NusanTaRa.Com
Dua Gambaran
panorama diatas menurut saya merupakan suatu sisi romantis Kampung Issuy, masih ada
gambaran lain yang tak kalah Romantis yaitu terdapat dua jeramba panjang
sekitar 400 meter dan 120 meter yang terletak di di sisi Barat dan Timur
kampung yang melintas di atas Rawa menghubungkan Tanah berupa Tanjung di kedua sisi tersebut, disisi timur jembatan 400 meter disebut “ Jembatan
Cinta
“ kata warga disitu kalau sepasang kekasih berdiri diatas jembatan Ulin tersebut
dengan niat baik maka mereka akan sejodoh abadi. Jika anda berada di sana pada sore hari ada
baiknya anda menccoba berspeedboad khas Kampung Issuy yang terbuat
dari kayu dengan mesin ketinting seingat
saya mirip dengan model speedboad yang digunakan di sungai-sungai Thailland,
sambil menikmati matahari tenggelam di barat cakrawala Danau.
Sebagai Kampung Adat maka kegiatan produkip tradisional tak bisa tidak pasti ada dalam dinamika masyarakatnya berupa perayaan adat, Rumah Adat/Lamin, Tarian Adat, Tenun adat ulap Doyo, Ukiran dan Upacara Kematian Kuangkay. Menurut Driver yang mengantar saya Bung Anton bahwa Issuy sering mengadakan pesta adat tertentu atau pada saat kedatangan tamu yang di laksanakan dirumah adat atau di panggung yang terletak di depan Kantor Desa.
“ Kampung Issuy mulai terasa dikunjungi turis sejak tahun 1994, terutama untuk menyaksikan Dua Rumah adat/lamin di sini, Danau Jempang dan mengikuti upacara adat “, Ujar SiDin Stefanus Yapan warga kampung. Lamin disini ada dua terletak di Jalan Indonesia-Australia yang baru dibangun tahun 2014 sebuah bangunan dari kayu ulin terdiri dari 12 petak, setiap petak untuk satu keluarga terdiri kamar tidur dan dapur serta satu ruangan besar untuk semua penghuni dibagian depan terdapat beranda Panjang, memiliki tongga berukir disetiap tangga bangunan ini dipenuhi berbagai ukiran khas Benuaq yang indah.
Kesempurnaan
pesona Danau Jempang yang terletak di
Kab. Kutai Barat terletak pada keunikan kampong Tanjung Issuy, sebuah kampung tradisional Dayak yang terletak
ditanjung sisi selatan Danau Jempang
dihuni suku Dayak Benuaq, Dayak Tunjung,
Kutai/Melayu dan suku pendatang lainnya. Kehidupan Masyarakat Tanjung Issuy yang
sebagia besar beragama Kristen sehingga ketika memasuki Kampung ini kita akam
melihat beberapa deret Gereja, Mesjid
akan kita temukan di sisi danau yang
banyak di huni warga Islam. Meski sebagai kampung tradisionil yang ditandai
dengan masih berjalannya pola hidup tradisi,
berjalannya perayaan adat dan
masih adanya rumah adat Lamin dengan kegiatannya tapi kehidupan di kampung ini sudah cukup baik ditandai bangunan rumah
permanen, ada pasar kampung dan banyaknya
kendaraan pribadi milik warga.
Kampung yang terletak disisi danau ini memiliki banyak Jembatan atau jeramba tempat pemberangkatan atau sandaran perahu, dibagian tengah terletaak dermaga utama dengan dua pilar penghiasnya terbuat dari ukiran khas Dayak Benuaq yang bermotipkan satwa seperti Naga, Enggang, Babi dll yang sayang dilewati tanpa berpose disitu. Di pesisir Kampung Issuy ini juga banyak ditemukan Rumah Apung yaitu tempat tinggal yang dibangun diatas batang atau rakit yang mengapung serta disampingnya terkait 2-4 Jaring Aping tempat budidaya ikan, sehingga tak heran ketika kita melewati tempat terlihat penjemuran ikan asin. Ikan asin ini banyak dijual ke Sendawar, Melak, Tenggarong, Samarinda dan kampung disekitarnya dengan Harga Rp 30.000 per kg.
Kampung yang terletak disisi danau ini memiliki banyak Jembatan atau jeramba tempat pemberangkatan atau sandaran perahu, dibagian tengah terletaak dermaga utama dengan dua pilar penghiasnya terbuat dari ukiran khas Dayak Benuaq yang bermotipkan satwa seperti Naga, Enggang, Babi dll yang sayang dilewati tanpa berpose disitu. Di pesisir Kampung Issuy ini juga banyak ditemukan Rumah Apung yaitu tempat tinggal yang dibangun diatas batang atau rakit yang mengapung serta disampingnya terkait 2-4 Jaring Aping tempat budidaya ikan, sehingga tak heran ketika kita melewati tempat terlihat penjemuran ikan asin. Ikan asin ini banyak dijual ke Sendawar, Melak, Tenggarong, Samarinda dan kampung disekitarnya dengan Harga Rp 30.000 per kg.
Sebagai Kampung Adat maka kegiatan produkip tradisional tak bisa tidak pasti ada dalam dinamika masyarakatnya berupa perayaan adat, Rumah Adat/Lamin, Tarian Adat, Tenun adat ulap Doyo, Ukiran dan Upacara Kematian Kuangkay. Menurut Driver yang mengantar saya Bung Anton bahwa Issuy sering mengadakan pesta adat tertentu atau pada saat kedatangan tamu yang di laksanakan dirumah adat atau di panggung yang terletak di depan Kantor Desa.
“ Kampung Issuy mulai terasa dikunjungi turis sejak tahun 1994, terutama untuk menyaksikan Dua Rumah adat/lamin di sini, Danau Jempang dan mengikuti upacara adat “, Ujar SiDin Stefanus Yapan warga kampung. Lamin disini ada dua terletak di Jalan Indonesia-Australia yang baru dibangun tahun 2014 sebuah bangunan dari kayu ulin terdiri dari 12 petak, setiap petak untuk satu keluarga terdiri kamar tidur dan dapur serta satu ruangan besar untuk semua penghuni dibagian depan terdapat beranda Panjang, memiliki tongga berukir disetiap tangga bangunan ini dipenuhi berbagai ukiran khas Benuaq yang indah.
Lamin Etam
yang lama telah difungsikan sebagai Penginapan
“ LOUU TAMAN JAMRUD “, laminpun dipenuhi dengan ukiran khas dayak
dan patung-patung suci dari berbagai
model dalam pondok di depan Lamin. Dibagia depan Lamin ini berdiri Tonggak kayu berukir setinggi 2 meter biasanya bagian atas terdapat ukiran kepala Naga (Bhs. Dayak BLONTANG) untuk mengikat
hewan yang disembelih saat perayaan adat “ KOANGKAY “.
Koangkay merupakan upacara adat kematian dengan menyembelih banyak hewan
untuk menghormati arwah orang yang telah
mati dan berada di alam nirwana, keyakinan mereka bahwa tidak ada arwah yang
masuk neraka sebab selama hidup di dunia dosa mereka telah dibalas dengan berbagai penderitaan yang dilalui,
sehingga roh tersebut masuk keberbagai
hewan untuk menuju alam nirwana tersebut.
Di depan Lamin Louu Taman Jamrud terdapat took yang menyajikan berbagai barang souvenir sebagai cenderamatan barang ukiran, Ayaman, Barang-khas dayak dan tenunan, jika kita punya waktu kita bisa memesannya disini sesuai yang kita inginkan tentunya dengan desain yang mereka sajikan sebagaimana Adat Dayak Benuaq dan Adat Dayak Tunjung. Menurut Pak Anton wisatawan yang datang dalam jumlah agak besar dapat memesan untuk sebuah persembahan tarian-tarian adat, Anda dapat juga memesan ukiran Patung sebagaimana yang anda inginkan atau Ulap Doyok yang merupakan kain khas tenunan Dayak di Tanjung Issuy dalam berbagai ukuran dan motip.
Di depan Lamin Louu Taman Jamrud terdapat took yang menyajikan berbagai barang souvenir sebagai cenderamatan barang ukiran, Ayaman, Barang-khas dayak dan tenunan, jika kita punya waktu kita bisa memesannya disini sesuai yang kita inginkan tentunya dengan desain yang mereka sajikan sebagaimana Adat Dayak Benuaq dan Adat Dayak Tunjung. Menurut Pak Anton wisatawan yang datang dalam jumlah agak besar dapat memesan untuk sebuah persembahan tarian-tarian adat, Anda dapat juga memesan ukiran Patung sebagaimana yang anda inginkan atau Ulap Doyok yang merupakan kain khas tenunan Dayak di Tanjung Issuy dalam berbagai ukuran dan motip.
Ulap Doyo,
Merupaka kain tenunan masyarakat dayak yang terbuat dari sejenis tumbuhan pandan (Curliglia latifolia), dalam masyarakat Dayak Benuaq disebut tanaman Doyo.
Proses pembuatannya Pertama daun
doyo dikeringkan, lalu daun ditempa
halus untuk mendapatkan bentuk yang pipih,
Serat daun kemudian dikeluarkan
satu persatu dari struktur daun untuk menghasilkan benang yang halus,
bertekstur unik namun tetap kuat. Benang-benang
ini kemudian diberi warna dengan pewarna alami yang diekstrak dari bahan-bahan
hasil hutan. Serat-serat halus
ini ditenun menggunakan mesin tenun tradisional menjadi
sebuah kain atau Ulap Doyo dengan berbagai motip hiasan manusia, flora dan
fauna khas Dayak.
Denting bunyi dawai Sampe dan Gong alat musik khas dayak mengantarkan Gadis Dayak dengan lunglai meliukkan tubuhnya membuat tarian-tarian bak burung Enggang dan Elang yang sedang bergembira atau bermohon pada Dewata, dihiasi manik-manik khas dayak yang berwarna-warni serta bulu burung menambah pesona kecantikan Sang Samandak. Manik-manik disini mempunyai pesona dan ciri khas tersendiri yang mereka buat disesuaikan dengan kebutuhan apa yang ingin ia gunakan yang terbuat dari berbagai batu alam yang terdapat di Issuy serta berbagai warna. Akhirnya untk melengkapi perjalanan ini saya pulang dengan Cinderamata Anjat, Ulap Doyo warna Pink, dan Manik-manik dari batu berwarna warni.
byKariTaLa LADenting bunyi dawai Sampe dan Gong alat musik khas dayak mengantarkan Gadis Dayak dengan lunglai meliukkan tubuhnya membuat tarian-tarian bak burung Enggang dan Elang yang sedang bergembira atau bermohon pada Dewata, dihiasi manik-manik khas dayak yang berwarna-warni serta bulu burung menambah pesona kecantikan Sang Samandak. Manik-manik disini mempunyai pesona dan ciri khas tersendiri yang mereka buat disesuaikan dengan kebutuhan apa yang ingin ia gunakan yang terbuat dari berbagai batu alam yang terdapat di Issuy serta berbagai warna. Akhirnya untk melengkapi perjalanan ini saya pulang dengan Cinderamata Anjat, Ulap Doyo warna Pink, dan Manik-manik dari batu berwarna warni.
Tentu sangat menarik untuk mengisi liburan bersama keluarga .........
BalasHapus