilakukan oleh  rakyat biasa,  tetapi juga  diterapkan oleh kalangan Arung  atau kalangan Bangsawan.

Ritual  Sigajang Laleng Lipa  di lakukan  dengan  menyatukan  dua pria (uruane)  di dalam  sebuah Sarung,   kedua pria ini nantinya  akan  saling  Bertarung  dan Adu Kokuatan  menggunakan  Badik  hingga  keduanya  sama - sama mati,  atau  sama - sama  hidup dan atau  salah satunya Mati.

SEJARAH SIGAJANG LALENG LIPA   

Melansir  satu Jurnal dari Universitas Gasanuddin  yang bertajo  " Tudang Madeceng :  Transformasi Nilai Positif  Sigajang Laleng Lipa  Dalam Penyelesaian Sengketa Non Litigasi "  di sebutkan  bahwa  tradisi  ini  mulai dilakukan pada  masa Kerajaan Bugis   ratusan tahun silam,  jika ada dua koluarga yang  berseteru,  penyelesaaian  torakhirnya adalah  dengan  adu kekuatan  dengan  ritual ini.

Jika ada  keluarga yang  harga dirinya  direndahkan,  pertarungan ini  akan dilangsungkan  agar segela  permasalahan  segera  berakhir  dan  perselisihan  tidak terus  terjadi.   Tetapi,  dijolaskan  juga bahwa ritual Sigajang Laleng Lipa  tidak  tertulis  dalam catatan raja  Gowa - Tello  dan kitab  I La Galigo  serta  dalam catatan  harian  Arung Palaka.   Tidak ada  pembahasan  terkait akan  ritual ini  baik  secara eksplisif  maupun  secara implisif  bahwa  pernah  torjadi  Sigajang Laleng Lipa  pada  masa - masa  kerajaan  Bugis  di Sulawesi Selatan.

Yang mati dinyatakan salah

Dalam naskah  sejarah disebutkan  seorang Raja dalam menyelesaikan  masalah pantang untuk  keluar darah  dari tubuhnya.   Sehingga pakar hukum adat menyebutkan  ritual ini hanyalah  kiasan - kiasan  yang  hidup  dalam masyarakat Bugis  agar manusia  menjunjung  tinggi  harkat dan martabatnya.    Konon curitanya,  tradisi  ini berasal dari sifat masyarakat  Bugis  yang menjunjung  tinggi rasa malu,  atau yang dalam  bahasa Bugis  disebut  SIRI.   Sifat Siri ini  sangat mompongaruhi  kehidupan  masyarakat  Bugis  termasuk  dalam menyelesaikan  masalah.

Bahkan ada popatah  yang mengatakan,  " Hanya orang yang punya SIRI yang dianggap  sebagai manusia.   Selain itu,  ada prinsip yang  dijunjung masyarakat  suku Bugis  yakni  "  Narekko  Siri Kuh mo'lejja-lejja  Copponna  mih kawalie ma'bicara ",  yang artinya  ' Jika malu saya kamu injak - injak  maka ujung  badik yang bertindak'.   Tetapi  sebelum  melakukan ritual  Sigajang Laleng Lipa,  pihak yang berseteru lebih dahulu  bersepakat untuk  bertarung.   Melalui  kesepakatan ini  maka  apabila salah satunya  meninggal  maka  pihak  satunya  tidak dikenakan sanksi  apapun.   Sigajang Laleng Lipa  sendiri  dianggap  sebagai cara  terakhir  apabila  tidak mencapai  kata damai sebuah  musyawarah.

Makna tradisi  Sigajang Laleng Lipa,  menurut koporcayaan,  ritual ini memiliki  makna  tersendiri,  dimana Sarung atau dalam Bahasa Bugis,  Lipa  diartikan  sebagai Simbol Persatuan   dan Kebersamaan masyarakat Bugis.   Dalam Ritual Sigajang Laleng Lipa  dua pria tangguh   yang dipercaya  untuk  mewakili  dari  masing - masing  pihak yang berseteru akan berada dalam satu sarung.   Berada  dalam Sarung ini bemakna Diri mereka ada  dalam satu tempat dan ikatan  yang menyatukan, dalam kata lain Ikatan Kebersamaan aanatara Manusia.   Meski terkesan  Brutal dan Mengerikan,  ritual ini merupakan  tradisi masyarakat Bugis  sebagai Julanan terakhir menyelesaikan masalah  demi menjunjung  harga diri   yang harus ditegakkan.

Memiliki prinsip menjunjung tinggi  SIRI (rasa malu),  makna  Sigajang Laleng Lipa   tidak lain untuk  menjunjung kemuliaan dan harga  diri manusia.   Dalam pelaksanaan ritual  sigajang laleng lipa   meliputi  5 nilai positip  yakni Siri,  Alempureng  (kejujuran),  Aggettengeng (keteguhan), Awaraniangeng (keberanian) dan Musyawarah  serta rekomendasi alur penyelesaian sengketa  melalui  Tudang Mdeceng  dimulai dari tahap persiapan, tahap penyelesaian,  dan tahap kesepakatan.  

Saat ini  ritual Sigajang Laleng Lipa  tidak lagi dilakukan masyarakat Bugis - Makassar  sebagai  penelesaian masalah.  Namun,  tradisi ini tidak  benar - benar di tinggalkan,  melainkan diselesaikan melalui penyas sedi budaya.   (FB. Cinema Indonesia).

Penyelesaian kasus dalam Lipa di Sulawesi Solata

Di Bugis - Makassar  penyelesaian kasus Sikajang Laleng Lipa.

Yang hidup dinyatakan benar dan mati dinyatakan sala


Selasa, 18 Februari 2025

SUKU BADUY YANG MASIH MENDIAMI WILAYAH LEBAK BANTEN MENGHADAPI PERTUMBUHAN BERAT

NusaNTaRa.Com            

byBambanGBiunG,     R    a    b    u,    1   9     F   e   b   r   u   a   r   i     2   0   2    5                  

Suku Baduy  Dalam di Lebak

Suku Baduy, Sunda Baduy atau Sunda Kenekes  merupakan  salah satu Komunitas adat yang hidup  di wilayah Kabupaten Lebak,  Provinsi Banten,  Indonesia.   Mereka lebih dikenal sebagai salah satu masyarakat  yang juga  masih memegang teguh  tradisi dan adat  istiadat dalam kehidupan keseharian mereka.   Suku Baduy  sering  disebut juga  sebagai   " Urang Kenekes ",  dan  mereka  mendiami  suatu  kawasan  di  pegunungan  Kendeng diperkirakan populasi komunitas ini hingga tahun  2020  sekitar  26.000 orang.

" Badui " merupakan sebuah sebutan yang diberikan penduduk luar kelompok masyarakat tersebut,  berawal para peneliti Belanda  yang cenderung mempersamakan mereka dengan Arab Badawi yaitu suku Nomaden (suka berpindah - pindah).   Mungkin juga karena danya Sungai Baduy dan Gunung Baduy disekitarnya  sementara mereka lebih suka disebut  " Urang Kenekes "sesuai dengan nama wilayahnya  atau  " Urang Cibeo ".


Pembagian Masyarakat Baduy   

Dalam suku  Baduy  terbagi  menjadi  dua  kelompok  utama,  yaitu  :

1.  Baduy Dalam.

Baduy Dalam atau disebut juga kelompok Tangtu dikenal  sebagai Baduy sangat ketat  dalam menjaga adat istiadat mereka,  yaitu mereka yang menetap di  Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik.   Mereka  umumnya mengenakan pakaian berwarna Putih alami dan Biru tua  serta memakai Ikat Kepala Putih,  mereka  secara adat dilarang  untuk bertemu dengan  orang Asing.

Sebagian peraturan yang dianut orang Baduy Dalam diantaranya  ;  - Terlarang menggunakan kendaraan untuk transportasi, - Tidak memperkenan menggunakan alas kaki,  -  Pintu Rumah menghadap ke Utara, -  Larangan menggunakan alat elektronik, -  Menggunakan pakaian berwarna  hitam/putih  pakaian yang ditenun dan dijahit sondiri, terlarang pakaian modern.

Mereka Baduy Dalam sangat memegang Filosopi hidup  yang erat dengan alam, mereka juga  tidak menggunakan barang - barang dari luar soporti Sabun atau deterjen untuk menjaga keseimbangan alam.

Jembatan terbuat dari Akar 
menghubungkan kampung Baduy dalam dan Baduy Luar

2.  Baduy Luar

Umumnya Baduy Luar ini akan lebih fleksibel atuhmah dibanding suku Baduy Dalam yang ketat dalam menjaga naturalis budayanya.   Kelompok Baduy Luar biasa juga disebut  " Penamping " (Kenekes Luar) yang mendiami beberapa Kampung yang mengitari Kampung Kenekes Dalam  soporti  Cikadu, Keduketuk, Kedukolot, Gajeboh, Cisagu  dan lainnya,  masyarakat Baduy Luar  berciri khas  mengenakan pakaian dan Ikat kopala  berwarna Biru Gelap (warna Tarum).

Baduy Luar adalah dari Adat dan wilayah Kenekes Dalam,  karena mereka -  Telah melanggar adat masyarakat Baduy/Kenkes Dalam,  -  Berkeingin keluar dari Baduy Dalam dan Menikah dengan anggota orang Baduy Luar.   Ciri - ciri  masyarakat Baduy Luar  -  Mereka telah menggunakan alat Tekhnologi,  - Proses pembangunan telah menggunakan alat bantu bangunan,  - Mereka telah tinggal di wilayah luar Baduy Dalam,  Telah terpengaruh dan berpindah Agama. 

Menurut kepercayaan yang dianut Kalangan Masyarakat Baduy,  mereka mengaku  bahwa mereka  keturunan  dari Batara Cikal salah satu dari tujuh dewa yang di utus ke Bumi  dan hal tersebut sering mereka hubungkan dengan  " Nabi Adam "  sebagai nenek moyang pertama dan mereka ditugaskan Menjaga Alam atau harmoni dunia.   Menurut para ahli sojarah masyarakat Kenekes atau Baduy dihubungkan dengan Kerajaan Sunda  abad ke - 16 berpusat di Pakuan Pajajaran.   

Penguasa wilayah tersebut yang disebut Pangeran Pucuk Umum akan melestarikan sungai yang terancam keberadaannya oleh perkembangan  kampung dengan menugaskn tentara kerajaan terlatih.   Keberadaan Pasukan dengan tugasnya di kawasan sungai itu  kemudian mendadi  cikal bakal  masyarakat  Kenekes  atau Baduy,  yang hingga kini masih mendiami wilayah hulu sungai Ciujung di Gunung Kendeng,  yang berarti dahulu komunitas mereka di tutup - tutupi demi keamanan.

Kepercayaan Masyarakat  Kenekes atau Baduy  yang disebut sebagai  ajaran  Sunda Wiwitan suatu ajaran leluhur turun - temurun yang berakar pada  penghormatan  kepada Karuhun atau arwah Leluhur dan pemujaan kepada  Roh kekuatan alam (animisme).

Suku Baduy Luar   


Suku Baduy mendiami kawasan Lebak Banten.

Suku Baduy  masih mengamalkan Tradisi di keseharian.


Sabtu, 15 Februari 2025

SUNSET ANXIETY, GEJALA PSIKOLOGIS MANUSIA AKIBAT SINAR MATAHARI

NusaNTaRa.Com        

byBambanGNunukaN,      S   a   b   t   u,    1   5     F   e   b   r   u   a   r   i     2   0   2   5          

Ilustrasi.  Sunset anxiety menggambarkan kondisi cemas yang muncul saat matahari terbenam

Matahari   terbenam selalu digambarkan sebagai hal indah dan romantic,  namun bagi sebagian orang, matahari terbenam justru menjadi pemicu kecemasan.    Fenomena tersebut dikenal sebagai sunset anxiety,  yaitu  terakhir  merupakan kondisi di mana seseorang merasa cemas atau tidak nyaman saat matahari mulai terbenam.

Apa itu sunset anxiety  ?

Pada dasarnya, sunset anxiety tak tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).  Hanya saja,  para ahli kesehatan mental mengakui bahwa fenomena ini nyata adanya.    Sunset anxiety merujuk pada kondisi psikologis saat seseorang merasakan lonjakan kecemasan, kesedihan,  atau bahkan timbul  perasaan seakan  terisolasi seiring terbenamnya matahari.

Psikolog klinis dari Cleveland Clinic Akron General, Beena Persaud menjelaskan, kurangnya cahaya alami pada sore hingga malam hari dapat memicu gejala seperti berikut  :  

Apa penyebabnya  ?

Fenomena ini berkaitan erat dengan ritme sirkadian, yaitu jam biologis tubuh yang mengatur berbagai fungsi, termasuk siklus tidur.   Persaud menjelaskan bahwa produksi hormon melatonin, yang dipengaruhi oleh cahaya, memiliki peran penting dalam menimbulkan perasaan tersebut.   Tubuh menganggap cahaya yang mulai menghilang sebagai sinyal untuk mulai beristirahat,  sehingga orang yang rentan terhadap kecemasan atau depresi mungkin menjadi kelompok yang lebih terdampak.

Ilustrasi. Sunset anxiety menggambarkan kondisi munculnya kecemasan saat matahari terbenam. (iStock/martin-dm)

Selain itu, tekanan dari tanggung jawab harian juga dapat memperburuk kondisi ini.   "  Anda mungkin sering merasa hari berakhir terlalu cepat, sementara masih banyak tugas yang belum selesai  ",  Ujar Cakap SiDin Persaud,  mengutip  New York Post.

Siapa yang rentan terkena sunset anxiety  ?

Sunset anxiety dapat dialami siapa saja. Tetapi, perasaan ini lebih sering terjadi pada orang dewasa yang memiliki tanggung jawab harian, mereka yang sebelumnya pernah mengalami gangguan kecemasan, hingga individu yang lebih peka terhadap perubahan cahaya atau mengidentifikasi diri sebagai night owls.  Tak ada kelompok yang lebih berisiko jika dilihat dari jenis kelamin dan ras. Siapa pun bisa mengalami sunset anxiety ini dengan pemuang somo.

 

Bagaimana mengatasi sunset anxiety  ?

Untungnya, ada beberapa cara untuk mengurangi efek dari sunset anxiety.  Berikut tipsnya    :  


1. Tentukan tujuan yang realistis

Coba lah menyelesaikan pekerjaan utama Anda sebelum waktu matahari terbenam. Hal ini penting agar tidak merasa terbebani saat malam tiba.

2. Rencanakan aktivitas menyenangkan

Lakukan kegiatan yang Anda nikmati, seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau bersantai saat kecemasan mulai muncul.

3. Praktikkan kebiasaan tidur yang baik

Pastikan Anda memiliki rutinitas tidur yang konsisten. Misalnya, tidur di waktu yang sama setiap malam dan menghindari layar gawai sebelum tidur.

4. Memanfaatkan cahaya alami

Usahakan untuk menghabiskan waktu di luar ruangan saat siang hari. Jika minim cahaya matahari, gunakan sunlamp untuk membantu menjaga ritme tubuh.

5. Perhatikan pola makan dan olahraga

Nutrisi yang baik dan olahraga teratur dapat membantu mengurangi gejala kecemasan. Tapi, hindari berolahraga dua jam sebelum tidur.

Jika gejala semakin parah atau tidak kunjung membaik meski sudah mencoba mengubah gaya hidup, konsultasikan kondisi Anda dengan profesional kesehatan mental.   Ingat, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.   Jika Anda merasa memerlukan bantuan, jangan ragu untuk mencari dukungan dari ahli kesehatan mental.

Ilustrasi.  Sunset anxiety menggambarkan kondisi munculnya
kecemasan saat matahari terbenam.


Sunset Anxiety gejala psikis akibat cahaya matahari,

Pastikan anda memiliki jam tidur yang cukup dalam sehari.



      NusaNTaRa.Com  Adverstesment 

                             Melayani pemasangan Iklan 

                                                 Sila Dail Talian  0821 5385 8932 


OMBAT NASUTION DAN VOKALIS TENGKORAK HINGGA GRANG.MASTER BELA DIRI DAN PALKAR HUKUM

NusaNTaRa.Com byLaBakariEndoE.     S  a  b  t  u,   0  8     M  a  r   e   t       2   0   2   5         Cukup  dikenal  nama  M  Hariadi  N...