"Fosil pertama kera raksasa purba di Indonesia ditemukan di situs Semedo, Tegal, Jawa Tengah"
Fosil pertama kera raksasa purba di Indonesia ditemukan di situs Semedo, Tegal, Jawa Tengah. Penemuan tersebut memberi petunjuk bahwa kera raksasa purba atau kingkong pernah hidup di Indonesia, khususnya tanah Jawa.
"Ini ditemukan oleh warga pada bulan Juli lalu. Kita
berhasil mengonfirmasi bahwa ini milik kera raksasa Jawa," ungkap
Siswanto, Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, ketika dihubungi Senin
(1/12).
Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bawah. Awalnya,
fosil itu diduga milik manusia. Akan tetapi, saat menganalisis ukuran
dua gigi geraham yang besar, pihak Balai Arkeologi Yogyakarta meyakini
bahwa fosil tersebut bukan milik manusia, melainkan kera raksasa.
Temuan
ini mencengangkan sebab selama ini Gigantopithecus atau kera raksasa
yang ukurannya mencapai 3 meter dipercaya hanya tersebar di Tiongkok,
Asia Selatan, dan wilayah Vietnam yang dekat dengan Tiongkok. "Ini
temuan pertama di Indonesia," kata Siswanto. Dia menambahkan, kera
raksasa yang ditemukan di Semedo berbeda dengan di Asia Selatan dan
Tiongkok. "Kalau di India, misalnya, ukurannya lebih kecil," imbuhnya.
Ada beragam jenis Gigantopithecus yang tersebar di dunia, antara lain G. giganteus, G. bilaspurensis, dan G. blacki. Jenis yang fosilnya dijumpai di Semedo adalah G. blacki.
Tulang
Gigantopithecus ini ditemukan pada lapisan tanah dengan umur geologi
mencapai satu juta tahun lalu. Lokasi penemuan ini mendukung gagasan
bahwa kera raksasa pernah menyebar hingga ke Indonesia.
Jutaan
tahun lalu, daratan Asia dan wilayah Jawa, Sumatera, serta Kalimantan
masih tergabung dalam satu pulau raksasa. Kondisi tersebut memungkinkan
hewan darat seperti kera raksasa menyebar hingga ke Tanah Air.
Siswanto
mengutarakan, kera raksasa purba menghuni Jawa pada masa pleistosen
hingga lebih kurang 200.000 tahun lalu. Setelahnya, spesies tersebut
punah, diduga akibat perubahan iklim.
"Ada perubahan iklim
mendadak dari ekstrem dingin menjadi kering. Kera raksasa dengan
ukurannya yang besar tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan sehingga akhirnya punah," ujar Siswanto.
Siswanto
percaya, kera raksasa tidak hanya bisa dijumpai di Jawa, tetapi juga
Sumatera dan Kalimantan. Hanya, kondisi pengendapan di Sumatera dan
Kalimantan mungkin tidak mendukung terawetkannya tulang sehingga fosil
tak ditemukan. Kera Raksasa yang ditemukan di Semedo diperkirakan telaha ada sejak sejuta tahun yang lalu ketika Daratan Jawa, Sumatra dan Kalimantan masih bersatu dengan Cina Selatan sehingga ia dapat menyebar ke daratan Indonesia dan diperkiran punah pada 200.000 tahun lalu akibat adanya perubahan Iklim dari dingin kekering sehingga jumlah hutan menyusut dan persaingan dengan manusia purba.
Salah satu temuan lain dari situs Semedo adalah gajah kerdil purba atau Stegodon (pygmy) semedoensis yang ditemukan tahun 2013. Jenis stegodon tersebut diyakini endemik Semedo, tak bisa dijumpai di wilayah lain sehingga diberi pemberian nama tersendiri. Saat ini di Indonesia kita masih dapat menyaksikan keberadaan Gajah pygmy meski sudah terancam punah dan ukuran sedikit lebih besar yang di sebut Gajah Sebuku yang terdapat di Daerah Sebuku Kalimantan Utara.
"Penamaan ini tidak berlebihan tetapi terdapat alasan ilmiah yakni berdasarkan analisis morfometri mandibula termasuk famili Stegodontidae, ukuran mandibula dibawah normal, tingkat pertumbuhan gigi geligi telah dewasa, temuan ini representatif pada situs di Jawa (Situs Semedo) yang belum dijumpai di tempat lain, dan belum ada penamaan ilmiah sebelumnya. Sedangkan ada kata pigmy dimaksud adalah kerdil,".
"Penamaan ini tidak berlebihan tetapi terdapat alasan ilmiah yakni berdasarkan analisis morfometri mandibula termasuk famili Stegodontidae, ukuran mandibula dibawah normal, tingkat pertumbuhan gigi geligi telah dewasa, temuan ini representatif pada situs di Jawa (Situs Semedo) yang belum dijumpai di tempat lain, dan belum ada penamaan ilmiah sebelumnya. Sedangkan ada kata pigmy dimaksud adalah kerdil,".
byKariTaLa LA reff-Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com
Charles Darwin Cakap manusi dari Kera,
Derajat Manusia mulia dari Binatang karena Budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar