NusanTaRa.Com
Batam
merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk 1,3 juta jiwa merupakan kota terbesar ketiga di Sumatera setelah Medan dan
Palembang, selain itu kota ini banyak dikunjungi para wisatawan luar negeri dan
dari penjuru Nusantara untuk berlibur disana, selain panorama alamnya yang indah seperti
beberapa Pantai dengan sarana rekreasinya, Water Park Batam, Shoping center yang banyak
dengan barang berkualitas dan murah, menikmati Singapore sehari dengan perjalanan PP, Menikmati
Hummaty Statue yaitu pusat penampungan manusia perahu Vietnam tahun 1980
an dan menikmati perjalanan Barelang yang melintasi enam buah pulau.
Nara Singa Bridge |
Dua jam
lebih sejak TakeuP dari Bandara Sutan Aji Sulaiman Balikpapan
pesawat Lion Air yang kami tumpangipun telah berada di atas Pulau Batam. Dari udara terlihat banyaknya sebaran
pusat-pusat perbelanjaan, daerah-daerah
industry, Komplek Perumahan, Gugusan pulau yang berada di sekitar pulau Batam
dan Jalan lurus yang menghubungkan enam buah pulau yaitu Pulau Batam, Pulau Tonton,
Pulau Nipah, Pulau Setoko, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru memanjang dari Barat ke
Timur. Bandara Internasional Hang
Nadiem berlantai dua sangat besar melayani penerbangan luar negeri memiliki
sarana bandara yang cukup konplik dengan tujuh buah Garbarata.
Berhubung
hari masih siang jam 12.15 menit wib ketika mendarat di Hang
Nadiem Airport, maka kesempatan tersebut
saya gunakan untuk mengisi perjalanan liburanku ke Batam dan ber New Year 2015 di
Singapore dengan menikmati perjalanan Barelang dari P Batam ke P Galang sejauh 70 km sebuah mega proyek tahun 1996 dalam
pengembangan Otorita Batam oleh Bapak BJ Habibie, tentunya dengan menggunakan Mobil sewa bersama sahabatku. Setelah membayar biaya makan dan rokok
direstoran yang terletak di front bandara
Rp 50.000, saya menemui pemilik
mobil rental yang banyak berhamburan di front bandara tersebut, dengan sedikit
nego biaya P Galang PP hingga ke penginapan di sepakati Rp 300.000.
Tak lama
kamipun meluncur keluar menuju pintu gerbang bandara sejauh 3 km melewati
kawasan bandara yang hijau dengan perkiraan bandara ini sangat
jauh dari pusat kota Batam. Di luar kawasan bandara terbentang jalan besar
dua jalur dengan meridian tiga meter ditumbuhi pohon
rindang dan indah demikian juga dengan sisi kiri dan kanan jalan, kemudian berbelok kearah kiri menuju jalur ke Barelang , sepanjang jalan
ini masih kurang dengan bangunan. “
KAWASAN INDUSTRI BATAMINDO “ sebuah
tulisan terpampang di suatu komplek bangunan yang luas yang dipenuhi dengan
bangunan industry, didepannya terdapat pusat perbelanjaan sekitar
lima km kemudian kearah kiri banyak pengusaha kecil.
Setelah melewati jalan lurus dan lebar sejauh 20 km dengan
beberapa ruko dan perumahan dikiri kanan jalan
kamipun sampai di Jembatan Barelang
Pertama yang menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Tonton FISABILILLAH BRIDGE. Jembatan sepanjang
600 meter bertipe “ Cable stayed bridge
“ yang bergantung pada dua tiang utama
dengan tali besi di kiri kanan jembatan sedikit agak melengkung namun kokoh dan tak
goyang. Sangat asik untuk berdiri bagian tengah diterpa hembusan angin laut yang kencang
serta menyaksikan gejolak ombak dan arus
air laut biru dibawah pada ketinggian 75
meter. Atau melepaskan pandangan keluar
selat menyaksikan gugusan pulau kecil berhias rumah nelayan disepanjang bibir pulau dan bila kita berpaling kearah dalam kita akan menyaksikan keindahan selat seolah teluk yang berhiaskan deretan Keramba jaring
apung didepan rumah nelayan. Tak heran bila dijembatan banyak Wisman yang
asik berpoto dengan latar tersebut sehingga disepanjang jembatan banyak mobil parkir baik milik penjaja maupun pengantar pengunjung seperti yang sempat saya kenal dari Malaysia, Korea dan
dari dalam negeri seperti dari
Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang dan Aceh.
Puas
menikmati Keindahan Fisabilillah Bridge perjalanan dilanjutkan melewati pulau Tonton, tak jauh dari situ mobilpun telah berada di
atas jembatan yang menghubung Pulau Tonton dan pulau Nipah disebut Nara Singa Bridge 160 meter, jembatan ini
tidak terlalu tinggi dari paras laut dan dari lima jembatan maka jembatan ini
yang paling banyak di kunjungi Pemancing Maniak
yang terlihat memenuhi kiri kanan jembatan sehingga sesekali terlihat pemancing menyintak pancing
diikuti ikan yang terlempar ketengah jembatan menggelepar-gelepar. Setelah melintasi Pulau Nipah di ujung pulau tedapat Raja Ali Haji Bridge sepanjang 120 meter
berbis kuning hitam juga tidak tinggi dari paras air laut, jembatan ini
menghubungkan ke Pulau setoko.
Dijembatan ini banyak terlihat
warga yang mancing sambil menikmati
hembusan angin laut dan keindahan taburan pulau diluar sana atau menikmati keindahan Pantai kampung nelayan dengan berbelok kekanan ketika memasuki pulau Setoko.
Perjalanan
menikmati keindahan Island dan Bridge selanjutnya adalah Jembatan Sultan Zainal Abidin Bridge yang menyambungkan Pulau Setoko dengan Pulau
Rempang, tak jauh dari jembatan tersebut disebelah kiri terdapat Pangkalan angkatan laut Batam dengan
dermaga berhias kapal Perang KRI yang
terletak disebuah teluk kecil dan tak
jauh dari situ terdapat Dermaga Pos Pengawasan Perikana Batam.
Sepanjang jalan sejak awal
perjalanan tadi terlihat banyak tanah kosong
yang telah dipatok dan pagar dengan tulisan pemiliknya sepertinya banyak dimiliki para pengusaha. Sepanjang
perjalanan juga banyak terlihat petani menjajakan hasil pertaniannya
baik sayur dan buah-buahan seperti yang
terlihat di jalur Pulau Rempang terlihat
kampung Pantai Flores yang dihuni suku Timor.
Perjalanan di Pulau Rempang menempuh jarak sangat jauh
dengan mendaki dan lurus membelah semak dan bukit sehingga jalan tersebut seolah
bertitik di cakrawala, dipenghujung pulau terbentang jembatan Tuangku Tambusai Bridge yang menghubungkan dengan
Pulau Galang sepanjang 230 meter, lebar 8 meter, jembatan ini sangat melengkung dan
tinggi dari paras air laut 140 meter, cukup ngeri ketika berdiri ditepi dengan
menatap kebawah dengan hembusan angin
yang keras, saat itu terpikir olehku
alangkah indahnya jika jembatan ini dijadikan lokasi rekreasi Sport seperti Bridge Jumping yaitu mengikat kaki degan tali karet yang kemudian satu sisinya
diikatkan ke Bridge kemudian kita meluncur
melompat kepermukaan air di bawah, pasti seru. Selain itu dari sini kita dapat menikmati keindahan pulau nelayan serta aktipitasnya di
luar selat tersebut dan menyaksikan
kawasan kamp pengungsian Manusia Perahu
Vietnam tahun 1980an. Dihujung jembatan masuk kawasan pulau Galang terdapat area parkir yang cukup luas buat beristirahat pengunjung sambil menikmati alam sekitar serta mengamati arsitek jembatan yang berjarak 80
km dari Batam, betapa indahnya memperhatikan
keindahan jembatan yang tinggi, kokoh, dan melengkung seperti jembatan di eropah sambil berpoto bersama
rekan. Sebenarnya masih ada satu
jembatan lagi yang menghubungkan Pulau
Galang dan Pulau Galang Baru tapi perjalanan serasa sudah cukup sampai disini
dan balik ke Batam.
Ketika
pulang di ujung Fisabilillah Bridge aku mengajak sahabatku Raissa dan Sopir
untuk mampir menikmati Jagung bakar yang
gurih dan manis sambil menikmati kopi diwarung tenda Rp 100.000 untuk tiga
orang, selanjutnya kami mampir di Taman Barelang Bridge seluas satu setengah
hektar, banyak pengunjung
menikmati keindahan Bridge Barelang I sambil duduk di sisi taman dan berphoto
dengan latar pull Fisabilillah Bridge
dan Nara Singa Bridge atau berlatar monument
Bertuliskan “ BARELANG BRIDGE BATAM “, disini banyak berkeliaran tukang photo hanya
dalam waktu 15 menit sudah siap dan disekeliling taman berdiri penjaja makanan
dan Cinderamata. Selanjutnya go to
Batam untuk istirahat.
byBakriSupian
This Journey Sponsored by NusanTaRa.Com and Maroni FM.
This Journey Sponsored by NusanTaRa.Com and Maroni FM.
Raja Ali Haji terkenal dengan Gurindam duabelasnya,
Kepulaun Riau asal muasal kerajaan Melayu di Nusantara.
Sensasi perjalanan melayu Riau
BalasHapus