NusanTaRa.Com
Kota Tahuna Ibukota Kab. Sangihe |
Sebagian masyarakat dunia menyebut P
Hawai sebagai Paradiso di jantung Lautan Pasipik, maka Kepulauan Sangihe Talaud
di bagian Barat daya dengan kemiripan wilayah dan budaya daerah kepulauanpun sejak dulu kala telah
dikenal sebagai “ Paradiso di Bibir Pasifik “.
Keindahan dan kekayaan alamnya
dengan berbagai rempah (Pala, Cengkeh, Lada, kayu putih) serta hasil lautnya membuat
banyak pedagang menjadikannya pusat perniagaan. Kemakmuran
tersebut tak lepas dari berdirinya kerajaan yang silih berganti dalam mewujutkan kehidupan
sejahtera bagai Paradiso, hingga daerah ini pernah masuk dalam wilayah
kekuasaan Kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai Kerajaan Udamakatraya.
Budaya masyarakat Sangihe Talaud yang ramah dan periang sejak dahulu kala baik yang hidup sebagai nelayan maupun petani seperti keberanian mengarungi laut dengan biduk kecil, Tarian Bambu, serta musik bamboo sehingga pada setiap perayaan pesta adat yang disebut “ TULEDE “ disuguhi dengan tarian – tarian, music bamboo , perlombaan perahu dan berbagai acara ritual. Daerah ini memiliki kekayaan alam yang sangat indah untuk jadi tujuan wisata seperti Gunung Api di dasar laut, Koral, Gunung, Air terjun, Danau dan kegiatan bahari lainnya yang hanya bisa diungkapkan dengan kata Paradissoooooooo.
Kepulauan Paradiso ini berada di Timur Laut Pulau Sulawesi berbatasan Pulau Mindanao Filipina dengan luas 11.863,58 km2 terdiri dari Lautan 11.126,61 km2 dan daratan 736,97 km2 serta Jumlah Penduduk 323.119 jiwa. Gugusan ini terdiri dari 105 pulau 79 pulau tidak memiliki penghuni dan 26 pulau berpenghuni serta terdiri dari tiga Kabupaten. 1. Kabupaten Sangihe dengan ibukota Tahuna, Luas 1.012,94 km2, Jumlah Penduduk 129.609 jiwa, 2. Kabupaten Talaud dengan ibukota Melonguane, terbentuk berdasarkan UU No. 8 tahun 2002 pada 10 April 2002 hasil pemekran dari Kabupaten Sangihe Talaud dan Jumlah Penduduk 102.067 jiwa dan 3. Kabupaten Sitaro (Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro) ibukotanya Ondong Siau, terbentuk dari pemekaraan Kabupaten Sangihe berdasarkan UU No. 15 Tahun 2007 pada 02 Januari 2007 dengan Luas 275,96 km2 dan Jumlah Penduduk 92.443 Jiwa.
Menurut
Legenda Sangir Talaud, Dahulu kala di
abad ke 12 di Kotabato P Mindanao Filipina berdiri sebuah kesultanan dengan
Sultan Timudai/Tuwondai serta permaisurinya yang bijak yang berasal dari
Kerajaan Ternate. Masyarakatnya
hidup makmur dengan hasil pertanian dan
perikanan yang melimpah, kemudian
kerajaan ini di karunia anak yang bernama Datuk Gumansalangi yang berperangai
kurang baik, untuk menyadarkan sianak dari perangai buruknya ia di tinggalkan orang
tuanya di Sangir, hingga ia menjadi Datuk yang bijak serta mendapatkan istri
Ondonu Ansa (Mekila) namun menurut persi kisah lain bahwa keduanya merupakan
manusia kayangan.
Budaya masyarakat Sangihe Talaud yang ramah dan periang sejak dahulu kala baik yang hidup sebagai nelayan maupun petani seperti keberanian mengarungi laut dengan biduk kecil, Tarian Bambu, serta musik bamboo sehingga pada setiap perayaan pesta adat yang disebut “ TULEDE “ disuguhi dengan tarian – tarian, music bamboo , perlombaan perahu dan berbagai acara ritual. Daerah ini memiliki kekayaan alam yang sangat indah untuk jadi tujuan wisata seperti Gunung Api di dasar laut, Koral, Gunung, Air terjun, Danau dan kegiatan bahari lainnya yang hanya bisa diungkapkan dengan kata Paradissoooooooo.
Kepulauan Paradiso ini berada di Timur Laut Pulau Sulawesi berbatasan Pulau Mindanao Filipina dengan luas 11.863,58 km2 terdiri dari Lautan 11.126,61 km2 dan daratan 736,97 km2 serta Jumlah Penduduk 323.119 jiwa. Gugusan ini terdiri dari 105 pulau 79 pulau tidak memiliki penghuni dan 26 pulau berpenghuni serta terdiri dari tiga Kabupaten. 1. Kabupaten Sangihe dengan ibukota Tahuna, Luas 1.012,94 km2, Jumlah Penduduk 129.609 jiwa, 2. Kabupaten Talaud dengan ibukota Melonguane, terbentuk berdasarkan UU No. 8 tahun 2002 pada 10 April 2002 hasil pemekran dari Kabupaten Sangihe Talaud dan Jumlah Penduduk 102.067 jiwa dan 3. Kabupaten Sitaro (Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro) ibukotanya Ondong Siau, terbentuk dari pemekaraan Kabupaten Sangihe berdasarkan UU No. 15 Tahun 2007 pada 02 Januari 2007 dengan Luas 275,96 km2 dan Jumlah Penduduk 92.443 Jiwa.
Pantai Karakeleng Kab. Talaud |
Datuk
Gumansalangi (Medelu) dan istrinya Ondu Ansa (Mekila) menjadi manusia pertama
yang mendiami Sangir di Gunung Sahendaruman serta mendirikan Kerajaan abad XIII M
hingga XIV M. Disusul berdirinya kerajaan-kerajaan kecil
yang merupakan turunannya serta berbagai perkawinan yang melahirkan suku-suku
di Sangier Talaud seperti Kerajaan Saluran di Manuwe tahun 1500 dibawah
Kulane Bulega Langi, Kerajaan Limu di Sahabe tahun 1520 di bawah Kulane Pahawon
Seke, Kerajaan Tabukan di Tabukan dibawah Raja Makaampow Bawengehe, Kerajaan Manganitu di Paghulu tahun 1600 di
bawah Raja Tolesan, Kerajaan Tahuna di
Kolongan tahun 1580 di bawah Raja Tatohe,
Kerajaan Siau di Katutungan tahun
1510 dibawah Raja Leken Banua II, Kerajaan Tagulandang di Tulusan tahun 1570 di
bawah Ratu Leheraung, Kerajaan Kendar di
Talawide tahun1600 di bawah Sultan Mehega Langi
putra Sultan Syarief (dari Davao) dan Kerajaan Talaud di Beo bermula abad ke XV dan terakhir tahun 1922
(XX) di bawah Raja Johanis Tamawiwy, setelah Fasisme Jepang masuk Talaud tahun
1942 kerajaan sangir talaud bubar.
Bila ditelusuri dari asal-usul
keturunan Sangir Talaud yang berawal dari Datu
Gumansalangi kemudian perkawinan turunanya dengan suku dari luar maka
ditemukan suku Sangir Talaud berasal dari 1. Ras Apapuang dari Negrito, 2. Ras Saranggani dari Mindanao
Selatan, 3. Ras Meranoa dari Midanao
tengah, 4. Ras Kep. Sulu dan Ras Kedatuan Bowentehu dari Manado. Peninggalan zaman dahulu berupa barang keramik
dari cina di kuburan-kuburan tua atau di gua-gua sebagaimana di ungkapkan Prof.
Bellawood dosen Universitas Chambera,
peneliti Ingris berkebangsaan Swiss tahun 1974, seperti Gua Bukit Duanne Musi dan di Salurang
Sangihe menemukan barang-barang keramik, kapak batu dan barang lain yang diperkirakan
berusia hingga 6000 tahun.
Dahulu kala daerah ini termasuk
penghasil rempah-rempah soporti Cengkeh, Pala, Lada, Kayu putih dll, sehingga tak ayal banyak dikunjungi pedagang
dari berbagai Negara seperti portugis, Inggeris, Bollanda, China, Gujarat,
Persia dan India. Daerah ini juga
pernah mengalami kemakmuran dalam rentan waktu tertentu karena hasil produk
rempah yang melimpah dan perdagangan barter yang lancar dengan masyarakat. Hingga suatu waktu manakala para pedagang
dari Eropah Portugis ingin menguasai
perdagangan Rempah dari Nusantara dengan
menerapkan system perdagangan Monopoli yang tentunya sangat membatasi
petani rempah. Lebih jauh lagi untuk
memenuhi ambisinya Portugis ingin memusatkan perdagangan rempahnya ke Ternate
dan memusnahkan tanaman rempah di daerah lain termasuk di Talaud (dibabat
habis) agar tidak tersaingi dari peniaga
lainnya.
Ekspedisi Spanyol Ferdinand
Magelhaens tahun 1511-1521 yang menemukan kepulauan Filipina merambah wilayah
kepulauan ini dengan kepala armada perahu layar Santos, yang kemudian terbunuh
di Mindanao Philipines. Ekspedisi ini
dilanjutkan ke kepulauan Ternate dengan menjalin hubungan dengan Sultan Ternate
Hairun, kehadiran ekspedisi ini tentunya sangat mengusik Portugis sehingga
mengundang Sultan Hairun ke markasnya yang kemudian membunuhnya. Sultan Baabulah sebagai anak melakukan
perlawanan dengan dengan dukungan Spanyol, setelah berhasil kesultanan ternate
memperluas kekuasaanya hingga ke tanah Papua, Sulawesi dan Mindanao.
Kisah diatas menyimpulkan bagaimana hilangnya satu kejayaan dan alam Paradiso (surga dunia) sebagai penghasil rempah, karena keserakahan bangsa-bangsa penjajah/kolonial-kolonial untuk menguasai perdagangan rempah-rempah Nusantara, sekaligus mata pencaharian warga pribumi saat itu. Budaya yang telah kuat bagi masyarakat Sangihe-Talaud dengan alamnya telah membuatnya kembali bertahan dan hingga kini apa yang telah dibumi hanguskan kolonialisme tersebut masih bertahan di Paradiso bibir Pasifik, seperti Cengkeh, Lada dan buah Pala serta berbagai budaya kesenian mereka yang tumbuh dari alat musik Bamboo. Jika anda ke Sangihe-Talaud entah dengan Pesawat Udara yang dihubungkan dengan dua bandara ke Manado atau kapal laut berjarak 200 - 400 mil jangan lupa beli oleh-oleh " Manisan PALA ".
Pada masanya dulu Tokoh adat merupakan satu sentralistik bagi kehidupan masyarakat Talaud, tatanan ini tergambar daalam struktur adat di wilayah kepulauan ini, dimana tokoh-tokoh adat jadi panutan yang dijunjung tinggi dalam pengendalian kehidupan sehari-hari warganya, baik dalam dalam kehidupan sebagai nelayan maupun sebaagai petani. Sehingga semua aktipitas kehidupan Pertanian, Nelayan dan lainnya harus mendapat perintah atau persetujuan dari Tokoh-tokoh adat tersebut seperti musim tanam (" iamba matitim "), pembuatan Sampan (" assan"") dalam prosesi ritual adat.
Sejarah pernah mencatat peranan Raja Talaud " Julius Tamawiwi " atau bahasa Talaud, pernah menjadi satu keputusan dalam kasus Internasional, manakala Filipina (dalam jajahan Amerika Serikat) berseteru dengan Hindia Belandaa (Penjajah Indonesia) terkait status Pulau " Miangas ". Max Huber sebagai Arbritator dari Pengadilan Arbritase Internasional saat itu menetapkan bahwa " Pulau Miangas termasuk satu bagian dari Kepulauan Talaud alias masuk Indonesia " dengan alasan bahwa " Masyarakat yang mendiami pulau Miangas menggunaka Bahasa Talaud dalam kehidupan sehari-harinya sebagai pertanda daerah kekuaasan masa kerajaan Talaud ".
byMcDonalDBiunG
Ada Pulau Hawai ada Kepulauan Sangihe Talaud,
Budaya dan Rempah wujutkan Paradiso di bumi Sangihe-Talaud.
Kisah diatas menyimpulkan bagaimana hilangnya satu kejayaan dan alam Paradiso (surga dunia) sebagai penghasil rempah, karena keserakahan bangsa-bangsa penjajah/kolonial-kolonial untuk menguasai perdagangan rempah-rempah Nusantara, sekaligus mata pencaharian warga pribumi saat itu. Budaya yang telah kuat bagi masyarakat Sangihe-Talaud dengan alamnya telah membuatnya kembali bertahan dan hingga kini apa yang telah dibumi hanguskan kolonialisme tersebut masih bertahan di Paradiso bibir Pasifik, seperti Cengkeh, Lada dan buah Pala serta berbagai budaya kesenian mereka yang tumbuh dari alat musik Bamboo. Jika anda ke Sangihe-Talaud entah dengan Pesawat Udara yang dihubungkan dengan dua bandara ke Manado atau kapal laut berjarak 200 - 400 mil jangan lupa beli oleh-oleh " Manisan PALA ".
Pada masanya dulu Tokoh adat merupakan satu sentralistik bagi kehidupan masyarakat Talaud, tatanan ini tergambar daalam struktur adat di wilayah kepulauan ini, dimana tokoh-tokoh adat jadi panutan yang dijunjung tinggi dalam pengendalian kehidupan sehari-hari warganya, baik dalam dalam kehidupan sebagai nelayan maupun sebaagai petani. Sehingga semua aktipitas kehidupan Pertanian, Nelayan dan lainnya harus mendapat perintah atau persetujuan dari Tokoh-tokoh adat tersebut seperti musim tanam (" iamba matitim "), pembuatan Sampan (" assan"") dalam prosesi ritual adat.
Sejarah pernah mencatat peranan Raja Talaud " Julius Tamawiwi " atau bahasa Talaud, pernah menjadi satu keputusan dalam kasus Internasional, manakala Filipina (dalam jajahan Amerika Serikat) berseteru dengan Hindia Belandaa (Penjajah Indonesia) terkait status Pulau " Miangas ". Max Huber sebagai Arbritator dari Pengadilan Arbritase Internasional saat itu menetapkan bahwa " Pulau Miangas termasuk satu bagian dari Kepulauan Talaud alias masuk Indonesia " dengan alasan bahwa " Masyarakat yang mendiami pulau Miangas menggunaka Bahasa Talaud dalam kehidupan sehari-harinya sebagai pertanda daerah kekuaasan masa kerajaan Talaud ".
byMcDonalDBiunG
Kota Melonguane Kab. Talaud |
Ada Pulau Hawai ada Kepulauan Sangihe Talaud,
Budaya dan Rempah wujutkan Paradiso di bumi Sangihe-Talaud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar