Senin, 11 Februari 2019

DAMPAK SHUTDOWN 2019 DI WASHINGTON DC BAGI WARGA INDONESIA.

NusanTaRa.Com
byRaisALembuduT,  27/Januari/2019



Kebijakan Presiden Amerika Serikat  Donald Trump, untuk mengurangi aktipitas pemerintahan di Washington DC sebagai akibat dari Rencana gilanya untuk mewujutkan satu mega Proyek  Pembangunan Tembok Perbatasan antara Amerika Serikat dan Mexico.   Menjadikan Kota Metro Washington DC bagai kota mati karena hampir semua aktipitas di kota tersebut menjadi lumpuh atau tidak berjalan seiring tidak aktipnya 800 ribu pegawai pemerintahan akibat diberhentikan sementara sejak pertengahan Desember 2018 hingga akhir Januari 2019

Kelumpuhan aktipitas di Washington DC karena banyaknya pegawai pemerintahan yang diberhentikan sementara atau dirumahkan tanpa Gaji, turut berdampak bagi banyak kegiatan di kota tersebut seperti Super Market, Perhotelan, Pusat hiburan dan aktipitas lainnya yang turut mengalami penurunan jumlah pengunjung atau mengalami kekurangan pemasukan cukup drastis.    Kondisi kota mati yang di alami warga Washington DC tersebut tentunya juga di rasakan warga Indonesia yang menetap cukup banyak disana dalam mengadu nasib untuk di metro itu baik sebagai pengusaha, pegawai pemerintah, sekolah  atau pekerja di perusahaan.

Andre Masfar salah satu warga Indonesia yang menetap di Washiington DC pemilik Food Truck  dengan Tajok “ JAVA COVE “  yang beroperasi di kota tersebut sejak 2015 lalu, turut merasakan dampak dari penutupan beberapa aktipitas pemerintahan.    Baginya pemberhentian pegawai pemerintah dan lesunya kota Washington DC  sejak empat minggu terakhi ini,  turut berpengaruh signifikan bagi menurunnya pemasukan usahanya itu. 

Usaha Food Truck ditengah musim dingin di Amerika seperti sekarang ini pendapatan Java Cove tidak sebanyak di musim panas,   di musim panas  banyak warga Washington DC  lebih memilih keluar untuk makan siang, ditambah  saat seperti itu kehadiran para turis yang datang dari berbagai Negara lebih ramai.   Ditambah dengan adanya penutupan pemerintah hasil penjualannya kini semakin menurun drastic,    Paling banyak 50 served. Bahkan tadi Cuma 41 saja, kalau dulu saya bisa memberi served hingga 120  “, Ujar SiDin Andrea Masfar di samping Trucknya.  

Bagi Andrea Masfar pemilik Java Cove penempatan lokasi Food Truck sangat penting karena  akan mempengaruhi omset usahanya, di Washington, D.C. biasanya pemilik food truck harus mengikuti undian rotasi untuk mendapatkan tempat-tempat yang strategis, terlebih di masa penutupan pemerintah sekarang ini akan sulit  mendapatkan keuntungan jika kebagian tempat tidak strategis seperti di daerah gedung kantor pemerintahan yang lagi bungkam.

  Semakin sepi saja. Minggu lalu orang masih banyak shopping. Mungkin karena habis Christmas ya, banyak yang (mengembalikan) barang atau turis yang lapar karena museum atau tempat-tempat di (Washington, D.C.) pada tutup  ”, Ujar Sidin Andre Masfar di dampingi istrinya tukiyem yang menjual paket makanan seperti nasi, rendang, atau sate seharga 11 dollar AS atau sekitar 155 ribu rupiah per porsinya.

 Jika mendapat undian untuk berjualan di daerah yang banyak terdapat kantor pemerintahanpun  seperti di dekat departemen luar negeri negeri AS,  L’enfant Plaza, di Washington, D.C.,   "  tentunya saat ini juga sedang sepi pengunjung.     (Penjualan di) L’enfant turun 85 persen  ”, Ujar SiDin Sonny Setiantoko, pemilik lima  food truck bernama Sambal dan Sate Truck yang juga beroperasi di wilayah Washington, D.C.

Food Truck menyajikan Sambal dan Sate Truck serta menjual makanan Indonesia lain  seperti mie ayam, sate, dan tempe,  Sonny mengaku penjualan selama tutupnya pemerintah Amerika ini turun 30 hingga 40 persen.     Sepi saja, enggak seperti biasa. Enggak ada pegawai (yang membeli)  ”, Ujar SiDin Yunus yang juga bekerja untuk Sambal dan Sate Truck.

Dampak lain bagi dunia usaha paska pemberhentian pegawai pemerintahan secara besar-besar ini di Washington DC,  para pengusaha food truck banyak bekerja sendirian tanpa bantuan karyawan karena dapat menurunkan  pengeluaran usaha, untuk menggunakan karyawan kata Andrea Masfar harus  membayar 90 dolar AS atau Rp 1,2 juta untuk waktu kkerja enam jam per orang dalam sebulan.    

Landung Satwoko warga Indonesia yang baru menetap di Washington DC tahun 2016  dan bekerja sementara sebagai pekerja di Warung Cepat saji mengalami dampak dari akibat pemberhentian Pegawai tersebut karena ia diberhentikn oleh pemilik usaha tempatnya bekerja.    Pemilik usaha tempat saya bekerja terpaksa memberhentikan saya karena omset usahanya semakin menurun  dan hal seperti ini banyak dirasakan warga Indonesia yang menetap di Washington dengan berbagai kegiatan  “, Ujar SiDin Landung Satwoko.

ShutDown Washinton DC juga dirasakan warga Indonesia, Nina Marzoeki yang telah bekerja selama 13 tahun  sebagai karyawan paruh waktu di salah satu kebun  binatang tertua di Amerika yaitu  Smithsonian's National Zoo, yang berlokasi di Washington, D.C.  Kebun binatang ini mendapat sokongan biaya dari pemerintah untuk dapat beroperasi.   Walau tidak seluruh karyawan kebun binatang dirumahkan,  khususnya mereka yang bertugas mengurus binatang-binatang di sana,  namun Nina Marzoeki merasakan dampak yang sangat besar bagi keuangannya karena ia harus menerima kenyataan tidak bergaji karena hanya bekerja tiga hari dalam seminggu.

Nina Marzoeki acara intertaiment
   Dampaknya kerasa banget  ”,   dan     Kalau yang full-time mungkin ada bantuannya, tapi kalau kayak Nina enggak  ”, Ujar SiGaluh Nina Marzoeki.    Bagi Nina  Marzoeki keadaan seperti Ini bukan pertama kali  baginya  terimbas ‘government shutdown.’  Ia pernah juga merasakan dampaknya saat terjadi penutupan pemerintahan tahun 2013, yang berlangsung selama 16 hari lamanya.     Teman Nina (bilang), ‘Oh my God, gue enggak bisa bayar bill nih, tertunda.’ Udah jelaslah kalau masalah finansial, apalagi yang single mom gitu kan  ”, Ujar SiGaluh lagi. 

  Ya bosan di rumah, biasa keluar. Tapi ada anak-anak ya senang juga. Sebenarnya anak-anak kan masih libur winter break kan, jadi sekolahnya masih libur. Terus ketambah snow, jadi (libur) juga. Kehiburnya gitu aja. Cuman kalau sudah mikir melihat ke bank, ‘aih, enggak ada uang masuk nih  ”, Ujar SiGaluh Bella Berrellez yang membuat body scrub di rumahnya sebagai tambahan penghasilan yang juga terkena dampak ShutDown tersebut.   

Untungnya Nina memiliki pekerjaan sampingan selama ini,  yaitu sebuah bisnis barang-barang promosi dan suvenir yang ia dirikan bersama temannya, yang ia lakoni dari rumah  baginya bisnisnya tidak terdampak oleh penutupan pemerintah.     Kliennya memang konsisten ya. Contohnya klien (saya) AU (American University) kan jadi ya merchandise AU ya tetap order aja  ”, Ujar SiGaluh.


Banyak teman-teman dari Taman-taman Nasional di Amerika menjadi kliennya,    Jadi kalau winter emang kalau dari government kayak dari park-park memang enggak begitu banyak. Tapi kalau summer memang iya kita mulai lagi, karena buat summer camp, banyak kegiatan kan untuk summer. Jadi mereka selalu pesan t-shirt atau tas backpack atau water bottle, sometime mereka pesan frisbie yang buat main di luar  ”, Ujar SiGaluh Nina Marzoeki.

Harapan Andre Masfar ? Semoga penutupan pemerintahan di Amerika ini SEGERA BERAKHIR  sehingga mereka dapat melaanjutkan usaha dengan lebih baik dan keresahan akan teratasi,     Minggu depan enggak tahu deh, semakin sepi mungkin. Mudah-mudahan shutdown cepat selesai, deh  ”, harapan demikian bukan Cuma bagi Andrea Masfar atau Nina Marzoeki tapi juga seluruh warga Indonesia yang menetap di Washington DC sehingga mereka dapat beraktipitas sebagai mana mestinya.


Donald Trump bangun tembok perbatasan Mexico,
ShutDown Washington DC warga Indonesia turut dirugikan boo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...