Jumat, 10 November 2017

TIGA EKS TENTARA JEPANG BERJUANG BERSAMA PEJUANG GARUT MENGUSIR BELANDA

NusanTaRa.Com
byDannYAsmorO, 9/11/2017
Tulisan ini dipersembahkan untuk memperingati "  Hari Pahlawan  " 10 Nopember 2017.



Kalau biasanya Taman Makam Pahlawan Indonesia dihuni para pahlawan pejuang bangsa Indonesia asli yang gugur dalam  membela tanah air,  tapi di taman makam Pahlawan Garut  di Kampung Tenjolaya Kelurahan Jayawaras Kecamatan Tarogong Kidul agak lain dari biasanya karena selain bersemayam pahlawan tanah air disini bersemayam juga tiga jasat eks serdadu Jepang yang satunya  berdarah Korea yang pernah bersama pejuang Garut berjuang mengusir Belanda  pada agresi Militer Belanda kedua tahun 1948.  

Ketiga eks serdadu  Jepang yang disemayamkan di makam pahlawan Garut Tenjolaya tersebut   Aoki, Hasegawa dan Yang Chil Seong yang masih berdarah  Korea  dengan nama Jepangnya Tanagawa.  Mereka dikebumikan disini karena gugur dalam perjuangan melawan Belanda bersama pejuang Garut dan mereka  yang  gugur terbilang dalam usia mudah yang tidak mau tunduk pada Belanda.   Mereka  selain bergabung berjuang bersama rakyat Indonesia, juga menyatakan masuk Agama Islam dan mengganti nama mereka menjadi  Tanagawa menjadi Komarudin,  Aoki menjadi Abu Bakar, dan Hasegawa menjadi Usman yang diambil dari nama sahabat Nabi Muhammad SAW.

Menurut  penjaga Makam Pahlawan Garut Tenjolaya Bapak Iman Sukirman yang banyak mengetahui riwayat mereka yang di semayamkan disini,  menjelaskan bahwa  Yang Chil Seong   merupakan seorang prajurit yang ahli dalam membuat bom sehingga ia banyak mendukung perjuangan dlam membendung serangan Belanda dan melatih pemuda merakit Bom.  Sementara  prajurit  Aoki dan prajurit Hasegawa merupakan ahli strategi perang  yang banyak mendukung perjuangan dalam penyerangan dan melumpuhkan  kekuatan Belanda kala itu.

Ketika Jepang kalah dalam perang Dunia kedua secara otomatis seterunya Sekutu akan menguasai Indonesia, sehngga masuklah pasukan NICA yang terdiri dari Belanda  memboncengi pasukan Inggris dan Australia untuk melucuti Pasukan Jepang serta menawannya.   Karena ketiga serdadu tersebut tidak mau tunduk pada pasukan NICA maka mereka masuk hutan bergabung dengan pejuang  tanah air yang kebetulan berjuangan untuk menegakkan kemerdekaan yang telah di Proklamir pada 17 Agustus 1945 yang akan dinodai Belanda.    Perjuangan mereka  bersama pahlawan Garut bergabung  dalam satu pasukan yang disebut    Pasukan Pangeran Papak    yang bermarkas di Kecamatan Wanaraja  Bahkan bersama Pasukan Pangeran Papak mereka bertiga berhaasil menghalau tentara Belanda memaasuki Garut saat agresi militer Belanda ke Dua,   dalam perjuangan tersebut Tanagawa sempat menikahi gadis Wanaraja.

Informasi yang dihimpun NusanTaRa.Com dari Bapak Imam bahwa ketiga tentara Jepang memegang peranan kunci dalam menghalau Belandaa memasuki Garut,  mereka berhasil  menghancurkan Jembatan PTG sekarang disebut Jembatan Kerkhof di jalan Perintis kemerdekaan sehingga pasukan Belanda terhambat memasuki Garut.  Gagasan ini hasil kesepakatan  Aoki dan Hasegawa dan mendapat persetujuan rekan seperjuangan kemudian dilaksanakan Tanagawa.    "  Sebelumnya dimakamkan di Pasir Pogor, sejak tahun 1982, ketiganya dipindahkan ke TMP Tenjolaya  ",  Ujar SiDin Iman di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Kamis (9/11/2017). 

Ketiga tentara pejuang Jepang  meninggal di tangan prajurit Belanda setelah mereka tertangkap bersama dua prajurit Indonesia di kawasan Gunung Dora Kecamatan Sucinaraja yang berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya,   "  Mereka bersembunyi di Gunung Dora, bisa tertangkap setelah ada orang yang membocorkan keberadaan mereka  ",  Ujar SiDin Imam.   Setelah tertangkap ketiganya dieksekusi mati oleh tentara Belandaa di lapangan Kerkhof sekarang Sarana Olahraga (SOR) Merdeka Kerkhof sementara dua tentara Indonesia dibawa ke Bandung oleh Belanda,  "  Komarudin, saat dieksekusi mati, usianya sekitar 30 tahun. Saat dieksekusi, mereka menggunakan baju kemeja putih dengan sarung merah, eksekusinya di hadapan masyarakat  ", tegasnya lagi. 

Kisah kepahlawanan Komaruddin alias Tanagawa alias Yang Chil Seong telah dibukukan oleh  seorang Professor Jepang tahun 2012 dan Batu nisan makam Komaruddin pun telah berganti Marmer yang diperbaiki Pemerintah Korea Selatan.  "  Jika sosok Yang Chil Seong saja bisa sangat mencintai Indonesia hingga berani berjuang, kenapa kita sebagai orang Indonesia tidak mencintai tanah kelahiran sendiri  ", Ujar SiDin Mayor Infanteri Aat Supriatna Kep Kodim 0611 Garut,  Kamis (9/11/2017) .
Mayor Inf Aat Supriatna, Garut
Maung Harimau di Hutan Rimba,
Tiga Pejuang Jepang gugur mengusir Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...