Senin, 02 Juli 2012

15 Ribu Warga Ingin Pulang ke Boven Digoel


Sebanyak 15 ribu warga Boven Digoel, Papua yang tinggal di Papua Nugini sebagai akibat Gejolak politik tahun 1980an, ingin kembali menjadi warga negara Indonesia. Namun sudah beberapa kepala keluarga (sekitar 21 kk) telah pulang namun kecewa karena apa yang mereka harapkan Kediaman dan pekerjaan yang layak belum tersedia demikian kata Albertus Kuwok koorfdinator Repratrian di Boven Digoel, Sabtu 30 Juni 2012.Warga Boven Digoel dari suku MUYU ini hidup seadanya di negeri orang bahkan beberapa anak mereka tidak dapat mengenyam pendidikan yang wajar karena tempat mereka dikampung kecil, paling banyak sekitar Kiongga daerah yang berbatasan langsung dengan Distrik Waropko, Boven Digoel.

Menurut Kepala Distrik Mindiptana, Kabupaten Boven Digoel, Fransiskus Komon, menjadi tugas pemerintah untuk memulangkan warganya yang mengungsi ke PNG karena situasi , namun sudah beberapa kali secara bertahap repatrian dipulangkan, memang tidak bisa sekaligus,” katanya. Belasan ribu warga RI Papua selama kurang lebih 25 tahun tinggal di PNG yang menjadi tugas Pemerintah untuk memulangkan mereka,  sekarang bagaimana pemerintah menyikapi situasi ini, mengingat kondisi pemerintahan daerah Boven Digoel sekarang yang kurang kondusip, setelah Bupati tersangkut masalah hukum, wewenang Wakil bupati yang terbatas serta posisi Sekda yang masih Plt.

Kabupaten Boven Digoel dimekarkan dari Merauke berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002. Terdapat tiga suku besar yang menempati daerah bersejarah itu, yakni Wambon, Muyu serta Auyu. Di masa lalu, Boven Digoel dengan ibu kotanya Tanah Merah telah terkenal sebagai lokasi kamp konsentrasi bagi para tahanan politik di masa pra-kemerdekaan RI. Beberapa pejuang nasional pernah dibuang oleh pemerintah kolonial Belanda ke sana, antara lain Bung Hatta (1935-19360), Sayuti Melik--pengetik naskah Proklamasi--Sutan Syahrir, dan Mas Marco Kartodikromo.

Sekitar 6.000 warga Papua sebelumnya yang bermukim di negara tetangga sekitar wilayah perbatasan dengan negara RI berniat pula pulang ke kampung halaman mereka yang telah aman. Mereka menempati Kampung Wenes Wenda, yang terletak antara Kampung Yabanda dan Waris, Kabupaten Keerom di perbatasan RI-PNG. Menyikapi keadaan Repratrian ini pemda akan bersedia menyiapkan perumahan bagi mereka.
Kisah ini merupakan kilas balik dari sebagian warga Timor Leste yang sekarang bermukim di Atambua NTT Indonesia, saat perjuangan dan Refrendum kemerdekaan dulu harus mengungsi ke Indonesia karena kerasnya tekanan politik yang umumnya bersebelahan dengan pilihan mereka, tapi saat sekarang Timor Leste telah merdeka dan sangat banyak yang ingin kembali ke Kampung halaman di Timor Leste tempat leluhur mereka tapi sampai kini belum berani pulang karena belum adanya jaminan  keamanan bagi mereka disana nantinya.
by Bakri Supian
 
 
 
 
 
  
 
     Cenderawasih menari-nari di Dahan mati,                                                             Tanah Leluhur tanggung Jawab dari Generasi ke Generasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...