NusanTaRa.Com
Keberagaman itu Indah,
Toleransi menjadi perekat perbedaan yang ampuh.
Gereja " Ismail " di Kamp. Ilawe Kab. Alor NTT |
Keragaman dalam suatu masyarakat merupakan suatu keindahan dan
kekuatan karena perbedaan yang ada dapat
menjadi komplesitas yang saling mendukung, sejalan dengan makna dalam dasar Negara
Indonesia Pancasila “ Bhiineka Tunggal Ika “
yang bermakna berbeda - beda
tapi tetap satu. Palsafah Negara ini tentunya telah
menjadi jati diri bangsa Indonesia sejak
dahulu kala yang dihuni dari berbagai ragam suku, agama dan budaya namun
kita Alhamdulillah sampai hari masih
tetap bersatu. Salah satu kekuatan
dari keberagaman bangsa di tanah air adalah adanya sifat Toleransi yang tinggi
dari setiap masyarakat terhadap
keberagaman yang ada dalam sosialnya seperti dalam aktipitas keagamaan ditanah air.
Hampir setiap wilayah di tanah air
memiliki keberagaman baik suku, Agama ataupun Budaya namun dengan sikap
toleransi yang baik semua kehidupan dapat berjalan dengan baik seperti di Desa
Honi Hama Kec. Witihama Kab. Flores Timur NTT. Daerah ini mayoritas dihuni masyarakat yang
beragama Kristen Katolik dan sebagian kecil beragama Islam, Semua masyarakat memiliki Toleransi
beragama yang baik terhadap penganut
yang lain sehingga kegiatan agama di daerah tersebut dapat berjalan dan saling
mendukung. Stanis Lampaha warga disana
mengatakan, ketika ummat Kristen melaksanakan
PASKAH warga muslim datang berbondong-bondong memberikan ucapan selamat
dengan berjabat tangan, demikian juga ketika Idul fitri kami (Kristen) yang
datang berbondong dengan memberikan ucapan dan salaman “ demikian ucapannya saat perbincangannya di
RRI Jukarta.
Semangat Toleransi ummat beragama di Nusantara juga
terlihat di Kampung Islam Kepaon Denpasar
Bali, ketika merayakan Hari Raya Idhul
Fitrie 1437 H yang jatuh Rabu, 6 Juli 2016.
Malam sebelumnya Selasa 5 Juli 2016 dilaksanakan Takbir keliling kampong
Islam kepaon yang dilepas dari mesjid Al-Muhajirin oleh ummat islam di kampong tersebut serta
diikuti warga non Muslim yang ada dikampung tersebut, pemberangkatan takbir
tersebut turut disaksikan Raja Puri Pemecutan Bali, Anak Agung Ngurah Manik Parasara
yang bergelar “ Ida Cokorda Pemecutan XI
“.
Ida Cokorda Pemecutan XI berujar, “ Hubungan persaudaraan Kami (Puri Pemecutan
dan Ummat Islam di Kepaon) merupakan
sejarah sejak berabad-abad lalu.
Mudah-mudahan Tuhan yang Maahaesa selalu memberikan jalan terbaik untuk
persaudaraan ini “. “
Sejak dahulu orang-orang Muslim di Kepaon ikut serta dalam menegakkan
Kerajaan Badung “, Ujar sidin Ida Cokorda Pemecutan XI, “
Kenyataan sejarah dan hubungan darah sudah melekat diantara kami
sehingga tidak ada perbedaan lagi, mudah-mudahan dalam Pancasila Kami tetap
bersatu “, tambah sidin Ida Cokorda.
Keharmonisan masyarakat Bhinneka Tunggal
Ika di Bumi Nusantara juga diperlihatkan
warga Kampung Ilawe Desa Alila Timur Kabupaten Alor NTT, Dalam membangun Gereja Ismail tempat beribadah
Warga Kristen yang hanya 4 KK yang justru pembangunannya banyak dilaksankan
warga Islam termasuk Ismail kakak Dahlan
Lobang Imam Mesjid Darul Falaq tahun 1949 yang kemudian jadi nama Gereja ujar
Pendeta Mesak Lobanbil. Dulunya warga di Desa ini hanyalah satu
keluarga ketika agama masuk ke Alor sebagian besar masuk Islam dan sebagian
masuk Kristen dan menetap di Pegunungan.
Selain di Kampung Ilawe keindahan toleransi Beragama warga
Muslim dan Kristen juga terlihat di Desa Dulolong Barat, Kec. Alor Barat Laut
dalam pembangunan Mesjid Sabili Salam. “
Kita bangun bersama setiap pembangunan
mesjid maupun gereja antara wara Islam daan Kristen “, Ujar sidin Sumirat. “ Untuk gotong Royong itu sudah budaya di sini,
orang luar tak akan mengenali mana Kristen mana Islam karena kami sudah seperti
keluarga, saling membantu , jika ada kegiatan mesjid yang kami turut demikian juga sebaliknya “, jelas Martinus. Tak heran, jika hari raya Idhul Fitrie dan
Natal merupakan perayaan bersama bagi semua kalangan bersama, Jelas Kepalaa
Kantor Wilayah Kementerian Agama Kabupaten Alor, Muhammad Marhaban.
Kapolsek Distrik Ilaga Kabupaten
Puncak Papua, Ipda Sayori mengatakan bahwa “
Ada sekitar 150 orang pemuda
Nasrani turut menjaga keamanan saat Ummat Islam melaakukan takbir dan Salat Id “. “ Usai Salad id, ummat Islam mendapat kejutan
dari ummat non Islam Kab. Puncak papua,
mereka memberikan lambing persaudran berupaa bunga dan ucapan Hari Raya Idhul Fitrie sebagai rasa toleransi
kerukunan ummt beragama yang selam ini terjalin dengan baik di Kabupaten Puncak
“, Tambah Sayori. " Seperti kita ketahui, Kabupaten Puncak
dulunya salah satu daerah yang rawan konflik, namun beberapa tahun belakangan
ini Kabupaten Puncak berangsur-angsur sudah membaik dan kondusif. Jadi
masyarakat di sini kebersamaannya sangat kuat
", sambung Sayori.
byFarhaDTukirmaNUmmat Islam di Distrik Illaga Kab. Puncak Papua, mendapat ucapan selamat setelah sholat Idul Fitrie dr ummat lainnya |
Toleransi menjadi perekat perbedaan yang ampuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar