Satu mukjizat bagi manusia di muka bumi ini, bagaimana tidak Jenis
burung yang telah dinyatakan punah 74 tahun lalu alias telah tiada di muka bumi oleh para ahli burung ternyata tahun 2015 telah ditemukan kembali di
Myanmar yang juga merupakan habitatnya dulu. Ilmuwan dari Wildlife Conservation Society, Nature and
Conservation Division Myanmar, dan National University of Singapore yang mmengimpormasikan akan hal tersebut.
Adapun Jenis burung yang dimaksud adalah Chrysomma altirostre atau yang lebih dikenal dengan nama Jerdon's babbler. Spesies tersebut oeh para pakar burung dilaporkan terakhir kali dijumpai pada Juli 1941 di dekat Myitkyo, Bago. Kita patut bersyukur atas penemuan dimana ada kecenderungan bahwa populasi dan keragaman spesies satwa untuk selalu menurun, namun para ahli Ornitologi mendapatkan satwa yang telah punah dan ini tentunya akan menjadi tugas mereka untuk mempertahankan dan mengembbangkan dalam satu proyek conservasi.
Pengumuman akan penemuan tersebut di majalah Birding Asia,
tim peneliti mengungkapkan bahwa mereka menjumpai jenis burung itu
ketika sedang melakukan survei pada wilayah pertanian yang
ditinggalkan. Akan hal ini tentunya bagi para pakar ornitologi menjadi satu semangat baru untuk terus meramaikan Wild Life Animal menjadi lebih indah.
Meski penemuan
kembali burung yang telah dinyatakan punah kali ini bukan yang pertama kali melainkan telah beberapa kali seperti yang terjadi pada
Tahun 2009, ketika itu burung Turnix worcesteri yang elah dinyatakan punah olah beberapa pakar ornitologi, ternyyata berhasil ditemukan kembali di negara di Filipina.
Kesuksesan kerja berawal, ketika tim mendengar suara burung
yang khas dipadang semak belukar. Mereka kemudian merekamnya. Ketika mendengarkan ulang mereka
mulai menyadari bahwa suara tersebut datang dari C altirostre. Lebih jauh dari perburuan para pakar WildLife tersebut mereka lalu mendapat kesempatan untuk mengenal dan mengamati secara langsung keberadaan burung itu. Tim ilmuwan yang terus menyelidiki
berhasil menjumpai beberapa individu lain dari jensi tersebut sekitar 48 jam setelah penemuan pertama burung tersebut. Mereka
kemudian mengambil sampel tentang burung ersebut seperti darahnya.
Direktur WCS
Singapura untuk Konservasi, Colin Poole mengungkapkan, "Penemuan ini bukan hanya
menunjukkan bahwa spesies itu masih eksis tetapi juga bahwa habitatnya
pun masih ada." C altirostre pertama
kali dideskripsikan oleh TC Jerdon pada tahun 1892 berdasarkan penemuan
di wilayah Thayetmyo. Awal abad 20, burung tersebut melimpah di wilayah
sekitar Yangon. Pembangunan kemudian mengikis padang rumput, membuat
burung itu punah.
Penemuan ini tentuunya bagi para ahli adalah bagaimana melestarikan populasinya dengan berbagai bentuk Conservasi yang tentunya membutuhkan Habitat yang sesuai serta dukungan pemerintah dan Masyarakat terkait, sebagaimana yang dirilis WCS, " Pekerjaan selanjutnya yang harus
dilakukan adalah menemukan wilayah-wilayah padang rumput yang tersisa
dan mengembangkan sistem agar masyarakat lokal bisa melestarikan dan
memanfaatkannya,".
byBakriSupian/Reffren. kompas.com)
Pleasure in the job puts perfection in the work,
Jika menyenangi suatu pekerjaan maka bekerjalah sempurna.
" Soekarja Somadikarta " Pakar Ornitologi Indonesia.
Pleasure in the job puts perfection in the work,
Jika menyenangi suatu pekerjaan maka bekerjalah sempurna.
" Soekarja Somadikarta " Pakar Ornitologi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar