Jumat, 21 Oktober 2016

RODRIGO DUTERTE MEMUTUSKAN HUBUNGAN FILIPPINA DENGAN AS DITENGAH KANCAH LCS.

NusanTaRa.Com



Pengadilan Arbritase Internasional Den Haag Belanda memenangkan tuntutan pemerintah Filippina atas klaim sepihak China di Laut China Selatan  (LCS)   tanggal 12 Juli 2016 dengan menetapkan bahwa     Klaim  China atas sejarah penguasaan mereka di LCS  berdasarkan Nine-Dash Line adalah tidak berdasar   “.   Menanggapi putusan pengadilan Arbritase tersebut China dengan tegas menolak putusan tersebut dengan mengatakan bahwa  “ Kedaulatan territorial dan hak mereka di Laut China Selatan  tidak bisa dipengaruhi oleh keputusan apapun “ Ujar Xi Jinpeng Presiden China,  keputusan tersebut  menurut beberapa pakar akan menyulitkan bagi Filippina untuk menegakkan kedaulatannya  di wilayah tersebut terlebih keputusan presiden Duterte yang memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat baru-baru ini.  

Berita yang terbilang  cukup mengejutkan dikawasan Asia tenggara tatkala Presiden Filiippina Rodrigo Duterte menyatakan negaranya mencabut dukungan dan kerjsama dengan Amerika Serikat (AS) dengan mengatakan “  Dalam tempat ini, di tempat ini, saya mengumumkan perpisahan saya dari Amerika serikat  “.   Keputusan ini dinyatakan Duterte saat menghadiri  Forum Bisnis China Kamis 20-oktober-2016 dihadiri 200 pengusaha serta disaksikan Wakil Perdana Menteri China Zhang Gaoli, beliau juga akan memberikan dukungan secara langsung pada China diberbagai kepentingan.  

Keputusan Duterte lebih mengejutkan kalangan pengamat sengketa  LCS  manakala pemutusan hubungan dengan Amerika Serikat  mencakup dukungan kerja sama dalam segala hal,  mulai dari bidang militer, sosial, dan kerja sama ekonomibahkan Duterte  memastikan bakal mendukung China untuk menyelesaikan sengketa perbatasan di Laut Cina Selatan.   Keputusan tentulah akan sangat mengubah sejarah Manila  karena  selama ini Filipina dianggap sekutu penting Amerika Serikat  sebagai negara 'penyeimbang' di kawasan Asia untuk kasus sengketa LCS.  

Hubungan diplomatik yang diambil Filippina ini setelah sebelumnya dikecewakan  pemerintah Amerika Serikat yang menolak penjualan peralatan militernya  baru-baru ini,   penolakan tersebut tentunya sangat memukul  program pengembangan kekuatan angkatan bersenjata mereka  dan Duterte menganggap Amerika Serikat telah memanipulasi mata uang Filippina.    Kesepakatan bersama antara Filippina dan China yang akan memecahkan kasus Laut China Selatan secara damai melalui perundingan  menjadi satu hal yang penting keputusaan tersebut dikeluarkan

 Washington mendengar keputusan tiba-tiba Filippina  sangat terkejut dan tidak mengerti,   membuat John Kirby  Juru bicara Departemen Luar Negeri AS meminta penjelasan kepada Daniel Russel, diplomat tertinggi AS untuk urusan Asia Timur dan Pasifik serta mengatakan bahwa Filippina belum pernah mengajukan akan memperbaharui hubungan bilateral kedua negara.       Bagi AS,  selama ini Filipina sebagai sekutu kunci AS untuk meningkatkan peran dalam menciptakan keseimbangan  di kawasan LCS serta rekan militer dalam melaksanakan operasi militernya di kawasan tersebut.  

Rodrigo Duterte  yang mantan Gubernur di Davao  Filippina Selatan memiliki kesan buruk terhadap AS selama itu,  yang menjadi  satu  presedent buruk dalam kebijakan politiknya terhadap AS.    Rodrigo Duterte sosok penuh kontroversial menjadi presiden Filippina ke-16 pada 30 Juni 2016,  pernah sesumbar saat pilpres  akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat (AS) dan Australia jika dia terpilih sebagai Presiden Filippina,  ancaman ini karena Duta besar AS untuk  Filippina Philip Goldberg  mengkritik komentar kampanyenya tentang  pemerkosaan dan Pembunuhan atas misionaris wanita Australia Jacqueline Hamill selama kerusahan di Penjara Davao tahun 1989.  Kebencian lain dipicu Peledakan misterius  Hotel Evergreen  Davao16 Mei 2002,  ledakan itu diduga akibat bahan peledak warga AS bernama Michael Terrence Meiring, namun pria AS ini berhasil melarikan diri dari penahan pihak Filipina yang diduga berkat bantuan FBI

Duterte menjadi marah disebabkan  AS telah menolak menjual persenjataan ke negaranya,   Diapun menegaskan, pemerintahannya akan pergi ke Rusia dan Cina untuk memenuhinya kebutuhan tersebut. Sekmen Perdagangan Filipina, Ramon Lopez,  mengatakan bahwa negaranya telah membuat sejumlah kerja sama dengan Cina  dan  telah menerima tawaran US$ 13,5 miliar.   Duterte berjanji membatalkan latihan militer bersama  AS-Filipina setelah tahun depan  serta  mengakhiri patroli bersama di Laut Cina Selatan dan Operasi Khusus dengan AS di Mindanao selatan. 
byBakuiNunukan


Pemimpin hendaklah pemberani
Duterte Presiden Filippina penuh Kontropersi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...