NusanTaRa.Com
“ Saya senang dengan hasil yang kami capai saat ini. Saya atlet baru, tapi medali emas saya dapatkan untuk mengharumkan nama Papua ”, Ujar Sidin Dapiel Payage dengan semangat kala itu.
Kecacatan satu ujian dari yang kuasa,
Kekurangan dalam hidup diatasi dengan doa dan Usaha.
Keterbatasan fisik umumnya diikuti dengan keterbatasan kemampuan tapi ini tentunya tidak terjadi bagi Dapiel Payage justru ia melampui keterbatasan tersebut, sebagaimana rekor yang ia torehkan ketika mengikuti Ajang Pekan Paralimpik Nasional (PEPARNAS) ke-XV 2016 Jawa Barat sebagai kontingen Prov. Papua. Dapiel terlahir dengan sedikit kekurangan kaki kirinya lebih pendek dari kaki kanannya (proximal focal femoral dislocation/PFFD) sehingga untuk berjalan saja sulit apakah lagi untuk jadi atlit berprestasi. Namun di ajang Papernas XV yang berlangsung 15 - 24 oktober 2016 beliau berhasil meraih medali emas dicabang Lompat tinggi.
PEPARNAS (Pekan Paralimpiade Nasional atau Pekan Paralimpik Indonesia) merupakan salah satu ajang kompetisi yang menyerupai Pekan Olahraga Nasional (PON) bagi atlet
penyandang disabilitas Indonesia. Di Peparnas atlit yang bertanding di kelompokkan berdasarkan kondisi fisiknya.
Peparnas XV 2016 Jawa Barat yang berlangsung 15 - 24 oktober 2016
mempertandingkan 13 cabang olahraga terdiri dari Angkat Berat, Atletik,
Bola Volly duduk, Bulutanngkis, Catur, Goal Ball, Yudo, Panahan, Tenis
Meja, Tenpin Bowling, Renang, Sepak Bola CP dan Tenis Lapangan Kursi
Roda. Sebelumnya Papernas ke XIV 2012 dilaksanakan di Riau 07 - 13
September 2012 mempertandingkan 11 cabang olahraga. Olah raga bagi
penyandang Cacat pertama kali digagas tahun 1948 di rumah sakit Mandaville oleh
Sir Ludwig Guttman dengan nama Stoke Mandeville Games cabang
olahraga Archery, kemudian pada tahun 1960 di Roma untuk pertama kali
stoke Mandeville Games berubah menjadi Paralympic Games.
Dapiel Payage kelahiran Papua tahun 1991 (25 tahun) sebagai orang yang disable tentunya sulit mendapat pekerjaan yang layak sehingga ia harus bekerja serabutan yang dapat memenuhi kehidupannya. Berkat semangat dan doa serta tempaan Efrain Hilapok atlit Nasioanl Papua ia berhasil menjadi atlit yang berkemampuan luar biasa, sehingga pada ajang Peparnas XIV Riau ia berhasil menyabet medali pertamanya di cabang Lempar Lembing dan Lompat Jauh meski keduanya masih medali perungu.
Prestasi luar biasa dicapai Dapiel Payage bahkan sesuatu yang tak terbayangkan olehnya sebelumnya, terjadi di Peparnas XV 2016 ketika ia berhasil membuat lompatan setinggi 165 Centimeter yang menjadi rekor baru dicabang Lompat Tinggi dan membuatnay meraih Medali emas. Cabang lain yang ia ikutipun menyumbangkan medali bagi Papua seperti Nomor Lempar Lembing medali Perak sebelumnya di Riau cuma Perungu dan Lompat Jauh meraih medali Perungu.
“ Saya senang dengan hasil yang kami capai saat ini. Saya atlet baru, tapi medali emas saya dapatkan untuk mengharumkan nama Papua ”, Ujar Sidin Dapiel Payage dengan semangat kala itu.
Keberuntungan menghampiri Dapiel Payage Pasca-Peparnas manakala ia sendiri terpanggil untuk mengikuti Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) dari empat atlit Papua yang ada, Hilapok sebagai pelatihnya tentu saja sangat gembira dan sangat mengapresiasi perjuangannya yang dinilainya
bermotivasi tinggi. “ Keinginan anak-anak saya masuk ke pelatnas terjawab sudah. Saya
ucapkan banyak terima kasih. Itu pun tidak terlepas dari dukungan doa
seluruh masyarakat Papua ”, Ujar sidin Efrain Hilapok.
Semua itu tak membuat Dapiel sombong karena ia tetaplah sang pribadi sederhana dengan jiwa kerja keras untuk meraih kesuksesan. Dengan impiannya bahwa kelak bila tak lagi aktip sebagai olahragawan ia berharap cuma satu yaitu memiliki kios sembako yang kelak dapat menopang hidupnya setelah dia tak lagi menjadi
atlet.
Manusia lain yang mengalami disabiltas di Peparnas XV 2016 dan mampu menorehkan prestasi yang menurut kita diluar keadaan pisiknya seperti Eman dan Ashari. Ashari atlit Papua terbilang atlit yang tak mudah lagi dalam ajang PEPARNAS 2016, sebagai atlit Tenis kursi Roda bahkan ia tercatat sebagai atlit
tertua berusia 62 tahun. Di Papua Ashari selain sebagai Atlit ia menjadi pelatih Tenis
Kuris Roda dan beberapa olah raga lainnya seperti Angkat Berat, Renang,
atletik dan lainnya dalam kejuaran ini ia meraih medali Emas. Ashari sebelum bergabung sebagai atlit Papua ia tercatat sebagai atlit Jawa Timur.
Eman salah satu atlit yang turut PEPARNAS XV 2016 dari Garut mewakili Jawa Barat, diajang kali ini memperoleh medali ke-49nya selama kesertaannya, " Ajang ini menjadi keempat kalinya buat saya mewakil Jawa Barat dalam
Peparnas 2004, 2008, 2012, dan tahun ini ", Ujar sidin Eman. Raihan Emas di cabang Voli duduk menjadi spesial baginya, bukan karena medalinya, karena ia sudah terbiasa mendapatkannya tapi kerana ia meraihnya diusia 50 tahun atau tua beber si Eman. Atas keberhasilan tersebut ia rela Kumisnya yang belum pernah ia cukur harus dibotakin oleh teman setimnya.
byRyanSyahputra
Kekurangan dalam hidup diatasi dengan doa dan Usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar