NusanTaRa.Com
byBakkaranGNunukaN, 24/5/2018
byBakkaranGNunukaN, 24/5/2018
Tomb off Syekh Yusuf Al-Makkassaris |
Di kota Cape Town Afrika Selatan,
terdapat tulisan “ Macassar Rd. “ yang terpampang pada papan penunjuk jalan di
perempatan jalan di Baden Powell Drive sekitar 40 kilometer dari pusat kota atau jika
berkendaraan tak kurang dari 5 menit mengikuti arah anak panah itu akan
ditemukan sebuah kompleks perumahan di kaki sebuah bukit kecil Kampung
Macassar, nama tersebut sangat terkait
dengan nama suku atau Kota di Sulawesi Selatan Makassar. Kampung ini salah satu yang banyak dihuni warga melayu diantaranya orang
Bugis Makassar sekitar 70 % dari sekitar 180 ribu penduduk melayu di Cape Town.
Kehadiran bangsa melayu di Afrika
Selatan yang berada sangat jauh di sebelah barat Nusantara dan merentasi
Samudera Indonesia tak lepas dari keberadan bangsa Penjajah Inggeris, Portugis dan Belanda dibumi
Nusantara yang membawa mereka kesini baik sebagai Pedagang, Penyebaran Agama
Islam, Pegawai atau sebagai tawanan serta warga muslim India yang berdagang
kesini. Syech Yusuf al-Makassaris kelahiran tahun 1626 salah satu tokoh pejuang dan Agama
termasuk keluarga kerajaan Gowa
Makassar yang terkenal di Indonesia dan
gigih memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda sehingga Ia
tertangkap dan terakhir diasingkan ke Café Town. 23 mei 1699 di usia 73 tahun beliau meninggal di Café Town dan dikebumikan di
salah satu lereng bukit yang kemudian disebut Kampung Makassar.
Sepulang Syekh Yusuf
dari Tanah suci ia menjadi kecewa karena kerajaan Makassar telah
menandatangani perjanjian Bungaya oleh Sultan Hasanuddin pada belanda 18
Nopember 1667 yang bermakna bahwa Kerajaan Makassar tunduk pada Imperialisme
Belanda, kekecewaan tersebut bertambah manakala kegiatan mungkar kembali tumbuh
diisana oleh Belanda sepeti Mencuri, Sabung Ayam, Berjudi dll. Sehingga ia memutuskan untuk kedua kalinya kembali
merantau yaitu ke Banten yang pada saat
itu lagi bermusuhan melawan kompeni
sehingga Syekh Yusuf bersama Sultan Ageng Tirtayasa bahu membahu melawan kompeni. Karena terdesak Syekh Yusuf di desa sukapura
Jabar menyerah pada Belanda yang kemudian di asingkan ke Saylan (Srilangka)
kemudian ke Cape Town di ikuti 49 pengikutnya dengan kapal De Voatberg
ditempatkan di Zanduliat dekat pantai hingga akhir hayatnya kemudian kampung
ini berubah nama menjadi Makassar.
Untuk mengenang jasa beliau di
bangunlah di dekat makam di dalam sebuah
bangunan beratap serupa kubah masjid sebuah monument, disitu tertulis bahwa peletakan batu pertama
kompleks pemakaman itu dilakukan oleh Sir Frederic de Waal, Administrator
Provinsi Cape yang pertama, pada 19 Desember 1925, tapi pembangunan dilakukan Hajee Sulaiman Shah Mohammed dan
anak-anaknya. Di dinding luar bangunan
makam ada sebuah prasasti kunjungan Presiden Soeharto (almarhum) ke
tempat itu pada 21 November 1997, menyusul penganugerahan gelar pahlawan
nasional Indonesia bagi Syekh Yusuf pada 7 Agustus 1995.
Makam ini dianggap sebagai salah satu
keramat (tempat suci) bagi muslim di Afrika Selatan yang berjumlah
1,2 juta orang, dan orang yang
hendak menunaikan haji biasanya berziarah dulu dan berdoa di makam itu. Tapi
jumlah peziarah akan membeludak setiap bulan April, bertepatan dengan liburan
Paskah, sehingga kerap disebut sebagai Easter Festive. Di luar kompleks makam itu, di bagian bawah
bukit ada juga Masjid Nurul Latif yang digunakan warga setempat untuk beribadah
disekitar wilayah ini terdapat 8 buah mesjid. Pada sebuah prasasti batu di luar
masjid disebutkan tempat itu sempat direnovasi berkat bantuan Presiden Megawati
Soekarnoputri pada 2002.
Tokoh yang memiliki nama lengkap
Syekh Yusuf lahir di Makassar pada tahun 1626/syawal 1036 H. Karena berjuang
menentang penjajah Belanda ulama
keturunan bangsawan itu diasingkan ke Cape Town pada 1693 M. Di kota ini ia justru menjelma menjadi
penyebar Islam berpengaruh di kalangan para budak asal Indonesia, Malaysia dan India serta sering mendapat
kunjungan dari pengikutnya yang datang dari Gowa Makassar, Indonesia, Malaysia
dan Saylan untuk berguru bahkan ada yang kemudian menetap. Di sekitar makam Syekh Yusuf tersebut hanya
terdapat sekitar 45 keluarga mayoritas
merupakan Cape Malay yaitu suku yang biasanya digunakan untuk menyebut warga
keturunan Melayu Cape Town yang jumlahnya mencapai 160 ribu orang. Zain Philander alias Zianal Abidin diantara warga yang bermuki
disitu ia bermoyang orang Padang,
Zianal sering diamanati secara lisan
oleh beberapa tokoh asal Indonesia untuk menjaga makam Syekh Yusuf dengan baik,
rumahnya yang tak jauh dari makam tersebut menyatu dengan penginapan 16 kamar dengan dinding penginapan berhiaskan berbagai pernik
tenang Indonesia, ada lukisan Sultan
Hasanuddin, peta Indonesia, juga hiasan kapal Phinisi. Salah satu dinding menggantung piagam ihwal
penunjukan tokoh itu sebagai pahlawan nasional yang ditandatangani Presiden
Soeharto pada 7 Agustus 1995. Juga ada piagam penghargaan dari Presiden Afrika
Selatan Tabo Mbeki pada 2005 berupa The Order of Supreme Companions of OR Tambo
(Gold). " Ini menunjukkan bahwa Syekh merupakan orang
yang dihormati di Afrika Selatan dan Indonesia
", Ujar SiDin Zain yang putrinya Haajirah Philander-Fanie berhasil
menyelesaikan studynya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
tahun 2012.
Tak jauh dari Mesjid Nurul Latif terdapat sebuah perpustakaan dan showroom
produk Indonesia bernama “ Istana Balla Lompoa “ dibangun bersama-sama
komunitas Cape Malay serta bantuan
pemerintah Indonesia dan Bupati Gowa sendirri yang datang membawa bahan
bangunan Knocked-down berbentuk rumah tradisionil Makassar langsung dari Makassar
dan diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono.
Selain Kampung Macassar komunitas Cape Malay banyak juga terdapat di daerah Bokaap, dekat pusat Kota
Cape Town, Masjid Auwal salah satu dari
12 masjid di distrik itu dan menjadi masjid
pertama di Afrika Selatan yang didirikan oleh Tuan Guru atau Abdullah Kadi
Abdus Sallam pada 1794. Tuan Guru adalah
pejuang Indonesia kelahiran Tidore yang juga diasingkan Belanda ke Afrika
Selatan dan sempat dibui di Robben Island. Di penjara itu ia menulis Al-Quran
semata mengandalkan hafalannya dan hanya ada enam kesalahan dalam tulisannya
itu. Sayang, kini mushaf tulisannya agak rusak dan tengah berusaha diperbaiki.
Syekh Yusuf Al-Makkassaris Tuan Ta Salamaka |
Cape Malay ada di Afrika Selatan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar