Sabtu, 05 Mei 2018

PENYU DI GREAT BARRIER REEF AUSTRALIA 90 % PEREMPUAN, SATU GAMBARAN MASA DEPAN SURAM PENYU DUNIA.


NusanTaRa.Com
byAsnISamandaK,3/2/2018.



Akibat kenaikan suhu, populasi penyu di Great Barrier Reef mengalami  ketidak seimbangan populasi karena lebih dari 80% penyu Hijau berjenis kelamin betina.  Jenis kelamin penyu sangat bergantung dengan suhu di mana proses pengeraman telurnay terjadi.  Jadi, sarang di daerah dengan suhu yang lebih hangat,  akan menghasilkan penyu betina lebih banyak.    Di beberapa pantai utara dekat Great Barrier Reef,  para ilmuwan menemukan fakta bahwa kebanyakan penyu remaja memiliki jenis kelamin betina,   bahkan   di pantai selatan yang lebih dingin  hampir 70% persen populasi penyu muda adalah betina jika trend ini terus berlangsung maka keberadaan penyu sangat terancam, dimanapun keberadaan populasi penyu berada termasuk yang tersebar di berbagai perairan Indonesia.

Dalam studi yang dipublikasikan pada jurnal Current Biology, dr. Michael Jensen, pemimpin penelitian sekaligus ahli biologi kelautan di National Oceanic and Atmospheric Administration, mengatakan, rasio jenis kelamin penyu hijau  (Chelonia  mydas  sp)  secara spesifik selama dua decade   lebih condong ke populasi betina.   Proses Global Warming yang sedang berkembang di muka bumi menurut Para ilmuwan dan ahli konservasi sangat mempengaruhi pertumbuuhan populasi satwa,  diantaranya bahwa peningkatan suhu global akan menyebabkan penyu menghadapi     feminisasi lengkap    yaitu pertumbuhan jumlah jenis betina  yang sangat tinggi  di masa depan  yang sangat  membahayakan perkembangan populasi mereka.     Tidak adanya pejantan di populasi penyu hijau muda merupakan tanda bahaya,” ujar Dermot O’Gorman, CEO World Wide Fund for Nature (WWF) Australia.

Para peneliti  yang  melakukan kajian, menangkap penyu di tempat mereka cari makan untuk mengidentifikasi jenis kelaminnya  serta menggunakan tes genetik untuk menemukan sarang mereka,  mengombinasikan informasi ini dengan data temperatur untuk mencari penyebab ‘feminisasi’.   Penemuan terbaru  ini  selain menemukan keadaan tersebut juga  mendapatkan  perubahan ekosistem Great Barrier Reef yang memburuk akibat peristiwa pemutihan karang dengan dugaan penyebab yang sama.

Meskipun  demikian  O’Gorman mengatakan, gejala naib yang dialami Penyu dan kondisi lainya akibat Global warming belum akhir dari segalanya,  masih ada upaya yang bisa dilakukan untuk mencegahnya seperti  dengan menggunakan peneltian ini untuk mencari cara terbaik membantu populasi penyu.     Salah satu kemungkinannya adalah dengan meneduhkan pantai untuk menurunkan suhu. Dengan begitu, penyu bisa menghasilkan lebih banyak pejantan  ”, Ujar SiDin O’Gorman.    Sementara itu, menurut Stephen Cornelius, penasihat utama perubahan iklim dari WWF, peran manusia untuk menekan pemanasan global juga berpengaruh pada populasi penyu hijau ini,     Meskipun penyu ini berada jauh dari lokasi Anda. Namun, aksi untuk mengurangi emisi karbon bisa memainkan peran penting untuk keselamatan populasi penyu hijau dan spesies laut lainnya  ”, Ujar SiDin Stephen Cornelius. 

Tak seperti manusia, penyu atau reptil lain yang bertelur tidak memiliki kromosom seks. Pada penyu laut, jenis kelamin ditentukan oleh lingkungan sarang :  suhu yang lebih hangat menghasilkan penyu betina dan suhu lebih dingin menghasilkan pejantan. (Mattwicks/Thinkstock).  Studi terbaru tentang perbandingan jenis kelamin penyu memberikan hasil yang mengejutkan,  mengungkapkan bahwa  bahwa 80 persen penyu hijau muda dari Great Barrier Reef bagian utara di Australia ternyata betina, sementara penyu jantan mulai menghilang.  Keadaan  tersebut  ditemukan  para peneliti di Florida Atlantic University (FAU) yang  telah mencatat kecenderungan serupa pada penetasan telur penyu di Palm County  tenggara Florida sejak 2002  bahwa 97 hingga 100 persen telur yang menetas merupakan penyu betina.

Penyu atau reptil lain yang bertelur tidak memiliki kromosom seks,   penyu laut, jenis kelamin ditentukan oleh lingkungan sarang :  suhu yang lebih hangat menghasilkan penyu betina dan suhu lebih dingin menghasilkan pejantan.   Meski demikian, suhu bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi embriogenesis dan fenotipe tukik yang dihasilkan,  kelembaban mengubah iklim mikro yang dialami telur di dalam sarang dan secara signifikan dapat mempengaruhi perkembangannya  dan  Substrat basah cenderung menghasilkan lebih banyak jantan dan substrat kering cenderung menghasilkan lebih banyak betina.

Riset juga menemukan bahwa substrat terdingin dan paling basah menghasilkan 100 persen penyu jantan, sementara subtrat terhangat dan paling kering hanya menghasilkan 42 persen pejantan. Mereka juga menemukan bahwa pertumbuhan embrio tampak lebih sensitif terhadap suhu pada tahap awal perkembangan, dan terhadap kelembaban pada tahap selanjutnya.  "   Selama inkubasi, embrio penyu tumbuh di dalam sarang dari beberapa sel menjadi terbentuk penuh dan organisme mandiri saat menetas  ",  Ujar SiGaluh  Jeanette Wyneken, Ph.D., peneliti  biologi di FAU.



Tukik berlari menuju lautan,
Global Warming berdampak 80 % penyu perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...