NusanTaRa.Com
byAsnISamandaK,3/2/2018.
Akibat
kenaikan suhu, populasi penyu di Great Barrier Reef mengalami ketidak seimbangan populasi karena lebih dari
80% penyu Hijau berjenis kelamin betina.
Jenis kelamin penyu sangat bergantung dengan suhu di mana proses
pengeraman telurnay terjadi. Jadi,
sarang di daerah dengan suhu yang lebih hangat,
akan menghasilkan penyu betina lebih banyak. Di beberapa pantai utara dekat Great
Barrier Reef, para ilmuwan menemukan
fakta bahwa kebanyakan penyu remaja memiliki jenis kelamin betina, bahkan
di pantai selatan yang lebih dingin
hampir 70% persen populasi penyu muda adalah betina jika trend ini terus
berlangsung maka keberadaan penyu sangat terancam, dimanapun keberadaan
populasi penyu berada termasuk yang tersebar di berbagai perairan Indonesia.
Dalam studi
yang dipublikasikan pada jurnal Current Biology, dr. Michael Jensen, pemimpin
penelitian sekaligus ahli biologi kelautan di National Oceanic and Atmospheric
Administration, mengatakan, rasio jenis kelamin penyu hijau (Chelonia mydas
sp) secara spesifik selama dua decade lebih
condong ke populasi betina. Proses
Global Warming yang sedang berkembang di muka bumi menurut Para ilmuwan dan
ahli konservasi sangat mempengaruhi pertumbuuhan populasi satwa, diantaranya bahwa peningkatan suhu global
akan menyebabkan penyu menghadapi
“ feminisasi lengkap “
yaitu pertumbuhan jumlah jenis betina yang sangat tinggi di masa depan
yang sangat membahayakan
perkembangan populasi mereka. “ Tidak adanya pejantan di populasi penyu hijau
muda merupakan tanda bahaya,” ujar Dermot O’Gorman, CEO World Wide Fund for
Nature (WWF) Australia.
Para
peneliti yang melakukan kajian, menangkap penyu di tempat
mereka cari makan untuk mengidentifikasi jenis kelaminnya serta menggunakan tes genetik untuk menemukan
sarang mereka, mengombinasikan informasi
ini dengan data temperatur untuk mencari penyebab ‘feminisasi’. Penemuan terbaru ini
selain menemukan keadaan tersebut juga
mendapatkan perubahan ekosistem
Great Barrier Reef yang memburuk akibat peristiwa pemutihan karang dengan
dugaan penyebab yang sama.
Meskipun demikian
O’Gorman mengatakan, gejala naib yang dialami Penyu dan kondisi lainya
akibat Global warming belum akhir dari segalanya, masih ada upaya yang bisa dilakukan untuk
mencegahnya seperti dengan menggunakan
peneltian ini untuk mencari cara terbaik membantu populasi penyu. “
Salah satu kemungkinannya adalah dengan meneduhkan pantai untuk
menurunkan suhu. Dengan begitu, penyu bisa menghasilkan lebih banyak
pejantan ”, Ujar SiDin O’Gorman. Sementara itu, menurut Stephen Cornelius,
penasihat utama perubahan iklim dari WWF, peran manusia untuk menekan pemanasan
global juga berpengaruh pada populasi penyu hijau ini, “
Meskipun penyu ini berada jauh dari lokasi Anda. Namun, aksi untuk
mengurangi emisi karbon bisa memainkan peran penting untuk keselamatan populasi
penyu hijau dan spesies laut lainnya ”,
Ujar SiDin Stephen Cornelius.
Tak seperti
manusia, penyu atau reptil lain yang bertelur tidak memiliki kromosom seks.
Pada penyu laut, jenis kelamin ditentukan oleh lingkungan sarang : suhu yang lebih hangat menghasilkan penyu
betina dan suhu lebih dingin menghasilkan pejantan. (Mattwicks/Thinkstock). Studi terbaru tentang perbandingan jenis
kelamin penyu memberikan hasil yang mengejutkan, mengungkapkan bahwa bahwa 80 persen penyu hijau muda dari Great
Barrier Reef bagian utara di Australia ternyata betina, sementara penyu jantan
mulai menghilang. Keadaan tersebut
ditemukan para peneliti di
Florida Atlantic University (FAU) yang telah mencatat kecenderungan serupa pada
penetasan telur penyu di Palm County
tenggara Florida sejak 2002 bahwa
97 hingga 100 persen telur yang menetas merupakan penyu betina.
Penyu atau
reptil lain yang bertelur tidak memiliki kromosom seks, penyu laut, jenis kelamin ditentukan oleh
lingkungan sarang : suhu yang lebih
hangat menghasilkan penyu betina dan suhu lebih dingin menghasilkan pejantan. Meski demikian, suhu bukanlah satu-satunya
faktor yang mempengaruhi embriogenesis dan fenotipe tukik yang dihasilkan, kelembaban mengubah iklim mikro yang dialami
telur di dalam sarang dan secara signifikan dapat mempengaruhi
perkembangannya dan Substrat basah cenderung menghasilkan lebih
banyak jantan dan substrat kering cenderung menghasilkan lebih banyak betina.
Riset juga menemukan
bahwa substrat terdingin dan paling basah menghasilkan 100 persen penyu jantan,
sementara subtrat terhangat dan paling kering hanya menghasilkan 42 persen
pejantan. Mereka juga menemukan bahwa pertumbuhan embrio tampak lebih sensitif
terhadap suhu pada tahap awal perkembangan, dan terhadap kelembaban pada tahap
selanjutnya. " Selama inkubasi, embrio penyu tumbuh di
dalam sarang dari beberapa sel menjadi terbentuk penuh dan organisme mandiri
saat menetas ", Ujar SiGaluh
Jeanette Wyneken, Ph.D., peneliti biologi di FAU.
Tukik berlari menuju lautan,
Global Warming berdampak 80 % penyu perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar