Gereja Katedral Jakarta yang berdiri kokoh di sebelah utara Lapangan
Banteng ternyata menyimpan banyak cerita menarik. Bangunan dengan
arsitektur neo-Gotik — yang terletak berseberangan dengan Masjid
Istiqlal ini merupakan salah satu gedung cagar budaya paling menawan di
Jakarta.
Gereja Katedral Jakarta memiliki sebuah museum yang bisa dikunjungi semua kalangan. Setelah membaca sebuah berita yang menyatakan Museum Katedral Jakarta dinobatkan sebagai museum terbaik di Jakarta untuk kategori pelestarian cagar budaya, saya langsung berkunjung ke museum itu.
Museum Katedral Jakarta berada di balkon ruang utama gereja yang biasa digunakan untuk misa. Lantai balkon itu dahulu digunakan untuk koor gereja, namun kini dimanfaatkan untuk memajang koleksi museum. Dari lantai balkon ini bisa disaksikan ruang utama Katedral Jakarta yang digunakan untuk beribadah.
Gereja Katedral Jakarta memiliki sebuah museum yang bisa dikunjungi semua kalangan. Setelah membaca sebuah berita yang menyatakan Museum Katedral Jakarta dinobatkan sebagai museum terbaik di Jakarta untuk kategori pelestarian cagar budaya, saya langsung berkunjung ke museum itu.
Museum Katedral Jakarta berada di balkon ruang utama gereja yang biasa digunakan untuk misa. Lantai balkon itu dahulu digunakan untuk koor gereja, namun kini dimanfaatkan untuk memajang koleksi museum. Dari lantai balkon ini bisa disaksikan ruang utama Katedral Jakarta yang digunakan untuk beribadah.
Gereja Katedral Jakarta sendiri mulai didirikan pada 1891 untuk
mengganti gereja lama yang runtuh pada 9 April 1890 (hanya beberapa hari
menjelang perayaan Paskah). Pembangunannya menemui banyak sekali
kendala, bahkan sempat terhenti karena kekurangan dana. Pembangunan
Katedral Jakarta baru selesai 10 tahun kemudian, yakni pada 1901.
Ibu Lusi, salah seorang pengurus Museum Katedral Jakarta, berbaik hati
mengantar saya berkeliling museum. Di antara ratusan koleksi museum,
perhatian saya langsung tertuju pada pakaian rohaniwan Katolik yang
tersimpan dalam beberapa kotak kaca. Dalam kotak kaca itu tersimpan
jubah, topi dan kasula berbagai warna.
Kasula adalah lapisan terluar busana yang dikenakan rohaniwan Katolik.
Warna kasula yang dikenakan seorang pastor memiliki makna tertentu.
Kasula berwarna putih biasanya dipakai untuk ibadah sehari-hari,
sedangkan ungu dan merah digunakan untuk acara duka cita seperti misa
tutup peti dan paskah, lanjutnya lagi.
Koleksi lainnya yang cukup menarik adalah tongkat Paus Paulus VI dan piala Paus Yohanes Paulus II yang sengaja ditinggal untuk kenang-kenangan saat mereka berkunjung ke Indonesia. Ada juga lukisan bergambar gereja karya Kusni Kasdut yang terbuat dari pelepah pisang (Kusni Kasdut adalah seorang penjahat kelas kakap yang dihukum mati pada 1980.).
Saya juga sangat tertarik dengan koleksi relikui yang dipajang dalam kotak kecil dari kaca. Relikui adalah benda-benda peninggalan atau sisa-sisa tubuh orang kudus yang sudah meninggal, misalnya potongan pakaian, rambut dan serpihan tulang. Benda-benda ini ditaruh dalam wadah kecil berbentuk bundar dan biasanya ditempatkan dalam altar.
Barang-barang lain yang turut dipamerkan antara lain mebel antik, alat musik, patung, jam bandul, buku doa, foto-foto tua, serta perlengkapan yang biasa digunakan umat Katolik untuk beribadah. Pendek kata, koleksi museum ini sangat lengkap dalam menjelaskan tradisi Katolik.
Dari balkon, saya beranjak ke lantai pertama yang merupakan ruangan tempat beribadah. Ruang utama Gereja Katedral Jakarta ini agak gelap, kecuali bagian altarnya. Ini merupakan simbolisasi bahwa bagian terpenting dari sebuah gereja adalah altarnya. Dinding ruang utama gereja ini dihiasi lukisan dari potongan keramik yang menggambarkan kehidupan Yesus.
Langit-langit Gereja Katedral Jakarta terbuat dari kayu jati supaya tidak mudah roboh saat terjadi gempa bumi. Menaranya juga hanya terbuat dari rangka besi, bukan beton seperti umumnya gereja di Eropa.
Koleksi lainnya yang cukup menarik adalah tongkat Paus Paulus VI dan piala Paus Yohanes Paulus II yang sengaja ditinggal untuk kenang-kenangan saat mereka berkunjung ke Indonesia. Ada juga lukisan bergambar gereja karya Kusni Kasdut yang terbuat dari pelepah pisang (Kusni Kasdut adalah seorang penjahat kelas kakap yang dihukum mati pada 1980.).
Saya juga sangat tertarik dengan koleksi relikui yang dipajang dalam kotak kecil dari kaca. Relikui adalah benda-benda peninggalan atau sisa-sisa tubuh orang kudus yang sudah meninggal, misalnya potongan pakaian, rambut dan serpihan tulang. Benda-benda ini ditaruh dalam wadah kecil berbentuk bundar dan biasanya ditempatkan dalam altar.
Barang-barang lain yang turut dipamerkan antara lain mebel antik, alat musik, patung, jam bandul, buku doa, foto-foto tua, serta perlengkapan yang biasa digunakan umat Katolik untuk beribadah. Pendek kata, koleksi museum ini sangat lengkap dalam menjelaskan tradisi Katolik.
Dari balkon, saya beranjak ke lantai pertama yang merupakan ruangan tempat beribadah. Ruang utama Gereja Katedral Jakarta ini agak gelap, kecuali bagian altarnya. Ini merupakan simbolisasi bahwa bagian terpenting dari sebuah gereja adalah altarnya. Dinding ruang utama gereja ini dihiasi lukisan dari potongan keramik yang menggambarkan kehidupan Yesus.
Langit-langit Gereja Katedral Jakarta terbuat dari kayu jati supaya tidak mudah roboh saat terjadi gempa bumi. Menaranya juga hanya terbuat dari rangka besi, bukan beton seperti umumnya gereja di Eropa.
Gereja Katedral Jakarta memiliki dua menara utama yang disebut Menara
Daud dan Menara Gading. Sekilas bentuk kedua menara itu terlihat sama,
namun kalau diperhatikan lebih seksama ternyata berbeda. Menara Gading
diapit oleh empat menara kecil berbentuk lancip, sedangkan Menara Daud
berbentuk seperti benteng yang melambangkan Benteng Daud. Menara lainnya
yang lebih kecil disebut Angelus Dei, letaknya di belakang dua menara
utama.
Kalau Anda tertarik dengan sejarah Katedral Jakarta serta
ingin mengenal lebih dekat tradisi Katolik, silahkan berkunjung ke
Museum Katedral Jakarta. Sayangnya, museum ini tidak buka pada akhir
pekan.
Museum Katedral Jakarta
Jl. Katedral 7B, Jakarta Pusat
Telp.: (021) 3519 186, Faks.: (021) 3509 952
Jam buka: Senin, Rabu, Jumat, pukul 10.00-12.00 WIB
Writted by Hairun Fahrudin (Yahoo.com)
Posting by Bakri Supian
JALAN KE ANCOL LIHAT PANTAI,
IMAN KUAT RUMAH IBADAH BERFUNGSI .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar