NusanTaRa.Com
Berada di area Perbatasan Skouw, berpagar besi setinggi
180 Cm sepanjang 100 m yang membatasi antara wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan Wilayah Negara Papua New Guinea (PNG) selama dua
jam punya kesan tersendiri, menyaksikan kesibukan pelintas
batas dari kedua Negara yang melewati kantor imigrasi PNG yang menempati satu
bangunan permanen disudut kanan area,
seluas 4 x 6 meter dengan dua loket pelayanan masing-masing berisi dua
petugas. Daerah ini bisa dibilang sepi berada di tengah hutan lembah dan pegunungan yang ditumbuhi hutan lebat serta jauh dari pemukiman yang ramai, akan sedikit meriah manakala kesibukan pelintas batas dan deru mobil yang membawa penumpang dari dan ke kawasan tersebut yang berjarak 1 km di pasar Skouw atau 4 km dari Pasar wutung yang lebih ramai.
Kantor imigrasi tersebut saat itu di jaga
dua petugas keamanan PNG yang berpakaian biasa membantu petugas mengatur
kegiatan dan keamanan. Durasi
perlintasan warga baik dari RI ke PNG maupun sebaliknya dalam sehari dapat
mencapai 200 orang dengan berbagai kepentingan seperti kunjungan keluarga,
berbelanja untuk keperluan hidup, membawa hasil usaha mereka atau sekedar
berjalan-jalan. Noah seorang pelintas
dari PNG berkata bahwa untuk melewati pagar besi tersebut ke PNG dari Indonesia
dan sebaliknya seseorang harus menggunakan Pasport dan melewati pemeriksaan petugas perbatasan.
Untuk mencapai Skouw dari Jayapura yang berjarak 40 km selama dua jam sebelumnya kita akan melewati Distrik Wutung, di ujung perjalanan pertama kita akan melewati dua Pos SatPamtas (satuan pengaman perbatasan) yang saat saya lewat di jaga dari satuan Pangdam TanjungPura Kalimantan (aplousan setiap 6 bulan). Dari Pasar Skouw berjarak 1 km ditapal batas tadi kita melewati 2 pos Satpamtas lagi dan akan memeriksa identitas.
Diantara pelintas batas dari PNG yang sempat saya perhatikan, sebagian besar merupakan suku papua yang berkulit hitam dan rambut keribo umumnya kepasar Wutung, namun diantaranya ada juga yang berkulit sawo matang seperti melayu mereka berada disana untuk bekerja dan berniaga. Pada hari pasar di Wutung yang berjarak 4 km jumlah pelintas akan semakin banyak bisa mencapai 400 orang untuk berbelanja dan menjual hasil usaha mereka. Dalam kegiatan ekonomi tersebut masyarakat dikedua Negara masih menggunakan dua mata uang sebagaimana daerah perbatasan lain di Indonesia, namun di Skouw penggunakan mata uang Rupiah lebih dominan mengingat lebih besarnya akses ekonomi yang disumbangkan Indonesia di perbatasan berbanding dari PNG serta lebih dekatnya Kawasan PNG tersebut dari pusat keramaian ke Indonesia berbanding ke PNG.
Diantara pelintas batas dari PNG yang sempat saya perhatikan, sebagian besar merupakan suku papua yang berkulit hitam dan rambut keribo umumnya kepasar Wutung, namun diantaranya ada juga yang berkulit sawo matang seperti melayu mereka berada disana untuk bekerja dan berniaga. Pada hari pasar di Wutung yang berjarak 4 km jumlah pelintas akan semakin banyak bisa mencapai 400 orang untuk berbelanja dan menjual hasil usaha mereka. Dalam kegiatan ekonomi tersebut masyarakat dikedua Negara masih menggunakan dua mata uang sebagaimana daerah perbatasan lain di Indonesia, namun di Skouw penggunakan mata uang Rupiah lebih dominan mengingat lebih besarnya akses ekonomi yang disumbangkan Indonesia di perbatasan berbanding dari PNG serta lebih dekatnya Kawasan PNG tersebut dari pusat keramaian ke Indonesia berbanding ke PNG.
Selain Imigrasi dibagian tengah pagar perbatasan terdapat pintu gerbang yang
bertuliskan “ Welcome to Papua New
Guinea “ dibagian tengah atas berkibar bendera PNG berwarna merah, hitam dan
kuning yang dijaga beberapa petugas kemanan PNG berpakaian biasa. Dibagian dalam terdapat beberapa bangunan besar berwarna abu-abu putih sebagai
pasilitas border, Pasar, Rumah petugas
dan pos jaga, pintu ini selalu tertutup.
Ketika saya memasuki area ini karena pintu agak terbuka sejauh 12 meter,
tiba-tiba petugas PNG datang menghampiri
mengatakan bahwa daerah ini dilarang masuk dalam bahasa Indonesia yang
pasih. Diluar pagar terdapat jalan
semen selebar 6 meter sepertinya kawasan netral dan disudut kiri ada menara
beton setinggi 30 meter dengan merah putih dipuncaknya.
Keluar dari Kawasan netral menuju
area Indonesia melewati sebuah Gapura Indonesia yang masih dalam tahap
pengerjaan, sebuah Pos Jaga RI berwarna
Hijau dengan 4 petugas militer Satpamtas dan sebuah area parkir kendaraan
dengan 4 Gazebo serta penjual jajanan.
Dari titik ini ke Post perbatasan
Indonesia di Skouw dihubungkan jalan beraspal dua jalur selebar 18 meter sejauh
400 meter dan sebuah Gapura beton putih
berdiri ditengah bertuliskan selamat jalan dan selamat datang.
Di Pos Perbatasan Indonesia Skouw terdapat
bangunan putih beratap merah terdiri dari beberapa ruang untuk Pos kedatangan dan Pos kepergian, merupakan kantor imigrasi, pos Polisi serta
sebuah tempat parkir kendaraan dan kantin.
Dari Pos perbatasan Skouw sejauh 0,7 km terdapat pasar perbatasan Skouw
yang buka setiap hari dan untuk menuju kesana harus melewati dua Pos
SatPamTas. Jika anda hendak
kembali ke Jayapura berjarak 40 km di
depan pasar Skouw selalu tersedia mobil DAMRI dengan rute Jayapura – Terminal Mesran – Entroup –
Youtabe – Abe – Wutung - Skouw (Perbatasan) dan untuk mobil rental jenis Avansa biaya Rp 500.000 pp.
Menurut Gilbert seorang warga PNG
yang sedang berbelanja di pasar Wutung mengatakan, : “ Bahwa daerah pasar Skouw
ini sampai di sebelah timur yaitu sungai Tami masuk tanah adat suku kami yang
mendiami PNG, jadi kami bisa menggarap lahan tersebut “. Sebelum mencapai daerah Skouw pengunjung
akan melewati daerah transmigrasi di Youteba, Abe dan Wutung yang warganya baik dari luar daerah maupun Lokal dengan kegiatan pertanian, kolam perikanan, dan
peternakan disepanjang jalan.
byBakriSupian.
Gilber pemuda papua berambut kribo berkulit hitam,
Pintu Perbatasan menjalin kekeluargaan persahabatan lebih intim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar