Kamis, 19 Februari 2015

MENGENAL PERAYAAN CAP GO MEH, YANG SERING DIMAKNAI SEBAGAI GONG XI FAT CHAI

Asal Usul Hari Raya Yuan Xiao Jie


Di Indonesia, Hari Raya Yuan Xiao lebih dikenal dengan sebutan Hari Raya “Cap Go Meh”  yang artinya malam ke-15 dari Bulan Pertama (Zhen Yue [正月]) pada tahun penanggalan Imlek disebut juga dengan istilah “Yuan Yue [元月]”.  Dalam bahasa Mandarin, Malam disebut juga dengan istilah “Xiao [宵]”.  Jadi Yuan Xiao artinya adalah Malam dengan Bulan Purnama pertama dalam Tahun yang baru. Festival “Yuan Xiao” disebut juga dengan Festival “Shang Yuan [上元节]”.


Perayaan Festival Yuan Xiao atau perayaan Cap Go Meh sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu saat Dinasti Han.  Kebiasaan para bhikkhu pada setiap Bulan Pertama Tanggal 15 Imlek akan menyalakan pelita untuk menghormati Buddha.   Karna saat itu sebagian Rakyat, Bangsawan dan Kaiser beragama buddha dan ketika Kaisar “Han Ming Di [汉明帝]” yang berkuasa mengetahui kebiasaan tersebut, iapun  memerintahkan untuk menyalakan Pelita di Istana,  Vihara dan seluruh rumah rakyatnya  untuk menyalakan Lantera atau pelita pada setiap penanggal tersebut untuk  menghormati Buddha.

Dalam Agama Buddha, Bulan Pertama tanggal 15 Imlek juga diperingati sebagai hari suci “Magha Puja” yaitu hari berkumpulnya 1250 arahat pada waktu yang bersamaan tanpa adanya kesepakatan terlebih dahulu untuk mendengarkan pembabaran Dhama dari Sang Buddha Sakyamuni, semua Arahat adalah Ehi Bhikku yang artinya adalah ditabhiskan oleh Buddha Sakyamuni sendiri.

Dalam Agama Tao [道教],  terdapat perayaan San Yuan Shuo [三元说] yang terdiri dari Festival “Shang Yuan Jie [上元节]” yakni jatuh pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, Festival “Zhong Yuan Jie [中元节]” yang jatuh pada tanggal 15 bulan 7 Imlek dan “Xia Yuan Jie [下元节]” yang jatuh pada tanggal 15 bulan 10 Imlek. Mereka masing-masing bertanggung jawab atas Langit, Bumi dan Manusia. Tanggal 15 bulan Pertama adalah Shang Yuan Jie yang juga bertanggung jawab atas Langit, memiliki makna sukacita yang mengharus menyalakan Pelita terang.

Perkembangan menyalakan pelita dengan terang di Dinasti Han hanya di haruskan satu hari, sampai pada Dinasti Tang menjadi 3 hari, Dinasti Song menjadi 5 hari, Bahkan saat Dinasti Ming perayaan penyalaan Pelita dengan terang ini dimulai  hari ke-8 sampai hari ke-17 bulan pertama Imlek (tepat 10 hari). Pada Dinasti Qing, Perayaan Festival Yuan Xiao dipersingkat menjadi  4~5 hari tetapi bentuk perayaan diperbanyak seperti adanya kegiatan barongsai atau tarian Naga.

Meski demikian dalam masyarakat Tionhwa terdapat berbagai cerita dan dongeng  mengenai asal usul Festival Yuan Xiao (Cap Go Meh), diantaranya adalah Cerita tentang penyalaan Pelita dengan terang dan Pemberantasan pemberontrakan keluarga Lv di Dinasti Han.


Cerita tentang Penyalaan Lampu

Pada Zaman dulu, banyak terdapat Raksasa dan Binatang buas yang sering menganggu umat Manusia. Oleh Karena itu, masyarakat saat itu membentuk pasukan untuk mengusir raksasa dan binatang buas tersebut. Suatu hari, seekor burung dewa tersesat dan jatuh ke bumi sehingga tidak sengaja dibunuh oleh para pemburu binatang buas tersebut. Kaisar Langit mengetahuinya dan sangat marah sekali yang kemudian memerintahkan para tentara langit untuk menghukum ummat manusia dengan cara membakar bumi pada tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek.

Seorang Putri dari Kaisar Langit yang sangat berbaik hati sangat sedih dan tidak tega untuk melihat manusia yang tidak bersalah mengalami penderitaan tersebut. Putri tersebut secara diam-diam turun ke bumi untuk memberitahukan perintah kaisar langit tersebut kepada manusia. Orang-orang yang mendengarkannya sangat panik dan takut sekali, beberapa saat kemudian seorang Lansia (lanjut usia) mengeluarkan suatu ide agar setiap rumah menyalakan lampu, petasan dan kembang api pada hari  ke 14, 15 dan 16 bulan pertama penanggalan Imlek untuk mengelabui Kaisar langit. Dengan demikian, Kaisar Langit akan mengira bahwa bumi lagi mengalami kebakaran dan ledakan.

Semua orang menyetujui ide tersebut dan melaksanakannya pada malam ke 15 bulan pertama, saat Kaisar langit melihat ke bumi, Kaisar Langit melihat bumi terang benderang seperti benar-benar terjadi kebakaran dan juga terdengar suara ledakan selama 3 hari berturut-turut.   Dengan demikian, masyarakat saat itu dapat selamat dari musibah kebakaran tersebut dan dapat melindungi harta benda mereka dari bencana.  Untuk memperingati keberhasilan tersebut, pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, setiap keluarga menyalakan lampu dan memasang lentera dirumahnya serta membunyikan petasan dan kembang api.
Keberhasilan pemberantasan pemberontakan Keluarga Lv [吕] oleh Han Hui Di

 Pada Dinasti Han, setelah wafatnya Kaisar Han Gao Zu [汉高祖] (kaisar pertama Dinasti Han, Liu Bang). Putra dari Permaisuri Lv [吕后] yang bernama Liu Ying [刘盈] naik tahta menjadi kaisar dengan gelar Kaisar Han Hui Di [汉惠帝]. Tetapi Kaisar Han Hui Di sangat lemah dengan sifatnya yang pengecut dan peragu menyebabkan kekuasaannya jatuh ke tangan Permaisuri Lv [吕后]. Setelah Kaisar Han Hui Di wafat  kekuasaan sepenuhnya ada ditangan Permaisuri Lv, sehingga banyak jabatan tinggi diduduki oleh keluarga Lv. keadaan ini membuat para menteri dan pejabat tinggi Dinasti Han sangat marah, sedih dan kuatir akan Dinasti Han yang semestinya menjadi milik keluarga Liu, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Permaisuri Lv.   Setelah Permaisuri Lv wafat banyak pejabat keluarga Lv yang mendapat dukungan penuh dari Permaisuri Lv merasa kuatir dan terancam.   Lalu mereka  dipimpin oleh Jenderal  Lv Lu [吕禄] merencanakan untuk merebut kekuasaan kerajaan Dinasti Han.

Perencanaan Rahasia tersebut akhirnya terdengar oleh Liu Nang yang saat itu menjabat sebagai Raja Qi. Untuk melindungi Dinasti Han dari pemberontakan tersebut, Liu Nang memutuskan untuk melakukan penyerangan terhadap keluarga Lv dan kelompoknya.

Setelah berhasil memberantas pemberontakan tersebut, anak kedua dari Kaisar Han Gao Zu yang bernama Liú héng [刘恒] naik tahta menjadi Kaisar Dinasti Han  dengan gelar Han Wen Di [汉文帝].  Untuk memperingati keberhasilan ini, Kaisar Han Wen Di memerintahkan untuk melakukan perayaan pada tanggal 15 bulan pertama Imlek dengan cara setiap keluarga di Ibukota diharuskan untuk menggantungkan Lentera penerang dan membuat pesta yang meriah di seluruh sudut Ibukota.

Cerita Lantera pengusir mahluk halus jahat.

Di negeri China dahulu makhluk halus jahat atau pengganggu sangat banyak berkeliaran dari rumah-kerumah, sebab roh jahat tersebut suka dengan keadaan gelap gulita yang hanya diterangi sebatang lilin.   Nah, untuk mengusir  makhluk jahat penduduk sepakat membuat sebuah lentera yang sangat terang bernama lampion dengan cahaya yang lebih terang.   Hingga kini orang Tionghoa juga menggunakan Lampion untuk penolak makhluk halus jahat, tolak bala dan sebagai penghias baik rumah maupun Vihara.   Cap Go Meh memiliki dua versi,  Versi pertama adalah Yuan Shiau Ciek yaitu satu di antara festival yang dirayakan sejak Dinasti Xie Han (206 SM‐24 M) untuk menandakan berakhirnya perayaan tahun baru Imlek. Versi kedua "Secara religius umat penganut Taoisme, Cap Go Meh dikenal sebagai San Yuan yaitu hari lahir Shang Yuan Thian Kuan atau Dewa Langit yang memberikan karunia pada manusia," ujarnya.  Sementara pada Dinasti Tung Han (25‐220), oleh Kaisar Liu Chang, perayaan Yuan Shiau Ciek untuk menghormati Sang

 Kata Cap Go Meh berasal dari dialek Tiociu atau Hokkien yaitu Cap Go itu lima belas dan Meh itu malam. Artinya malam kelima belas. Sedangkan dalam dialek Hakka disebut Cang Nyiat Pan yaitu cang nyiat adalah bulan satu dan pan itu pertengahan sehingga berarti pertengahan bulan satu. Sementara di negeri daratan Tiongkok, perayaan Cap Go Meh dalam bahasa mandarin disebut Yuan Shiau Ciek artinya festival malam bulan satu dan di negeri barat lebih dikenal sebagai Lantern Festival. Pada malam itu, rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan memasang lampion berwarna‐warni, maka festival ini juga disebut sebagai "Hari Raya Lampion" atau "Lantern Festival", Jadi jangan heran kalau setiap "Cap Go Meh" pasti identik dengan keberadaan lampion sebab lampion itu sendiri memiliki fungsi dahsyat sebagai penolak makhluk halus yang jahat ataupun tolak bala. Kenapa demikian, karena pada jaman dulunya di negeri China itu belum ada penerang listrik yang ada hanya sebatang lilin sebagai penerangan.

Namun sekarang perayaan tersebut dilaksanakan dengan berbagai pariasi acara sesuai dengan daerah dan aliran pelaksaannya tentunya dengan kisah ritual sendiri.   Apa yang istimewa dari perayaan Cap Go Meh  adalah atraksi Tatung, kegiatan tolak bala, arak‐arakan toa pekong, Bakar mercun, Penyalaan Kembang Api, Naga buka mata, Angpao, saling mengunjungi antara family dan kerabat, naga dan barongsai dan jangan lupa tradisi kulinernya lontong Cap Go Meh serta pawai budaya,  namun pawai budaya hanya menjadi tradisi tanah air saja. 
Buddha Sakyamuni yang telah menampakkan diri pada tanggal 30 bulan 12 Imlek di Daratan Barat, yang ditafsirkan sama dengan tanggal 15 bulan 1 Imlek di Daratan Timur. Oleh karena itu, Kaisar juga memerintahkan rakyatnya sembahyang syukuran, arak‐arakan, memasang lampion, dan atraksi kesenian rakyat pada malam hari tepatnya Cap Go Meh.

Di Indonesia kegiatan ini dirayakan juga dengan  ritual gotong Toa Pe Kong yaitu arak‐arakan benda pusaka klenteng dan patung dewa‐dewi yang ditaruh di tandu berdihias dengan dominasi warna merah.  Diarak dalam radius tertentu untuk memberi berkah keselamatan pada rakyat, bangsa, dan negara. Saat ritual gotong toa pe kong, yang diarak paling depan adalah Sam Kay Kong Sang Dewa Penguasa Tiga Alam yaitu  penguasa langit, bumi, dan air.   Baru kemudian, arak‐arakan yang lain seperti barongsai, liong, dan joli yang lain.   Iring‐iringan juga biasanya ada tatung (seseorang yang menjadi media bagi para dewa untuk berkomunikasi dengan manusia), saat tatung mengalami trans (kemasukan roh) ia dapat  melakukan atraksi potong lidah atau tusuk badan.

Cap Go Meh juga dimeriahkan dengan "Ritual Naga Buka Mata" seperti yang dilaksanakan Klenteng Kwan Ya Keng jalan Diponegoro  kota Pontianak, Kalimantan Barat.  Kegitan ini menggunakan  6 naga dilakukan  seorang suhu yang kerasukan arwah Sun Go Kong (Dewa Kera).  Ritual naga buka mata ini dilakukan sebelum naga diarak keliling kota pada puncak perayaan Cap Go Meh (hari ke­15 Imlek).   Ritual itu, dimaksudkan agar agar naga turun dari kayangan memberikan keajaiban bagi masyarakat berupa berkah, membantu masyarakat, keselamatan dan kebaikan di dunia. Tradisi itu bagi masyarakat tionghwa berawal dari cerita dahulu kala  ada naga yang pernah berkelahi dengan seorang manusia dan matanya terkena panah. Beruntung ada biksu yang mengobati dengan berbagai mantra sehingga mata naga dapat sembuh kembali.
GONG XI FAT CHAI sendiri merupakan ucapan yang bermakna selamat dan sejahtera bagi yang memasuki tahun baru Imlek tersebut, yang diucapkan setiap bertemu dengan sesama dalam perayaan tersebut biasa di ikuti dengan bersalaman atau berpelukan, serta biasanya terutama pada keluarga mampu ucapan tersebut diikuti dengan pemberian ANGPAOO yaitu suatu amplop berwarna merah yang berisi uang.   Pemberian ini berlaku dari yang tua ke yang muda dan dari yang kaya pada yang kurang mampu.

Wishing You Abundance of Good Health, Wealth and Happiness in This New Year!

Gong Xi Fa Cai 2566 !
Xin Nian Kuai Le.Zhù Ni Shenti Jiànkäng, Quanjiä Xingfu, Wànshì Ruyì

Kiong hi fat coi ang pau na lai :)
byIanApokayan (FB),19/Feb/2015.


 Gong Xi Fat Chai, Ampau merah terbagi,
Pesta semarak menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...