NusanTaRa.Com
byLaSikUAgaY, 4/4/2018
byLaSikUAgaY, 4/4/2018
Dr. Terawan Agus Putranto |
Akhirnya IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memberikan sanksi
kepada dr. Terawan Agus Putranto kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Subroto yang selama ini
banyak menjadi perbincangan terhitung 26
Februari 2018 hingga 15 Februari 2019, berupa
pemecatan selama 12 bulan atas tindakannya melakukan terapi cuci otak (brain
washing) dalam perawatan para pasien. Pemberhentian sementara dilakukan karena
Terawan dianggap melakukan pelanggaran kode etik kedokteran, " Pelanggaran kode etik tidak boleh mengiklankan, tidak boleh memuji
diri, itu bagian yang ada dalam peraturan etik. Juga tidak boleh bertentangan
dengan sumpah doker ", Ujar SiDin
Prijo kepala Ketua Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa
3/4/2018.
Beberapa
tahun terakhir nama dr. Terawan Agus
Putranto Kepala RS Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Subroto menjadi perbincangan banyak orang, karena terobosannya melakukan terapi cuci otak
sebagai penyembuhan penyakit stroke dan menurut beliau terapinya
telah memberikan hasil yang bagus
kepada pasien. " Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau
diringankan oleh terapi “ cuci otak ”
itu ”,
Ujar SiDin Terawan yang biasa menangani pasien sekitar 35 orang dengan
biaya berkisar Rp 30 juta per pasien.
Penyakit
stroke disebabkan terhambatnya aliran
darah ke otak lantaran penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah karena plak
(biasanya berupa lemak). Terapi cuci
otak yang dilakukan Terawan menggunakan obat heparin untuk menghancurkan plak
tersebut yang dimasukkan lewat kateter yang dipasang di pangkal paha pasien,
menuju sumber kerusakan pembuluh darah penyebab stroke di otak yang kemudian
menimbulkan efek anti pembekuan di pembuluh darah atau dengan pemasangan balon di jaringan otak
(transcranial LED) yang dilanjutkan dengan terapi. Meski
beberapa pasien mengatakan setelah mendapat perawatan menjadi lebih baik setelah melakukan terapi tersebut, IDI tetap menyatakan cara yang dilakukan Terawan melanggar kode
etik dan keamanan praktek cuci otak itu juga masih dipertanyakan.
Prof. Irawan
Yusuf Guru besar Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin menanggapi
seputar polemik dokter Terawan tentang
temuannya soal metode “ Cuci otak
“ atau Digital Subtraction Angiography (DSA), meski dianggap telah melanggar kode etik
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) temuan
Terawan itu disebut tidak bermasalah pada sisi akademik, kata Irawan yang
menjadi promotor dokter Terawan saat
promosi disertasi program S3 di Unhas pada Oktober tahun 2016. "
Dalam dunia kedokteran, hampir semua teknologi yang dibuat dengan
inovasi, dimulai dengan kontroversi. Ini memang harus diselesaikan dengan riset
dengan waktu yang panjang ", Ujar SiDin Prof Irawan Yusuf, Jumat
(6/4/2018). Kasus Dokter Terawan harap IDI Bisa Selesaikan secara Arif dan
Bijaksana.
Perguruan
tinggi yang bertanggung jawab soal akademis
tak berwenang soal pelaksanaan praktik hasil inovasi di bidang
kedokteran lebih diserahkan kepada urusan organisasi profesi seperti IDI dan
sebaiknya dokter Terawan diberi
kesempatan untuk membela diri. Selama
ini yang menjadi kontroversi dokter Terawan adalah promosi dan praktik
pemanfaatan temuan DSA, meski telah
teruji secara akademis temuan tersebut
hendaknya lebih dulu melalui uji klinik dengan mengajak pasien jika ingin
diperkenalkan kepada masyarakat luas.
MKEK
(Majelis Kehormatan Etika Kedokteran) menduga dokter yang identik dengan terapi
Brain Washing melalui metode diagnostik Digital Substraction Angiography (DSA)
itu sudah berlebihan dalam mengiklankan diri. Menurut MKEK, tidak sepatutnya
dokter Terawan mengklaim tindakan cuci otak itu sebagai tindakan pengobatan
(kuratif) dan pencegahan (preventif) stroke iskemik. Alasan lain
yang cukup kuat MKEK untuk
menjatuhkan sangsi pelaksanaan praktek
tersebut karena diduga terjadi penarikan bayaran yang
tidak sedikit dan adanya janji
kesembuhan yang kuat setelah Brain Washing.
Hal yang
menarik bahwa kasus pearangan ini telah berjalan cukup lama, melayani banyak
pasien dn diantara pasiennya banyak dari kalangan Petinggi Negara diantaranya
Jusuf Kalla yang juga menyarankkan agar keputusan tersebut
dipertimbangkan. Mahfud MD sebagai eks
pasien dokter Terawan mengaku bingung harus menanggapi pemecatan tersebut. Namun, ia menilai praktek yang dilakukan
dokter Terawan bagus untuk pasien yang memiliki penyakit stroke. “ Saya
tidak tahu ya harus menanggapi apa. Tapi saya pernah menjadi pasiennya. Itu
bagus menurut saya sih. Ada gejala stroke, ketawan lalu dipompa agar bersih,
langsung segar biasanya ”, Ujar SiDin Mahfud, Jakarta Selatan Rabu (4/4/2018).
Ketua Dewan
Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie melalui akun Instagram-nya mengatakan,
metode "cuci otak" oleh dokter Terawan telah mencegah maupun
mengobati puluhan ribu orang dari penyakit stroke "
Saya sendiri termasuk yang merasakan manfaatnya, juga Pak Tri Sutrisno,
SBY, AM Hendropriyono, dan banyak tokoh/pejabat, juga masyarakat luas. Mudah
menemukan testimoni orang yang tertolong oleh dr Terawan ",
Ujar SiDin Aburizal ( akun Instagram-nya @aburizalbakrie.id.)
Dr. Terawan
sempat ditugaskan di Bali dan Lombok pasca kelulusan pendidikan
kedokterannya tahun 1990, kemudian
bertugas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dan
praktik di Rumah Sakit Gading Pluit.
Dalam kariernya tak sedikit ia
diundang untuk mengisi simposium maupun untuk melakukan tindakan intervensi di
dalam ataupun di luar negeri. “ Semua yang ada disini (fasilitas) adalah
milik rakyat. Saya asalnya dari rakyat. Berjuang ya untuk rakyat. Dan yang
ingin saya persembahkan ya untuk rakyat. Diluar konteks pro dan kontra itu
biasa. Tapi memang perkembangan ilmu pengetahuan akan memunculkan pro dan
kontra. Dan itu menarik, karena membuat saya semakin mempertanggungjawabkan
setiap keilmuan saya ”, Ujar SiDin dr. Terawan.
Letkol CKM
dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K)
Lahir :
Yogyakarta, 5 Agustus 1964
Pendidikan :
Sarjana Kedokteran FK Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Program
Kedokteran Spesialis Radiologi Universitas Airlangga, Surabaya
Anggota
Keluarga : Ester Dahlia (Istri) dan Abraham
Apriliawan (Anak)
Praktik :
RSPAD Gatot Subroto Jakarta dan RS Gading Pluit, Kelapa Gading Jakarta.
Rumah sakit tempat berobat,
Cuci Otak meski belum final membawa Sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar