“ Perhebat Ketahanan revolusi
Indonesia dan bantu perjuangan revolusioner rakjat rakjat Malaya, Singapura,
Sabah, Serawak dan Brunei untuk membubarkan negara boneka Malaysia, “
Jukarta, 03 – Mei – 1964
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia.
“ SOEKARNO “
Sebagian dari isi pidato
Bung Karno yang berjudul KOMANDO AKSI SUKARELAWAN saat mencentuskan konfrontasi dengan pihak Malaysia termuat dalam poto yang dipajang pada monumen DwiKora Nunukan diantara enam buah poto, Poto Tank Amphibi dan para
sukarelawan difron terdepan P. Sebatik, Jenderal Nasution Berkunjungan kewasan perbatasan sebagai tanda Konfrontasi, Menteri/Pangab Laksdya RE Marthadinata saat
memimpin upacara memperingati Hari Ulang Tahun Marinir tahun 1965 di Nunukan, Makam “
Wansip Achmad Sanusi” di TMP Jaya Sakti Nunukan yang gugur saat pertempuran di
sungai SeiSemenggaris dan Sukarelawan sedang latihan tampak HR Tuwing, Puang Bakka,
Bakkareng dan Janggo Latief.
Turut menghiasi Monument Dwi Kora
selain Gambar tersebut di atas sebuah Kendaraan
Tank Amphibi PA 76, Meriam Hawitzer 105 dan Jangkar kapal ketiganya merupakan peralatan yang digunakan
saat pertempuran konprontasi yang didatangkan khusus dari Markas
Marinir di Surabaya.
Monumen ini di resmikan pertama kali
pada 25 januari 1965 oleh Dansatgas Sigalajan/ex dan Brigat-1 KKO ALJANG KE-3
LTK KALIM, untuk memperingati jasa para
pahlawan yang gugur saat Konfrontasi melawan imprialisme Inggris dan Malaysia
untuk membentuk negara boneka Malaysia yang meliputi Malaya, Singapura, Sabah,
Serawak dan Brunei tahun 1964 – 1966. Pertempuran
konfrontasi tersebut terkenal dengan Sebutan DWI KORA – Dua Komando Rakyat
yaitu Perhebat ketahanan revolusi Indonesia dan Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah dan Brunei untuk menghancurkan Malaysia.
Pertempuran konfrontasi tahun
1964-1966 yang terjadi hampir disepanjang perbatasan Pulau Kalimantan antara
Indonesia Malaysia sehingga Tugu Dwi Kora ini selain di Nunukan terdapat
beberapa lagi di kota-kota sepanjang perbatasan, sebagai tanda untuk
memperingati jasa pahlawan yang gugur saat itu yang meliputi TNI KKO AL, Wansip
dan Rakyat yang ikut secara sukarela. Pada Tugu
DWI KORA Nunukan terdapat plakat yang bertuliskan Tahun Peresmian dan nama-nama
yang gugur.
Plakat 1 yang bertuliskan tanggal peresmian monument
pertama kali, Plakat 2 yang gugur tidak diketemukan : -Kapten KO Sutanto -Sers. KO Sunarjo -Serd. KO Rebani -Prako Surjadi -Prako Sumarmo -Prako Wibowo -Prako Gabriel -Prako Achmad Hendro - Wansip LaBolo -Wansip Burham. Plakat 3 Gugur : -Kapten KO Sunarso - SRS. KO Sundoro -Kopral KO Asnawi -Kopral KO Bactijar -Prako Ponidjan -Prako M. Aris -Prako R. Siturus -Prako IDENG -Prako Nurkajad -Wansip Mailan -Wansip Nasir -Wansip Matkatim -Wansip Walkaf dan Plakat 4 TIWAS : -LMD KO Kristijanto -Kopral KO Hamsjah -Rako T. Wartono -Prako Marsudi -Prako Sukarno M -Prako Saminto -Prako Panut -Prako AR. Marjono -Prako Marsudi -Wansip Achmad Sanusi -Wansip Tinggu -Wansip Bujung -Wansip Klangsang -Wansip Sudul -Wansip Jambul.
Rehab monumen Dwi Kora dengan
ketinggian 17 meter dibangun oleh Pasukan Marinir dari surabaya sebanyak 41
orang yang dipimpin Letnan Santo selama 45 hari. Bangunan sekarang lebih besar dan tinggi,
ketinggian 17 Meter dari sebelumnya hanya 8 meter,
Puncak tugu berbentuk 7 sisi
lambang sapta marga, bagian bawah
berbentuk 5 sisi berarti Sumpah prajurit
yang juga ditempelkan plakat peresmian pertama dan nama pahlawan yang gugur,
bangunan utama tugu ini didampingi oleh 8 pilar 4 sisi kiri dan empat sisi
kanan melambangkan Wajib TNI.
Letak Tugu Dwi Kora ditengah pusat
keramaian kota Nunukan disebelah Alun-Alun kota seluas 1 Ha, dibelakangnya ada
Puskesmas yang dulunya eks lokasi Rumah sakit KKO AL, tidak jauh terdapat Bank BNI 46,
Hotel Fortune, Marvell Hotel, Laura Hotel, Marami Hotel, Kantor Perpustakaan
dan Arsip daerah, Kapolres Nunukan, Pusat perbelanjaan Lama Nunukan Jalan Yosudarso
dan 0,5 km disebelah barat melewati Jalan Sanusi terdapat Taman Makam Pahlawan
Jaya Sakti Nunukan.
“ Di zaman konfrontasi dulu KKO AL bisa
berjalan kaki sejauh 35 km melewati hutan belantara membelah pulau Nunukan dari
Markas Amphibi pertama di Tanjong Pasir SeiLancang untuk menghadap Komandan
operasi di Nunukan yang sekarang terletak di Jalan Radio dekat lapangan Tenis
Inhutani atau ke Markas Amphibi kedua di Jalan Pembangunan
sekarang Gedung SMP N 2 Nunukan selama 10 jam “, kisah Peltu Purn. Samad Sujana. Pak S Sujana Mantan KKO AL yang bertugas di
Nunukan saat Konfrontasi tersebut, merupakan Komandan Pos Angkatan Laut (Posal) pertama di Nunukan 1978 dan pensiun tahun 1988 lalu memilih menetap di Nunukan, jalan Pahlawan Gang Jannah.
“ Ketika itu mereka dalam satu
operasi militer di sungai SeiMenggaris dengan perahu LongBoad, tiba-tiba pasukan penghadang
Malaysia dan Gurkha menembaki mereka dari daratan dan menewaskan Wansip Achmad
Sanusi “, kenang Bapak Naharuddin Sanusi warga Tidung anak almarhum tersebut
yang tinggal di Jalan Sanusi (dari nama Bapaknya).
by BakriSupian
" Ganyang Ganyang Malaysia pekik penyemangat Sukarelawan,
Kusumabangsa gugur dengan hebatnya dalam membela negara kesatuan. "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar