NusanTaRa.Com
byBakuINunukaN, 10/02/2019
Namun Sjachrudin, wartawan kantor berita Domei berhasil melompati pagar sehingga bisa menyampaikan teks proklamasi kepada Ronodipuro, penyiar yang kelak memimpin Radio Republik Indonesia (RRI) Biro Jakarta, sehingga Proklamasi akhirnya dibacakan dan disiarkan keseluruh tanah air. Pemerintah Indonesia mengambil alih stasiun radio Jepang yang tersebar di berbagai daerah berlanjut berdirinya RRI pada 11 September 1945 di kediaman Adang Kadarusman, di Gang Menteng Kecil.
byBakuINunukaN, 10/02/2019
“ Selamat hari Radio Dunia ke-8 “ tahun 2019, 13 Februari 2019, dengan thema “ Dialogg, Toleransi dan Perdamian “, semoga
radio menjadi satu media informasi rakyat dapat tumbuh selaras dalam dunia
informasi yang semakin maju. Hari radio
pertama diusulkan Spanyol tahun 2010 pada UNESCO untuk mendapat pengesahan
setelah melalui konsultasi dengan PBB, 3 Nopember 2011 di konferensi umum ke-36
UNESCO akhirnya usulan tersebut disetujui.
Bagi bangsa Indonesia “ Hari
Radio Nasional “ ditetapkan “ 11
September “ sebagai hari lahirnya Radio Republik Indonesia 11 September 1945.
Masa
remaja Kemal dihabiskan di sekolah internasional yang terletak di Genewa, Swiss.
Sekembalinya ke tanah air, Alumni Universitas Trisakti ini dihadapkan dengan
berbagai demontrasi diera reformasi. Maklum, era reformasi menuntut mahasiswa
untuk melakukan perubahan di luar batas keluar dari linkar Orba. Berakibat,
“ Akhirnya sering bolos tuh. Gue
bingung, ngapain ya. Eh datanglah teman yang nawarin untuk jadi penyiar radio.
Nah, di situlah gue pertama kali siaran, radionya itu MTV On Sky 101.6 FM.
Kemudian bertransformasi dan sekarang jadi 101.4 Trax FM ”, Ujar SiDin Kemal.
Beliau
mengutarakan perjalanan panjangnya yang bermula dari upah Rp 5.000 untuk setiap
jam siarannya. “ Terus naik jadi Rp
7.500 ”,
Ujarnya lagi. Lambat laun,
kecintaannya terhadap radio berhasil mengantarkan Kemal beserta keluarganya
untuk keliling Eropa dan sampai punya rumah.
“ Kalau gue ditanya, bisa gak
hidup dari radio ? Nyatanya gue hidup. Lu bayangin, gue bisa nonton konser
Westlife empat kali, Fat Boy Slim, ngeliput MTV Awards, sampai liputan bola dan
itu semua gratis. Itu semua karena gue yakin sama passion gue ”, Ujar SiDin Kemal.
Hiburan
merakyat, dapat dinikmati secara massal,
dimana saja selama sinyal sampai serta
hanya menggunakan satu kotak radio dan mungkin ini yang termudah dan menyenangkan,
terlebih hingga tahun 1990 kebawah
sebelum Televisi tumbuh secara pesat di tanah air Indonesia. Bagi bangsa Indonesia Radio menjadi satu saran
a perlawanan terhadap penjajahan dalam mempersatukan bangsa menyampaikan
perkembangan bangsa dan memajukan semangat nasional ditegah tekanan penjajah.
Sejarah
Radio di Indonesia mencatatkan, bahwa Belanda
menggunakan radio untuk menyampaikan pesan seputar perdagangan,
Perintah-perintah umum dan peraturan pada seluruh warga Nusantara bahkan dunia
sebagaimana diberitakan Menterian Penerangan RI pada 1953. Melihat keunggulan tersebut segelintir masyarakat Indonesia bercita-cita
untuk memiliki saluran radio sendiri, dalam mengokohkan perjuangan bangsa
melawan penjajah. Masyarakat Indonesia
mendirikan Bataviase Radio Vereniging (BRV) pada 16 Juni 1925, sekaligus
menjadikan BRV menjadi radio pertama
yang digunakan masyarakat Indonesia untuk melawan propaganda Belanda.
BRV
menjadi inspirasi bagi sejumlah daerah untuk melahirkan radio-radio local dalam
memenuhi kebutuhan hburan dan informasi bagi daerah yang tentunya saat itu
radio masih menggunakan gelombang Short Wave (SW). SRV
(Solose Radio Vereniging) menjadi satu radio daerah yang paling
berpengaruh kala itu yang berdiri di
Surakarta pada 1 April 1933. Kala itu,
radio hanya bisa dinikmati oleh kalangan elite. Hanya 20 bangsawan yang
diketahui mendengarkan radio.
NIROM
yang merupakan radio milik Belanda merasa khawatir dengan tumbuh suburnya radio
local, ini berdampak NIROM mengurangi
subsidi yang sebelumnya diberikan kepada radio daerah dan beban lannya yang
membuat radio loal gulung tikar. . Subsidi akan diberikan lebih apabila
pengurus radionya bertambah dan pengurus struktural harus memiliki radio yang akan dibebankan pajak pada pemiliknya dan ini
berakibat banyak radio local gulung tikar. Radio local
tersebut membentuk perserikatan radio ketimuran (istilah lain dari Indonesia).
Perwakilan dari VORO (Jakarta), VORL (Bandung), MAVRO (Yogyakarta), SRV (Surakarta),
dan CIVRO (Surabaya) dan mengangkat M.
Sutardjo Kartohadikusumo sebagai ketua Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran
(PPRK) pada 28 Maret 1937.
Di
era penjajahann Jepang, siaran – siaran radio
kembali dihidupkan sepanjang 1942 – 1945,
Jepang menyita perangkat penyiaran di daerah-daerah, memutus
sambungan ke luar negeri dan Masyarakat hanya boleh mendengarkan radio Hoso
Kanri Kyoku. Meski demikiaan Jepang tetap mengapresiasikan kesenian tanah air
dengan tetap mengumandangkan musik dan
kesenian Indonesia untuk “ menghibur ” pendengar radio, sehingga kesenian Indonesia tidak punah walau
dijajah lebih dari tiga abad.
Satu
kisah Radio Republik Indonesia (RRI) yang cukup heroik ketika Radio ini
berhasil membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI keseluruh tanah Air bahkan
mencapai Australia dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris pada pukul 19.00
WIB. Ketika Jepang 14 Agustus 1945 menyerah pada
Sekutu dan Golongan muda yang mendorong kemerdekaan ini di umumkan, mereka
mengalami kendala karena pihak tentara Jepang
15/8/1945 menjaga ketat Gedung Siaran Radio di jalan Merdeka Barat.
Namun Sjachrudin, wartawan kantor berita Domei berhasil melompati pagar sehingga bisa menyampaikan teks proklamasi kepada Ronodipuro, penyiar yang kelak memimpin Radio Republik Indonesia (RRI) Biro Jakarta, sehingga Proklamasi akhirnya dibacakan dan disiarkan keseluruh tanah air. Pemerintah Indonesia mengambil alih stasiun radio Jepang yang tersebar di berbagai daerah berlanjut berdirinya RRI pada 11 September 1945 di kediaman Adang Kadarusman, di Gang Menteng Kecil.
Radio
menjadi instrumen pemerintah untuk menyebarkan propaganda pembangunan di Era
Orrde Baru (Orba), “ RRI menjadi
satu-satunya radio yang boleh menyiarkan berita, Radio swasta hanya diizinkan memutar musik dan
menyajikan kesenian lainnya serta memiliki kewajiban untuk memutar siaran dari
pusat “, Ujar SiGaluh Rosarita Niken
Widiastuti. “ Pada Orba, radio betul-betul digunakan untuk
kepentingan pemerintah. Sekitar tahun 70an, radio swasta ada wajib relay dari
jam 5 hingga 11, ada sekitar 7 atau 8 siaran dari Jakarta ”, Ujar SiGaluh lagi.
Di
era Reformasi jatuhnya Soeharto membebaskan radio dari segala tuntutan
pemerintah yang sangat mengikat sehingga
konten-konten kreatif mulai lahir. Radio swasta tak lagi diwajibkan
relay dan dibebaskan dari berita berbau propaganda. Diera ini pertumbuhan Radio diberbagai daerah
menebarkan prinsip pemberitaan Pendidikan, kebudayaan dan hiburan, sehingga
banyak radio berdiri di daerah hingga ke Pedalaman dan wilayah perbatasan dalam
mengukukan dan menguatkan NKRI.
“ Pertumbuhan Radio paska 1998 di Kalimantan
Timur khususnya Samarinda cukup subur bahkan hingga ke pedalaman dalam arti
hingga radio perseorang yang membawakan berbagai gaya kedaerahannya “, Ujar SiDin Bakrie mantan penyiar Radio
Gema Nirwana Samarinda. Sementara Norma
Penyiar di Radio Devia FM Nunukan mengatakan, “
Radio di perbatasan saat ini sangat penting dalam membendung idiaalisme
asing, mengokohkan Nasionalisme dan kesatuan bangsa. Saat ini tahun 2000 an Radio tumbuh di perbatasan
pedalaman untuk memecah keterasingan warga
“.
Mahluk besi dapat bercanda,
Radio Republik Indonesia bagian dari perjuangan Indonesia.
Radio tetap jaya di Udara, I am need your information
BalasHapus