NusanTaRa.Com
byMardigU WP, 18/5/2018
byMardigU WP, 18/5/2018
Sejarah
Majapahit sebagai penguasa Nusantara adalah
puncak dari budaya metal (emas dan besi) di
abad pertengahan tahun 1300 an. Penaklukan
Nusantara di bawah panji Majapahit tidak
terlepas dari peran cadangan emas dan besi yang besar serta budaya Metalnya (tehnologi
dan sumbernya Emas dan Besi) dari kerajaan
Majapahit baik dari negerinya maupun dari beberapa wilayahnya diluar
namun berpusat keberadaan dan perdagangannya di Majapahit.
Kebesaran
sejarah Nusantara, saat itu wilayah disepanjang khatulistiwa tersebut
telah berdiri kerajaan kecil dan besar kurang lebih sekitar 121 kerajaan seperti kerajaan
Samudra Pasai Di Aceh berada pada
sisi barat Indonesia, Kerajaan Daha di Kalimantan Tengah bagian tengah
Indonesia dan Kerajaan Tidore di Ternate
pada sisi Timur Inddonesia, serta ratusan kerajaan lainnya berdiri
diantaranya. Menyatukan seratus
kerajaan yang ada oleh patih Gajah Mada saat itu, tanpa tumpah darah atau pertempuran yang utama
karena memang kekuatan politiknya yang
diterapkan Patih Gajah Mada Sang
Mahapatih Agung ini bukan berlandas pada kemampanan utama hagemoni militer,
tetapi lebih menekankan pada sharp power
yaitu hagemoni ekonomi dan sosial.
Penguatan
ekonomi kerajaan-kerajaan tersebut oleh
Majapahit dengan cara pemberian bantuan Pinjaman emas, Besi dan
kebutuhan lain sebagai jalan mengajak semua kerajaan untuk ikut kedalam Panji Majapahit , sehingga bendara Majapahit dapat Gula Kelapa dapat naik
dan dihormati disana. Meski demikian
tetap ada beberapa kerajaan yang tak mau ikut bahkan melakukan perlawanan seperti di Jawa Barat sehingga kekuatan
besi akan dipungsikan sebatas
tertentu namun peran Emas dan Besi sebagai alat bantu tetap turut dalam
menaklukkan kerajaan agar takluk dibawah panji Majapahit. Kala itu Emas dan Besi tersebut masuk dalam
budaya metal sebagai bahan pertukaran perdagangan dan pembuatan senjata yang ditempa sedemikain
rupa yang pasti memerlukan api atau GENI bahasa jawanya. Di belahan bumi lain di dunia yang cenderung lebih majau maka sarana benda tajam berupa Pedang berukuran lebih panjang di Eropah, China, Bangsa Viking, Romawi
ditempa dri Besi atau baja ferro Steel yang terbaik mungkin Samurai karena terbuat dari Titanium.
Sejak dahulu
kala keris bangsa Indonesia senjata yang berukuran lebih pendek sudahpun berbasis 9 material metal seperti ada titanium, platinum, ferro, nickel dan
banyak lainya bahkan di istilahkan berbasis batu meteor karena memang di
buatnya dengan tempaan 9 lapis material berbeda. Karena itu kalau di tusuk keris darah mengucur
terus karena memang salah satu sifat metal yaitu osmium atau palladium
begitu. Coba kembali kita renungkan ada emas dan ada 9 metal dari tanah jarang (rare eath) di abad 13-14 ? Berarti budaya metal Nusantara di atas
rata-rata dunia ! iya benar, karena memiliki kwalitas dan keanekaragaman yang
lebih baik.
Ketrampilan
metal tersebut turun berpindah tangan ke para penempa 9 wali, Symbol Sembilan sifat Metal dan tempaan yang ada pada setiap keris
atau badik dengan sendirinya akan berbeda pada setiap keris. Sebagai
bukti, di semua petilasan jejak para wali selalu ada SUMUR, yang dulu kit a fikir dulu ini hanya sebagai
sumber air, namun sesungguhnya ini
tempat mereka mengambil bahan tanah jarang yang di proses menjadi logam mulia, Ilmu Metal (Proses penempaan senjata hingga pemilihan
materi logam) ini terutama banyak di
pegang sunan Bonang.
Islam Nusantara
dalam kurun waktu 30 tahun penyebarannya dibumi
Indonesia telah mencapai kejayaannya karena berhasil di anut lebih dari 90% populasi Nusantara
suatu waktu yang relatip singkat, kejayaan ini juga tidak terlepas dari
peran Metal Emas sebagai sarana mencapai
kesuksesan dalam mewujutkan ekonomi Nusantara. Budaya Metal (Emas dan Besi) para wali tadi
berakhir dengan kehadiran Belanda yang
tentnya hadir dengan budaya metal yang lebih Unggul yaitu Senjata api.
Dalam kitab “ suluk linglung ” pangeran Wijil terdapat TITAH sunan Bonang, titah tersebut adalah titah
PATI GENI atau perintah mematikan api arti budaya penempaan Emas dan Besi
semakin menurun. Sejak saat itu budaya
metal di padamkan dan di “ bungkus ” dengan pertanian. Sesungguhnya Belanda seharusnya curiga dari mana bahan membuat keris, cangkul, arit
(clurit) dan beragam senjata Nusantara bersumber dengan jarak komunikasi antar wilayah yang pendek ?.
Budaya Metal Nusantara
bukan budaya pedang panjang namun persenjataan
semua pendek ; rencong, badik, keris, kujang, dan sejenis
lainya, semua pendek. Karena apa?.
Salah satunya karena berat, sehingga sulit dibawanya kemana-mana, karena itu semua berbentuk pendek, keris, mata
tombak,mata panah, ujungnya saja metal, dari tanah jarang (Tanah dari dalam
sumur yang mengandung Metal),
serta semua senjata tusuk bukan
sabet karena memang sulit di asah sisi pinggirnya.
Mengapa
keris, rencong, badik, itu semua di hormati kedudukannya dalam rumah atau dalam
kerajaan ? sehingga ada upacara khusus senjata dan
Pembungkusan karamah bagi senjata. Karena itulah precious metal di simpan.
Cairkan saja benda itu, lalu di “ refine ”. Pasti akan di dalam PGM atau platinum group
metal. Mahal ngak kira-kira itu
nilainya. Nenek moyang kita meritualkan
di bungkus dalam budaya supaya ngak di ambil penjajah. Itulah
strategi para wali membungkus harta karun nusantara. Juga keilmuan metal tadi
di bungkus rapih.
Sekarang
budaya metal nusantara hadir kembali dalam bentuk baru, CYRONIUM. Cyronium.com
drMardiguWP (FB)
Rencong Jiwa luhur Aceh,
Keris tempaan Empu Penguat Roh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar