NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, 8/6/2017.
byMcDonalDBiunG, 8/6/2017.
Suku Kreungs
di Kamboja mempunyai satu tradisi unik dan aneh dalam pencarian jodoh bagi anak
gadis mereka yang akan memasuki masa kawin atau pencarian jodoh untuk dapat
hidup bersama pasangannya hingga ke akhir hayatnya. Mungkin bisa disebut sebagai Gubuk Jodoh, yaitu ketika sebuah
keluarga mempunyai seorang anak Gadis yang menurut tradisi mereka sudah masuk
saatnya untuk memiliki keluarga sendiri maka
ayahnya akan membuatkanya sebuah Gubuk kecil
yang tak jauh dari rumahnya dimana sigadis nanti akan bermalam disana
menunggu lelaki yang sejodoh dengannya
kemudian meresmikannya menjadi pasangan.
Gadis dianggap
sudah memasuki usia kawin dikalangan Suku Kreung biasanya berusia 15 tahun
keatas ini akan bermalam di Gubuk tersebut dan lelaki muda yang akan mencari jodoh bebas mendatanginya, jika
diantara mereka ada persesuaian atau suka sama suka maka mereka dapat bermalam
bersama dipondok itu baik dengan melakukan hubungan seks atau tidak hanya
sekedar tidur bersama. Si lelaki dapat
tidur bersama di gubuk hingga siwanita
memutuskan apakah mereka dapat hidup
bersama sebagai suami istri yang tentunya akan dilangsungkan dengan prosesi
perkawinan yang lebih lanjut, jika tidak maka si lelaki akan pergi dan sigadis
akan menanti lelaki lain hingga dapat yang sesuai.
Suku
Kreungs satu suku terpencil yang beĆ²rmukim di timur laut Kamboja sangat
terbuka untuk hal yang berbau seksual dalam proses orang tua mendorong pencarian jodoh anak gadisnya, mereka sangat percaya ini adalah cara terbaik
untuk menemukan suami yang terbaik untuk anak perempuan mereka, mereka percaya pernikahan demikian akan bertahan lama, keluarga demikian akan penuh dengan kasih sayang dan Gadis Kreung yakin tentang seksualitas mereka
dan tahu betul bagaimana menghadapi anak laki-laki. Tradisi
adalah sebuah kebiasaan atau perlakuan yang berlaku sejak nenek moyong mereka
dahulu yang terbentuk sesuai dengan jiwa, kepribadian, tatanan masyarakat dan
keyakinan mereka sehingga membentuk suatu tatanan sosial yang sangat sesuai dan
aman.
Dalam proses
pencarian jodoh ini tak jarang seorang gadis harus bermalam dengan beberapa lelaki muda dalam gubuk sehingga ia dapat
menentukan yag sesuai, bahkan tak jarang si Gadis akan hamil sementara belum
ada yang ditetapkan sebagai pasangan.
Biasanya sigadis telah dibekali orang tua dengan pengetahuan kedewasaan tersebut namun jikapun
terjadi sianak akan tetap dirawatnya sehingga ia menemukan lelaki yang menjadi ayahnya dan suaminya. Pertumbuhan
zaman yang semakin terbuka terlebih semakin tingginya perlintasan warga asing
yang keluar masuk ke Kambojo sedikit banyaknya memberikan dampak pada setiap
pertumbuhan Tradisi, tak jarang warga asing atau turis yang berkunjung kesana
karna kurangnya kesadaran moral yang ada di sana menggunakan keadaan ini
sebagai ajang sek bebas kalau saja ini
terjadi.
" Nan Chang
(16), Gadis Kreungs yang pernah melakoni tinggal di Gubuk Jodoh dibelakang rumah orang tuanya
mengungkapkan tentang budaya ini ; Pondok-pondok itu memberikan kita kebebasan
dan menjadi cara terbaik di mana kita
dapat menelusuri kekasih sejati kami. Ketika anak laki-laki datang untuk
menghabiskan malam dengan saya, dan ketika saya tidak ingin mereka menyentuh
saya maka mereka tidak akan melakukannya. Kami hanya akan berbicara untuk hal yang
sesuai, kami akan making love dan jika
tidak mungkin hanya tidur saja, saya telah memiliki empat pacar selama
pencarian pasangan tersebut bermula di umur 15 tahun.
Saya
khawatir tentang kehamilan yang tidak diinginkan tetapi orangtua kami telah jelas
mengajarkan kami bagaimana untuk menghindarinya
dan memiliki sex hanya dengan anak
laki-laki benar-benar kita cintai dan ada persesuaian hidup. Jika
seorang gadis hamil oleh seseorang yang tidak mencintainya, tapi anak lain
mencintainya maka dia akan menikahi gadis itu dan
Tradisi ini
mungkin akan sangat mengejutkan siapapun saat ini dimana agama dan budaya
formal perkawinan menjadi ikatan awal dalam suatu hubungan suami istri, tapi ini adalah cara bagaimana Kreungs dengan
segala budayanya yang kompleks sebagai satu kesatuan prosesi tersebut untuk menangani
putri remaja mereka dalam mendapatkan pasangan yang sesuai. Di zaman modern di dimerata muka bumi dengan budaya hidup yang lebih
baik tapi kita masih menemuka tingginya angka perceraian dan perkosaan yang umum di
masyarakat, khusus komunitas Kreungs
tidak pernah mengalami kasus perceraian dan pemerkosaan setidaknya
demikian anggapan mereka.
Adam dan Hawa makan Buah Quldhi,
Suku Kreungs Cari jodoh di Gubuk Jodoh suatu Tradisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar