NusanTaRa.Com
byBambanGBiung, 28/4/2018
byBambanGBiung, 28/4/2018
Dugong atau yang sering di sebut Ikan Duyung ternyata
termasuk mamalia laut dan tidak termasuk ikan sebagaimana anggapan umum
masyarakat karena keberadaannya di dalam air laut sebagai habitatnya, tetapi lebih
dilihat dari sisi morfologinya yang mirip dengan hewan yang menyusui . Selain itu Dugong memiliki banyak kemiripan
dengan sitem faal tubuh manusia
setidaknya demikian kata, Adriani
Sunuddin dosen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang
tergabung dalam Dugong & Seagrass Conservation Project (DSCP) Indonesia di
Bintan, Kamis (26/4/2018).
Dugong
termasuk salah satu dari 35 spesies mamalia yang hidup diperairan
laut di Indonesia pada umumnya meski pada titik tertentu serta dengan jumlah
yang sangat terbatas sehingga satwa ini termasuk satwa yang dilindungi,
Dugong masih sering ditemukan di perairan Berau (Derawan), Perairan NTT
(Salamun dan P Kera), perairan Bali, Jawa Barat (Pangandaran), Kep. Riau, Perairan Halmahera dan sebagainya di siring perairan
Indo-Pasifik. Dugong satwa yang masih sekerabat dekat secara genetis dengan gajah
ini merupakan satu-satunya mamalia ordo Sirenia yang tinggal di laut, Famili Dugongidae Gray, Subfamili
Dugonginae Simpson, Genus Dugong
Lacépède dan Spesies Dugong
dugon (Muller, 1776).
Dahulu kala nama ikan ini sangat di agungkan
dikalangan masyarakat awam terlebih yang belum pernah melihatnya secara
langsung, sehingga ada yang mengandaikannya sebagai bentuk manusia Ikan yang
berparas cantik dengan ciri mulai dari pinggang hingga kaki menyerupai ekor
bersisik dan bagian atas berbentuk
wanita normal dengan paras cantik berambut panjang serta memiliki air
mata yang memiliki kemampuan magis
tertentu, sehingga selain kecantikannya kelebihan khususnya itu menjadi buruan
manusia. “ Bahkan dalam berbagai
buku bacaan ia dikiaskan dalam berbagai Legenda yang besar hingga
dikaitkan sebagai kisah legenda sebuah tradisi daerah tertentu “,
Ujar SiDin DominikusDuraNLgaenda tentang kisah orang dahulu.
Dinas Kelautan dan Perikanan NTT memastikan
ada ikan duyung atau dugong (dugong dugon) di perairan laut Sulamu dan Pulau
Kera, Kabupaten Kupang. " Kepastian itu setelah tim dari DKP NTT dan
World Wide Fund for Nature (WWF) melakukan penyelaman di wilayah perairan laut
itu ", kata Kepala Seksi Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT, Muhammad
Saleh Goro seperti dikutip dari Antaranews.com di Kupang, Rabu (7/3/2018).
"Beberapa hari lalu, kami menerima
laporan dari Arman Lagampa, ketua kelompok nelayan Sulamu bahwa para nelayan
telah melihat ada ikan duyung di perairan Sulamu dan Pulau Kera,"
katanya. Ikan duyung terlihat pada bulan
Januari-Februari 2018 di perairan selatan Sulamu dan perairan selatan Pulau
Kera, pada beberapa koordinat antara lain koordinat10003.645 LS - 123035.384 BT
dan 10005.726 LS - 123033.333 BT,
diperkuat dengan adanya bekas jalur makan ikan diarea jenis Lamun
Halovila ovalis (Lamun Sendok) dan Tim dari atas KPP Nopoleon sempat melhat
Dugong munscul sebanyak tiga kali di permukaan air.
Duyung atau dugong satu-satunya mamalia laut herbivora atau maun
(pemakan dedaunan) dan semua
spesies mamalia laut yang hidup pada perairan segar dengan
suhu air tertentu. Dalam penyebarannya
Dugong (Duyung) sangat tergantung pada ketersediaan rumput laut
diperairan sebagai sumber makanan
seperti Halovila ovalis sp
dll. Penyebaran Dugong di perairan laut
terbatas pada kawasan pantai tempat ia dilahirkan, membutuhkan
kawasan jelajah yang luas, perairan dangkal serta tenang, seperti di
kawasan teluk dan hutan bakau.
Makanan utama Dugong yakni lamun,
Lamun berbeda dengan rumput laut (seaweed) yang merupakan tanaman makro alga yang hidup di
laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati dan pada umummnya hidup
di dasar perairan, sedangkan Lamun
tanaman yang hidup dilaut dan tidak memiliki klorofil tumbuh di daerah
dekat pantai dan Lamun merupakan kompetitor bagi rumput
laut. Di Kepulauan Derawan, Berau masih
ditemukan adanya sea grass (lamun) ini
yang membuat Dugong diyakini masih hidup di sana.
Dugong
diyakini masyarakat masih ada di Berau sebagaimana sering mereka temukan disana bahkan di kawasan Teluk
Balikpapan satwa Duyung massiih sering ditemukan sebagaimana dijelaskan Sri
Jimmy dari WWF Kubar Kalimantan Timur,
Duyung sering ditemukan berenang
sendirian atau dalam formasi bersama pasagngan induk-anak dan dalam satu kelompok bisa ditemukan 4-6
ekor dengan kecepatan renang 10 km/jam atau 25 km dalam sehari. "
Dugong sering muncul di Teluk Balikpapan. Beberapa tahun terakhir,
habitat mulai terancam karena ekspansi pembangunan dan industri di kawasan
tersebut ", Ujar SiGaluh Sri Jimmy tentang Duyung biasa juga disebut sebagai Lembu laut, Sapi laut, babi laut, onta
laut, Gajah laut hingga disebut sebagai
nona laut.
Beberapa kesamaan manusia dan Duyung diantaranya,
Duyung juga membutuhkan waktu sekitar 9 (9-14 bulan), Dugong dewasa
dapat mencapai usia hingga 73 tahun, Usia reproduksi sekitar 7-17 tahun dan bisa reproduksi
kembali setelah 2,5 tahun-6 tahun bulan untuk bisa melahirkan anakannya, Duyung bisa mengeluarkan air mata/menangis karena
lubrikasi saat berada di darat,
struktur jari-jari sirip pada tungkai atau lengan untuk bergerak
bebas di dalam air dan memeluk anaknya, Duyung memiliki Tulang belakang dan
Rusuk. Hal berbeda Berat Duyung saat
lahit hanya 25-35 kg tetapi ukuran tubuh maksimal bisa hingga 4,1 meter dan
berat 1 ton (1000 kg).
Ikan Duyung di Pantai Alor,
Ikan yang kaya akan hikmah dari Leluhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar