Sabtu, 09 Januari 2021

CATATAN DARI PESISIR BARAT SUMATRA : BERDIRINYA KESULTANAN BARUS

 NusaNTaRa.Com                                                                                                                                                                                           byMuhammaDBakkaranG,                                                                   Jum'at,     07   J a n u a r i    2021


Kesultanan Barus merupakan suatu kerajaan  Islam yang terletak di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, didirikan Sultan Ibrahimsyah bin Tuanku Sultan Muhammasyah  dan berakhir pada saat pendudukan Hindia Belanda abad ke – 19 M.    Dalam menjalankan roda pemerintahannya,  Kesultanan Barus lebih bersifat demokratis seperti halnya nagari-nagari  di Minangkabau, dengan “balai” sebagai  tempat permusyawaratan dan mufakat. Setiap masyarakat berperan dalam pengambilan keputusan di kerajaan.

Barus yang sebelumnya lebih dikenal  dengan Fansur,  merupakan salah satu  pelabuhan tua yang di ramaikan dengan berdagang emas serta kamper sejak ribuan tahun  lalu.   Kepergian Sultan Ibrahimsyah (Ibrahim) dari tanah Minangkabau  ke Barus karena berseteru dengan keluarganya di Tarusan,  pantai barat Sumatra hingga  di Batang Toru, kemudian ke pedalaman  Silindung.   Di pedalaman, masyarakat mengangkatnya sebagai raja Toba-Silindung  dan  Ibrahim membentuk institusi empat penghulu seperti di Minangkabau  sebagai wakilnya di Silindung.   Menuju Bakara dan menikah dengan putri  batak pimpinan setempat yang melahirkan putra  bernama Sisingamangaraja.

Selanjutnya  perjalanannya  menuju Pasaribu, oleh  masyarakat setempat menanyakan keberadaanya,  Ibrahim pun memperkenalkan diri sebagai pendatang dari  Bakara dan bermarga Pasaribu.  Mengetahui marga Ibrahim sama dengan Marga Raja Pasaribu Rapun sangat senang dan meminta Ibrahim untuk tinggal di Pasaribu.   Namun Ibrahim merasa bahwa tempat ini tidaklah cocok untuknya,   maka bersama raja dari Empat Pusaran (empat suku) ia pergi hingga tiba di tepi  laut yang  dinamakannya Barus sebagai mana nama kampung  kecilnya di Tarusan, Pesisir Selatan,   di sini ia diangkat sebagai raja dengan gelar Tuanku Sultan Ibrahimsyah.

Pada abad ke-14 Masehi, Kesultanan Barus merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Pagaruyung, bersama Tiku dan Pariaman sebagai  tempat keluar  masuknya  perdagangan di Pulau Sumatra.  Tahun 1524, Barus jatuh di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh,   kemudian  kesultanan ini  menjadi vassal (pengikut) Aceh hingga tahun 1668,  pada saat pendudukan Aceh inilah banyak penduduk Barus yang sebelumnya penyembah berhala menjadi muslim.

Kemudian Kesultanan Barus dipimpin  dua orang raja, yakni Raja di Hulu  memimpin masyarakat Toba-Silindung (pedalaman) dan Raja di Hilir membawahi orang-orang Minangkabau (pesisir)  dari Barus hingga Batahan.   Pembentukan dua raja  bertujuan untuk memberikan keuntungan terhadap dominasi Aceh di Barus dan melegitimasi kedudukan raja-raja Batak.   Sejak kehadiran VOC tahun 1668  kedua raja ini memiliki sikap yang berbeda,  Raja di Hulu menolak kehadiran VOC dan  setia kepada sultan Aceh  sedangkan Raja di Hilir menerimanya dan menentang monopoli Aceh di Barus.  Abad  19, Barus berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda dan menjadi   provinsi Sumatra’s Weskust   berpusat di Padang.

Wilayah barus  hingga kemerdekaan RI meliputi  Kecamatan Barus, Manduamas, Sirandorung, Andam Dewi, Sosorgadong, Kecamatan Sorkam, Sorkam Barat, dan Kolang (Korlang) yang sekarang masuk ke dalam daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.  Kecamatan Pakkat, Parlilitan, Tara Bintang, dan Onan Ganjang  sekarang masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan  sebagiannya lagi  daerah Kabupaten Aceh Singkil  dan Kota Subulussalam di Provinsi Aceh.

Daerah Barus dulunya dikenal dengan nama "Barus Raya". Nama Barus juga muncul dalam sejarah peradaban Melayu dengan penyair mistik terkenal Hamzah Fansyuri, kemudian situs Lobutua merupakan salah satu situs kota kuno di daerah Barus yang pernah dihuni antara abad ke-9 hingga abad ke-12 Masehi. Daerah Barus yang terbentang dari perbatasan Aceh Singkil dan Parlilitan juga Pakkat, kini keduanya sudah masuk menjadi wilayah jurisdiksi Kabupaten Humbang Hasundutan.

 Wilayah Barus Raya terdiri atas  :

 1) BARUS KOTA, meliputi Dewan Nagari Barus, Kota Barus, Barus Mudik, Tukka Holbung, Dewan Negeri Pasaribu Dolok berikut desa-desanya antara lain Kinali, Ladang Tengah, Ladang Baru, Lobu Tua, Uratan, Rina Bolak, Sirami-ramian, Sogar, Pangaribuan, Parik Sinomba, Sihorbo, Purba Tua, Aek Dakka, Siharbangan, Pananggahan, Bukit Hasang, Patupangan, Sigambo-gambo, Kadei Gadang, dan lain-lain.

2) BARUS TIMUR terdiri dari Dewan Nagari Sorkam, Sorkam Kanan, Sorkam Kiri, Pasar Sorkam, Bottot, Teluk Roban, Pahieme, Bukkit, Pagaran-Tombak, Riana Bidang, Pasaribu Tobing, Gotting Mahe, Hurlang dengan ibu kotanya Kolang, Sipakpahi, dan lain-lain.

3) BARUS UTARA meliputi Dewan Nagari Tukka Dolok, Kecamatan Pakkat, Kecamatan Parlilitan dan Onan Ganjang (di Tapanuli Utara, Negeri Siranggason, Negeri Simanullang, Negeri Rambe, berikut desa-desanya antara lain Batu Gaja Siantar-sitanduk, Situbu-tubu, Tara Bintang, Aek Riman, Sibua Kare, Huta Ambasang, Sigalapang, Aek Sopang, Tolping, Siambaton Julu, Temba, Arbaan, Parbotihan, Sanggaran, Huta Julu, Sihikkit, Banuarea, Sijarango, Sitonong, Sampean, Kalasan, Pusuk, dan lain-lain.

4) BARUS BARAT terdiri dari Dewan Nagari Siambaton Napa, Manduamas, Gosong-Telaga, Laebutar, Singkil Baru (Suraya) berikut desa-desanya antara lain Pardomuan, Tumba, Binjohara, Pagaran-Pinang, Saragih, Purti, Balno, Rimau, Oboh, Runding, Tambisi, Sikoran, Napagalu, Bistang, Pangkalan Surambi, Lipek Kajang, Pakkiraman, Sirimo-Bunga-Tolu, Kampung Keras, Lae Gambir, Bonang, Siteraju, Namasondol, Suro, Uruk-datar, Tanjung Mas, Subulussalam, dan lain-lain.

5) BARUS SELATAN adalah samudera Indonesia yang di depannya ada Pulau Mursala, Pulau Sorkam, Pulau Panei, Pulau Karang, Ulak Bumi, Pulau Lipan, Pulau Mangki Gadang, Pulau Panjang, Pulau Sarok, dan Pulau Sikandang. Luas wilayah Barus Raya diperkirakan lebih dari 400.000 ha., memanjang sepanjang pantai Barat Sumatra, antara Muara Kolang di tenggara sampai muara sungai Simpang Kanan. Sungai-sungainya yang terbesar antara lain Aek Raisan melintas di negeri Kolang, Aek Sibondong, hulunya Kota Dolok Sanggul di Humbang Hasundutan dan bermuara di Pasar Sorkam.


 Barus jejak Islam Nusantara pertama,                                                                                                                                      Barus pusat pemerintahan - perdagangan di Barat Sumatera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...