NusaNTaRa.Com
byLaSikUAgaY, J u m a t, 2 9 N o v e m b e r 2 0 2 4
Makam Raja Pandita di Tarakan salah satu Raja Kesultanan Tidung |
Kerajaan Tidung yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Tarakan (kalkan/Kalka) adalah Kerajaan yang berdiri dari kaum suku Tidung yang berada di Binalatung dengan kawasan meliputi Tarakan hingga kepedalaman di Salimbatu atau Kalimanta Utara, meski sebelumnya terdapat dua kerajaan yang serumpun di kawasan ini yang satunya Kesultanan Bulungan berkedudukan di Tamjumh Palas. Kisah tentang Ibugang atau atau yang dikenal juga sebagai Aki Bugang dan keluarganya, menceminkan nilai - nilai luhur kebudayaan dan Sejarah Kerajaan Tidung di Binalatung. Dalam kisah ini, Aki Bugang adalah sosok pemimpin yang tangguh dan bijaksana, yang bersama dengan Istrinya Ilawang atau Adu Lawang. Mereka mempunyai tiga orang anak.
Dari keriga anaknya, hanya satu orang anaknya yang memilih untuk tinggal di tanah kelahiran mereka yaitu Itara, sementara yang dua saudara yang lainnya memilih untuk hidup dengan meninggalkan Binalatung demi mengembara dan menyebarkan nama besar Kerajaan Tidungb ke daerah lain, termasuk ke Betayu dan Penagar. Sikap ini tentunya menunjukkan pengaruh besar Kerajaan Tidung di masa lalu, yang tidak hanya terbatas pada wilayah ini, tetapi menjangkau ke berbagai daerah demi menjunjung tinggi kejayaan mereka. Itara memerintah 29 musim, setelah ia wafat anak keturunan Itara bernama Ikurung kemudian meneruskan pemerintahan di Kerajaan Tidung selama 23 musim.
Yaqi Bugang, keturunan dari garis kepemimpinan Kerajaan Tidung, memiliki peran penting dalam melanjutkan kekuasaan kakeknya. Yaqi Yunus, yang berhasilmemperluas wilayah kerajaan di Binalatung. Hal initidak hanya menunjukkan komitmen Yaqi Bugang terhadap Kerajaan dan Tanah Leluhurnya, tetapi juga mempresentasikan nilai - nilai keluarga yang kuat dalam menjaga warisan Budaya dan Wilayah kekuasaan . Setelah sekian lama memimpin, Yaqi Bugang menyerahkan tampuk kepemimpinannya kepada putranya, Itara, yang memutskan untuk tinggal di Binalatung. Ini adalah satu keputusan penting karena dengan begitu Itara menjadi penerus yang menjaga keberlanjutan sejarah dan nilai - nilai Kerajaan Tidung di tanah asalnya.
Kedua saudara Itara yang memilih meninggalkan Binalatung menunjukkan bentuk keberanian dan pengorbanan. Mereka membawa semangat dan Kebesaran Kerajaan Tidung di wilayah - wilayah yang lebih luas, menjangkau Betayau dan Penagar, sehingga memperluas pengaruh dan reputasi Kerajaan. Tindakan ini bukan hanya bentuk ekspresi fisik semata, tetapi lebih kepada penyebaran nilai - nilai budaya, moral, dan kebesaran Leluhur yang ingin mereka sebarkan kepada masyarakat di luar Binalatung. Langkah ini sangat berarti dalam konteks pada zaman itu, dimana kerajan - kerajaan Nusantara berperan aktip dalam menyebarkan penagruh budaya dan memperluas kekuasaan.
Keputusan untuk tetap tinggal atau merantau dalam keluarga Ibugang menggambarkan dua jalur peran penting dalam menjaga eksisitensi Kerajaan Tidung. Mereka yang menetap berperan sebagai penjaga tradisi dan pelindung wilayah, sedangkan mereka yang memutuskan merantau berperan sebagai penyebar pengaruh dan pembawa panji kejayaan kerajaan. Keduanya merupakan satu bentuk kontribusi yang saling melengkapi dalam menjaga nama besar Kerajaan Tidung di Nusantara. Dengan demikian, keluarga Ibugang bukan hanya mempertahankan kedudukan mereka, tetapi juga mewujutkan cita - cita besar kerajaan Tidung untuk terus dihormati.
Kisah ini menyiratkan pesan penting tentang Cinta pada tanah air, keberanian untuk merantau demi tujuan mulia, dan keinginan untuk melestarikan kebudayaan. Sosok -sosok dalam keluarga Ibugang menggambarkan semangat generasi masa lalu yang tidak hanya bertumpu pada kekuatan Fisik, tetapi juga pada kekuatan moral dan komitmen untuk memuliaka warisan leluhur. Mereka menjadi contoh bahwa dalam sejarah kerajaan Nusantara, Keberanian dan kesetiaan tidak hanya terbatas pada wilayah kekuasaan, tetapi juga menyentuh seluruh aspek kehidupan, muali dari menjaga tradisi hingga memperkenalkan budaya di wilayah yang lebih luas.
Dikisahkan bahwa Sultan Sulu bernama Sultan Salahuddin-Karamat atau Pangiran Bakhtiar menikah dengan gadis Tionghoa berasal dari daerah Tirun (Tidung), karena ingin juga mengamankan wilyah North-Borneo (Kini Sabah) yang diperoleh dari Sultan Brunei, Putranya Sultan Badaruddin-I juga memperisterikan seorang Putri Tirun atau Tidung sebagai istri ke II dikatan sebagai Gadis Soppeng Sulawesi SelAtan dan melahirkan Datu Lagasan yang kemudian hari menjadi Sutan Sulu bergelar Sultan Alimuddin-I ibni Sultab Badarussin-I
MAQOW BETUNGKAT DE ADAT, MALONG BEGAMPIN DE SEJARAH.
Rumah Adat Suku Tidung di Tarakan |
Kerajaan Kirun atau Tidung dari Tarakan hingga Salimbatu.
Turunanya menjadi Sultan hingga ke kerajaan Filipina Sulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar