NusanTaRa.Com
Padi ditanam di galur lereng kering,
Varietas Padi Gogo mampu produksi pada lahan kering.
Kecendrungan jumlah penduduk Indonesia yang terus
bertambah dalam setiap tahunnya, sementara lahan pertanian kian menyempit karena pertumbuhan kota dan perubahan fungsi lahan, hal ini tentunya
menjadi masalah tersendiri bagi ketersediaan pangan di Indonesia yang terkait langsung dengan luas lahan dan tingkat tehnologi yang dipergunakan saat ini. Meski ada perbaikan dalam tehnologi pertanian seperti jenis bibit yang baik dan Penangan hasil panen tapi semua itu belum setara dengan pertumbuhan kebutuhan pangan sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk.
Indonesia merupakan negara dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang relatif besar, hasil sensus penduduk
tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa, jumlah ini
bertambah 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya tahun 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk yang besar ternyata tidak dibarengi
dengan tingkat pendapatan yang besar pula, dan masih sangat rendahnya tingkat produksi pangan nasional.
Akibat tingkat
pertumbuhan penduduk yang besar terutama tingkat kelahiran yang tidak
dapat ditekan maka akan terjadi komposisi penduduk usia muda menjadi
lebih besar, diprediksi pada tahun 2030 usia produktif akan lebih dari
60% sehingga mengkhawatirkan terjadinya ledakan penduduk dimasa yang
akan datang. Hal ini akan berakibat pada tingginya kebutuhan akan
sandang, papan dan pangan, terutama dalam pangan Indonesia saat ini
konsumsi beras per kapita oleh masyarakat Indonesia mencapai 139
kilogram per kapita per tahun dan terus meningkat setiap tahunnya (PANAP
Rice Sheets.). Jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa berarti
kebutuhan beras per tahun dalam hitungan kasar sebesar adalah
33.026.400.000 kilogram (33.026 juta ton) per tahun pada tahun 2010 atau
pada tahun 2014 dalam survey pertanian terhitung 56 juta ton pertahun
kebutuhan beras untuk masyarakat Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS)
mengungkapkan bahwa produksi padi 2014 mencapai 70,83 juta ton gabah
kering giling (GKG), angka ini turun 450 ribu ton atau 0,63 persen
dibanding 2013. Penurunan produksi padi paling besar terjadi di Pulau
Jawa hingga 830 ribu ton, sedangkan di luar Jawa mengalami penurunan 390
ribu ton. Produksi padi menyusut susut karena terjadi penurunan luas
panen 41,61 ribu hektare (ha) atau 0,30 persen dan penurunan
produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau ha (0,33 persen).
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Akibat tingkat
pertumbuhan penduduk yang besar terutama tingkat kelahiran yang tidak
dapat ditekan maka akan terjadi komposisi penduduk usia muda menjadi
lebih besar, diprediksi pada tahun 2030 usia produktif akan lebih dari
60% sehingga mengkhawatirkan terjadinya ledakan penduduk dimasa yang
akan datang. Hal ini akan berakibat pada tingginya kebutuhan akan
sandang, papan dan pangan, terutama dalam pangan Indonesia saat ini
konsumsi beras per kapita oleh masyarakat Indonesia mencapai 139
kilogram per kapita per tahun dan terus meningkat setiap tahunnya (PANAP
Rice Sheets.). Jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa berarti
kebutuhan beras per tahun dalam hitungan kasar sebesar adalah
33.026.400.000 kilogram (33.026 juta ton) per tahun pada tahun 2010 atau
pada tahun 2014 dalam survey pertanian terhitung 56 juta ton pertahun
kebutuhan beras untuk masyarakat Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS)
mengungkapkan bahwa produksi padi 2014 mencapai 70,83 juta ton gabah
kering giling (GKG), angka ini turun 450 ribu ton atau 0,63 persen
dibanding 2013. Penurunan produksi padi paling besar terjadi di Pulau
Jawa hingga 830 ribu ton, sedangkan di luar Jawa mengalami penurunan 390
ribu ton. Produksi padi menyusut susut karena terjadi penurunan luas
panen 41,61 ribu hektare (ha) atau 0,30 persen dan penurunan
produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau ha (0,33 persen).
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang
relatif besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah
sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya yang tercatat di
tahun 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk yang besar ternyata tidak
dibarengi dengan tingkat pendapatan yang besar pula, dan masih sangat
rendahnya tingkat
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang
relatif besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah
sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya yang tercatat di
tahun 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk yang besar ternyata tidak
dibarengi dengan tingkat pendapatan yang besar pula,
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang
relatif besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah
sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya yang tercatat di
tahun 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk yang besar ternyata tidak
dibarengi dengan tingkat pendapatan yang besar pula,
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ariakesuma/pertumbuhan-penduduk-dan-tingkat-ketahanan-pangan-indonesia_55c35d6da223bdd9066c955b
Jika
laju pertumbuhan ini tak dapat diatasi maka masalah kependudukan bakal makin terasa pada 2020, yakni jumlah
penduduk Indonesia diprediksi mencapai 288 juta. Hal ini akan berdampak pada tingginya laju kebutuhan akan sandang,
papan dan pangan, terutama dalam pangan Indonesia saat ini konsumsi beras per
kapita masyarakat Indonesia mencapai 139 kilogram per kapita per tahun. Tahun 2010 dengan jumlah penduduk 237,6 juta jiwa dengan hitngan kasar kebutuhan beras per tahun sebessar 33.026 juta kg sedang Survey tahun 2014 kebutuhan beras Indonesia sebesar 56 juta ton. Karenanya, penyediaan
pangan menjadi satu hal penting untuk diatasi.
Turunnya produksi Padi nasional dikarena tidak maksimalnya penerpan tehnologi pertanian, tapi penurunan tersebut lebih besar disebabkan karena menurunnya lahan pertanian yang mencapai 157.150 ha dari tahun 1999-2004. Mengatasi persoalan tersebut dengan memanfaatkan Lahan kering yaitu areal pertanian yang rendah perolehan airnya yang saat ini luasnya 60,7 juta ha. Pengembangan lahan kering khususnya padi maka selama ini yang jadi solusi adalah bibit Padi Gogoh yang tahan akan kekurangan air namun hingga kini produksi padi sangat rendah 3 ton/ha.
Turunnya produksi Padi nasional dikarena tidak maksimalnya penerpan tehnologi pertanian, tapi penurunan tersebut lebih besar disebabkan karena menurunnya lahan pertanian yang mencapai 157.150 ha dari tahun 1999-2004. Mengatasi persoalan tersebut dengan memanfaatkan Lahan kering yaitu areal pertanian yang rendah perolehan airnya yang saat ini luasnya 60,7 juta ha. Pengembangan lahan kering khususnya padi maka selama ini yang jadi solusi adalah bibit Padi Gogoh yang tahan akan kekurangan air namun hingga kini produksi padi sangat rendah 3 ton/ha.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan produksi padi 2014 mencapai 70,83 juta ton gabah kering giling (GKG),
angka ini turun 450 ribu ton atau 0,63 persen dibanding 2013 dengan penurunan
produksi padi paling besar terjadi di Pulau Jawa hingga 830 ribu ton, sedangkan
di luar Jawa mengalami penurunan 390 ribu ton. Indikator menyusutnya Produksi padi
karena terjadi penurunan luas panen 41,61 ribu hektare (ha) atau 0,30 persen
dan penurunan produktivitas sebesar 0,17 kuintal atau ha (0,33 persen). Karenanya penyedian pangan menjadi sesuatu banget yang harus ditangani guna mengantisipasi ledakan kebutuhan tersebut.
Melihat keadaan ini masih ada saja warga Indonesia yang prihatin diantaranya Totok Agung Dwi Haryanto beliau seorang peneliti sekaligus Guru besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (Unsoed). Melihat permasalahan ini beliau terpanggil untuk menjawab tantangan ini tentunya dengan seganap kemampuan dan disiplin ilmu yang dia miliki yang kebetulan sangat terkait dengan penanganan peningkatan produksi pertanian.
Untuk menindaki permasalahan ini, Totok kemudian membentuk tim risetnya guna menghasilkan satu varietas dengan produksi dan kwalitas tinggi, hasil riset tim ini menciptakan tim tiga
varietas padi gogo dengaan tingkat produksi banyak serta memiliki ciri khasnya aroma dan rasa yang enak, serta dibarengi
dengan kualitas tinggi. Hasil temuan varietas tersebut dberi nama Inbrida
Padi Gogo (Inpago) Unsoed 1, Unsoed 9, dan Unsoed 136 yang saat ini telah
mendapatkan hak paten. Padi pertama yang dilepas ke publik adalah varian
Unsoed 1, dilanjutkan oleh Unsoed 9, dan Unsoed 136.
Totok mengatakan, untuk menghasilkan tiga varietas padi gogo tersebut, memerlukan riset dan penelitian selama 7 tahun, bermula tim peneliti melakukan seleksi terhadap 288 varietas padi unggul nasional sebagai indukan varietas yang akan dihasilkan. Padi
yang lolos seleksi menjadi genotipe unggul bermutu tinggi dari segi
aroma dipilihlah varietas Pandan Wangi, Rojolele, dan Mentik Wangi.
Sedangkan untuk persilangannya dipilih varietas Poso lantaran memiliki hasil produksi yang
tinggi, toleran terhadap kekeringan, serta tahan penyakit blast. Selain itu, dipilih juga varietas padi Danau Tempe lantaran memiliki kultivar hasil tinggi dan tahan terhadap kekeringan.
Kemudian semuanya diseleksi dan dikumpulkan, setelah itu dibentuklah populasi dasar untuk seleksi pedigree pada tahun 2000, serta saat itu dilakukan pula studi genetik mulai dari aromatik, berdaya hasil tinggi, dan rasa nasi pulen. " Dari
hasil seleksi ini diperoleh 50 galur yang diuji di lapangan. Dari sana,
ada 19 galur yang memiliki hasil tinggi dan aromatik ", kata Totok
sebagaimana dikutip dari buku Sumber Inspirasi Indonesia: 20 Karya
Unggulan Teknologi Anak Bangsa terbitan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Selanjutnya menghasilkan 19 galur yang kembali di uji untuk lebih mendapatkan galur-galur yang lebih bermutu dan memunculkan sembilan galur potensial.
" Sembilan
galur potensial ini merupakan keturunan persilangan padi Mentik Wangi
dengan Poso yang ditanam di Cirebon, Purworejo, Tegal, Kebumen,
Banyumas, Batang, Kudus dan Banjarnegara dengan kemampuan produksi 4 ton
per hektar dilahan tegakan cengkeh ", ujar Totok. Penelitian ini selain meneliti kualitas baik juga secara khusus melakukan analisis kandungan protein terhadap sembilan galur
aromatik di Coastal Bioenvironmental Centre Saga University Jepang dengan hasil temuan bahwa kandungan proteinnya antara 11,4 hingga 13,6 persen.
Akhirnya Tim riset ini menetapkan hasil riset menjadi tiga varian Inpago Unsoed
1, Unsoed 9, dan Unsoed 136 yang memiliki kualitas dan hasil yang cukup tinggi. Mulai dari
aroma, rasa, serta tahan terhadap kondisi kering. Pada April
2015, petani di Cilacap, Jawa Tengah berhasil memanen padi gogo aromatik
Unsoed 1 dengan hasil 10,4 ton per hektare. Unsoed 1 juga ditanam di
hasil tegakan cengkeh dengan hasil mencapai 5,4 ton.
" Berdasarkan pengalaman petani, hasil Unsoed 1 lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya ", terang Totok Agung Dwi Haryanto. Dengan
hasil produksi yang tinggi, Totok memprediksi bahwa lahan kering seluas
50 hektare bisa dijadikan area penanaman. Jika hal itu dilakukan,
penanaman padi gogo bisa menambah produksi padi.
byBambanGBiunG
Padi ditanam di galur lereng kering,
Varietas Padi Gogo mampu produksi pada lahan kering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar