Senin, 22 Agustus 2016

SEKILAS SANGIHE - TALAUD GUGUSAN PARADISO DIBIBIR LAUTAN PASIFIK

NusanTaRa.Com


Kota  Tahuna Ibukota Kab. Sangihe

         Sebagian masyarakat dunia menyebut P Hawai sebagai Paradiso di jantung Lautan Pasipik, maka Kepulauan Sangihe Talaud di bagian Barat daya dengan kemiripan wilayah dan budaya  daerah kepulauanpun sejak dulu kala telah dikenal sebagai “ Paradiso di Bibir Pasifik “.  Keindahan dan  kekayaan alamnya dengan berbagai rempah (Pala, Cengkeh, Lada, kayu putih) serta hasil lautnya membuat banyak pedagang menjadikannya pusat perniagaan.    Kemakmuran tersebut tak lepas dari berdirinya kerajaan yang  silih berganti dalam mewujutkan kehidupan sejahtera bagai  Paradiso,  hingga daerah ini pernah masuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai Kerajaan Udamakatraya.

         Budaya masyarakat Sangihe  Talaud  yang  ramah  dan  periang  sejak  dahulu  kala  baik yang  hidup sebagai  nelayan   maupun petani  seperti keberanian  mengarungi  laut  dengan  biduk  kecil,   Tarian Bambu, serta musik  bamboo sehingga pada  setiap perayaan  pesta adat  yang disebut  “  TULEDE  “ disuguhi  dengan  tarian –  tarian,  music  bamboo ,   perlombaan  perahu   dan berbagai  acara ritual.  Daerah ini memiliki kekayaan  alam yang sangat  indah untuk jadi tujuan wisata  seperti Gunung Api di dasar laut,   Koral,  Gunung,  Air  terjun,  Danau  dan  kegiatan  bahari  lainnya yang  hanya   bisa diungkapkan dengan kata  Paradissoooooooo.  

         Kepulauan Paradiso ini berada di Timur Laut Pulau Sulawesi berbatasan Pulau Mindanao Filipina dengan luas 11.863,58  km2 terdiri dari Lautan  11.126,61 km2 dan daratan 736,97 km2 serta Jumlah Penduduk 323.119 jiwa.   Gugusan ini terdiri dari 105 pulau 79 pulau tidak memiliki penghuni dan 26 pulau berpenghuni serta terdiri dari tiga Kabupaten.    1.  Kabupaten Sangihe dengan ibukota  Tahuna, Luas 1.012,94 km2, Jumlah Penduduk  129.609 jiwa,    2.  Kabupaten Talaud dengan ibukota Melonguane, terbentuk berdasarkan  UU No. 8  tahun 2002 pada  10 April  2002 hasil pemekran dari Kabupaten Sangihe Talaud dan Jumlah Penduduk 102.067 jiwa  dan   3.  Kabupaten Sitaro  (Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro) ibukotanya Ondong Siau, terbentuk dari pemekaraan Kabupaten Sangihe berdasarkan  UU No.  15 Tahun 2007 pada 02 Januari 2007 dengan Luas 275,96 km2 dan Jumlah Penduduk 92.443 Jiwa. 

Pantai Karakeleng Kab. Talaud
        Menurut Legenda Sangir Talaud,  Dahulu kala di abad ke 12 di Kotabato P Mindanao Filipina berdiri sebuah kesultanan dengan Sultan Timudai/Tuwondai serta permaisurinya yang bijak yang berasal dari Kerajaan Ternate.  Masyarakatnya hidup  makmur dengan hasil pertanian dan perikanan yang melimpah,   kemudian kerajaan ini di karunia anak yang bernama Datuk Gumansalangi yang berperangai kurang baik, untuk menyadarkan sianak dari perangai buruknya ia di tinggalkan orang tuanya di Sangir, hingga ia menjadi Datuk yang bijak serta mendapatkan istri Ondonu Ansa (Mekila) namun menurut persi kisah lain bahwa keduanya merupakan manusia kayangan. 

         Datuk Gumansalangi (Medelu) dan istrinya Ondu Ansa (Mekila) menjadi manusia pertama yang mendiami Sangir di Gunung Sahendaruman serta mendirikan Kerajaan  abad XIII M  hingga XIV M.   Disusul berdirinya kerajaan-kerajaan kecil yang merupakan turunannya serta berbagai perkawinan yang melahirkan suku-suku di Sangier Talaud  seperti  Kerajaan Saluran di Manuwe tahun 1500 dibawah Kulane Bulega Langi, Kerajaan Limu di Sahabe tahun 1520 di bawah Kulane Pahawon Seke, Kerajaan Tabukan di Tabukan dibawah Raja Makaampow Bawengehe,  Kerajaan Manganitu di Paghulu tahun 1600 di bawah Raja Tolesan,   Kerajaan Tahuna di Kolongan tahun 1580 di bawah Raja Tatohe,  Kerajaan  Siau di Katutungan tahun 1510 dibawah Raja Leken Banua II, Kerajaan Tagulandang di Tulusan tahun 1570 di bawah Ratu Leheraung,  Kerajaan Kendar di Talawide tahun1600 di bawah Sultan Mehega Langi  putra Sultan Syarief (dari Davao) dan Kerajaan Talaud di Beo  bermula abad ke XV dan terakhir tahun 1922 (XX) di bawah Raja Johanis Tamawiwy, setelah Fasisme Jepang masuk Talaud tahun 1942 kerajaan sangir talaud bubar.   

        Bila ditelusuri dari asal-usul keturunan Sangir Talaud yang berawal dari Datu  Gumansalangi kemudian perkawinan turunanya dengan suku dari luar maka ditemukan suku Sangir Talaud berasal dari 1. Ras Apapuang dari  Negrito, 2. Ras Saranggani dari Mindanao Selatan,  3. Ras Meranoa dari Midanao tengah,  4. Ras Kep.  Sulu dan Ras Kedatuan Bowentehu dari Manado.      Peninggalan zaman dahulu berupa barang keramik dari cina di kuburan-kuburan tua atau di gua-gua sebagaimana di ungkapkan Prof. Bellawood dosen Universitas Chambera,  peneliti Ingris berkebangsaan Swiss tahun 1974,     seperti Gua Bukit Duanne Musi dan di Salurang Sangihe menemukan barang-barang keramik, kapak batu dan barang lain yang diperkirakan berusia hingga 6000 tahun. 


         Dahulu kala daerah ini termasuk penghasil rempah-rempah soporti Cengkeh, Pala, Lada, Kayu putih  dll, sehingga tak ayal banyak dikunjungi pedagang dari berbagai Negara seperti portugis, Inggeris, Bollanda, China, Gujarat, Persia dan India.   Daerah ini juga pernah mengalami kemakmuran dalam rentan waktu tertentu karena hasil produk rempah yang melimpah dan perdagangan barter yang lancar dengan masyarakat.   Hingga suatu waktu manakala para pedagang dari  Eropah Portugis ingin menguasai perdagangan Rempah dari Nusantara dengan  menerapkan system perdagangan Monopoli yang tentunya sangat membatasi petani rempah.  Lebih jauh lagi untuk memenuhi ambisinya Portugis ingin memusatkan perdagangan rempahnya ke Ternate dan memusnahkan tanaman rempah di daerah lain termasuk di Talaud (dibabat habis)  agar tidak tersaingi dari peniaga lainnya.

         Ekspedisi Spanyol Ferdinand Magelhaens tahun 1511-1521 yang menemukan kepulauan Filipina merambah wilayah kepulauan ini dengan kepala armada perahu layar Santos, yang kemudian terbunuh di Mindanao Philipines.  Ekspedisi ini dilanjutkan ke kepulauan Ternate dengan menjalin hubungan dengan Sultan Ternate Hairun, kehadiran ekspedisi ini tentunya sangat mengusik Portugis sehingga mengundang Sultan Hairun ke markasnya yang kemudian membunuhnya.  Sultan Baabulah sebagai anak melakukan perlawanan dengan dengan dukungan Spanyol, setelah berhasil kesultanan ternate memperluas kekuasaanya hingga ke tanah Papua, Sulawesi dan Mindanao.

         Kisah diatas menyimpulkan bagaimana hilangnya satu kejayaan dan alam Paradiso (surga dunia) sebagai penghasil rempah, karena keserakahan bangsa-bangsa penjajah/kolonial-kolonial untuk menguasai perdagangan rempah-rempah Nusantara, sekaligus mata pencaharian warga pribumi saat itu.   Budaya yang telah kuat bagi masyarakat Sangihe-Talaud dengan alamnya telah membuatnya kembali bertahan dan hingga kini apa yang telah dibumi hanguskan kolonialisme tersebut masih bertahan di Paradiso bibir Pasifik, seperti Cengkeh, Lada dan buah Pala serta berbagai budaya kesenian mereka yang tumbuh dari alat musik Bamboo.   Jika anda ke Sangihe-Talaud entah dengan Pesawat Udara yang dihubungkan dengan dua bandara ke Manado atau kapal laut berjarak 200 - 400 mil jangan lupa beli oleh-oleh  " Manisan PALA ". 

         Pada masanya dulu Tokoh adat merupakan satu sentralistik bagi kehidupan masyarakat Talaud, tatanan ini tergambar daalam struktur adat di wilayah kepulauan ini, dimana tokoh-tokoh adat jadi panutan yang dijunjung tinggi dalam pengendalian kehidupan sehari-hari warganya,  baik dalam dalam kehidupan sebagai nelayan  maupun sebaagai petani.   Sehingga semua aktipitas kehidupan Pertanian, Nelayan dan lainnya harus mendapat perintah atau persetujuan dari Tokoh-tokoh adat tersebut seperti musim tanam (" iamba matitim "), pembuatan Sampan (" assan"") dalam prosesi ritual adat. 

         Sejarah pernah mencatat peranan Raja Talaud  " Julius Tamawiwi " atau bahasa Talaud, pernah menjadi satu keputusan dalam kasus Internasional,  manakala Filipina (dalam jajahan Amerika Serikat) berseteru dengan Hindia Belandaa (Penjajah Indonesia) terkait status Pulau " Miangas ".  Max Huber sebagai Arbritator dari Pengadilan Arbritase Internasional saat itu menetapkan bahwa  " Pulau Miangas termasuk satu bagian dari Kepulauan Talaud alias masuk Indonesia " dengan alasan bahwa " Masyarakat yang mendiami pulau Miangas menggunaka Bahasa Talaud dalam kehidupan sehari-harinya sebagai  pertanda daerah kekuaasan masa kerajaan Talaud "
byMcDonalDBiunG 

Kota Melonguane Kab. Talaud

Ada Pulau Hawai ada Kepulauan Sangihe Talaud,
Budaya dan Rempah wujutkan Paradiso di bumi Sangihe-Talaud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...