NusanTaRa.Com.
Presiden
Republik Indonesia, Joko Widodo menepis konsep sembilan garis putus-putus yang diterapkan
pemerintah Tiongkok di kawasan Laut Tiongkok Selatan. "Sembilan
garis putus-putus yang Tiongkok terapkan tidak punya landasan dalam
hukum internasional manapun," kata presiden sebagaimana dikutip dalam
harian Jepang Yomiuri Shimbun yang diterbitkan menjelang lawatan
resminya di 'Negeri Sakura', dari Minggu (22/03/2015) hingga Rabu (25/03/2015). Presiden Jokowi kemudian menggaris bawahi pentingnya memiliki perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik. "Hal itu penting untuk membangun pertumbuhan ekonomi kita. Karena itu, kami mendukung Tata Cara Berperilaku (di Laut Tiongkok Selatan) dan juga dialog antara Tiongkok, Jepang, dan ASEAN," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
menegaskan, Pemerintah Tiongkok telah secara resmi dan terbuka
mengeluarkan pernyataan tak memiliki klaim wilayah yang tumpang tindih
dengan Indonesia, terutama di wilayah perairan sekitar Kepulauan Natuna, Laut Tiongkok Selatan. Menurut
Marty, pernyataan itu disampaikan juru bicara Pemerintah Tiongkok
menjawab pertanyaan wartawan pada 2 April 2013 lalu di Beijing. "Saat itu
disebutkan, kedaulatan di Kepulauan Natuna milik Indonesia dan Tiongkok
tak mempersengketakan itu. Indonesia juga tak punya klaim teritorial di
Kepulauan Spratly milik Tiongkok," ujar Marty saat dihubungi di Jakarta,
Kamis (26/6/2013).
Namun sebagai negara maritim Indonesia meski tetap waspada dengan segala sikap politik maritim China dikawasan tersebut, mengingat aktipitas penimbunan sebuah pulau di gugusan Spratlay yang dijadikan basis pangkalan militer Angkatan laut, tentunya nanti akan mempengaruhi dasar landas pengukuran batas perairan negara, masih adanya beberapa pulau kecil di kepulauan Natuna masuk dalam Nine-dashed Line tergambar pada Paspor keluaran baru China, Sikap hegomini China akan kekuasaan di Asia yang masih terlihat seperti pencaplokan Tibet dan adanya pernyataan petinggi Cina yang menganggap bahwa Taiwan adalah Provinsi Mereka yang nakal dan akan disatukan kembali dan mengingat ambisi masa lalu mereka ketika Raja Khubilai Khan mengirim armadanya untuk menguasai Nusantara yang saat itu dikuasai Majapahit, ujar pengamat pertahanan konvensional Kadir Janggo.
Beberapa ketegangan yang sempat memanas di kawasan tersebut seperti, Ketika secara sepihak
Tiongkok menempatkan anjungan pengeboran minyak lepas pantai di kepulauan Paracel sehingga terjadi saling protes antara Vietnam yang mengaku telah menguasai kawasan tersebut berabad-abad lalu dengan China berdasarkan peta pertengahan abad ke-20 ke PBB, insiden ini berkibat " Kerusuhan berdarah anti-warga Tiongkok di Vietnam dan China menarik anjungan tersebut dan ratusan kapalnya dari kawasan tersebut ", dalam hal ini PBB meminta persoalan diselesaikan secara damai.
Kepulauan Spratly memiliki luas diperkirakan 244.700
km2 yang terdiri dari sekitar 350 Pulau berada pada koordinat 4o
LU – 11o31’ LU dan 109o BT -117o BT., umumnya hanya merupakan gugusan karang dan wilayah ini berbatasan
langsung negara Taiwan, Vietnam, Brunei Darussalam, Filippina, Malaysia dan Indonesia. Di kawasan ini telah beberapa kali terjadi insiden militer berupa pengusiran kapal-kapal nelayan yang beroperasi di laut spratlay oleh kedua militer dan sempat terjadi kesiapan militer kedua belah pihak di kawasan tersebut dan pembangunan pangkalan militer China di salah satu gugus pulau spratlay, Filippina telah mengajukan protes ke PBB sebagai bentuk tidak setuju.
Hal yang menjadikan satu kawasan Nusantara di Laut China Selatan menjadi rebutan beberapa negara di kawasan tersebut, Kawasan tersebut memiliki perbatasan dengan banyak negara disekitarnya yang tentunya rawan dengan kepimilikan terkait tapal batasnya, Sejarah keberadaan Laut China Selatan sendiri yang memiliki banyak kisah yang dapat menjadi dasar kepemilikan daerah tersebut yang tumpang tindih, Letak Geografisnya yang strategis baik dari sisi ekonomi maupun pertahanan yang tentunya akan menjadi dasar untuk dikuasai, Potensi Sumberdaya alam yang terkandung di kawasan terrsebut berupa sumberdaya alam Hayati berupa Ikan dan Sumber daya alam mineral yang diperkiraakn menagndung 213 milliar barrel Minyak dan 2,5 milliar Gas dan Laut China selatan sejak dahulu kala menjadi poros pelayaran dari berbagai penjuru dunia.
byMcDonaldBiunG
Bandara Pulau Kalayan yang dibangun tahun 1978, untuuk mengukuhkan kekuasaan Filippina atas Gugusan Spratlay di Laut Cina Selatan |
Gugusan Spratlay di Laut Cina Selatan,
Kekayaan alami bukan jaminan keamanan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar