NusanTaRa.Com
Tentang Adat dan Budaya Kampung Bena
Rumah adat yang beratapkan ijuk berjajar rapi seperti umpak-umpak
tersusun ketika Anda memasuki beranda depan kampung di sisi utara.
Posisi kampung sendiri memanjang dari sisi utara ke selatan. Namun hanya
di bagian utaralah kita bisa melewati pintu masuknya karena di bagian
selatan kampung yang merupakan daerah tertinggi merupakan tebing terjal
yang tidak bisa dilalui. Ada hal unik yan bisa kita lihat jika
memperhatikan simbol di atas rumah warga ini: patung pria di atas rumah
yang memegang parang dan lembing adalah Sakabolo, ini adalah rumah inti
keluarga laki-laki.
Yang tak kalah menarik adalah ketika memasuki teras rumah warga
kampung Anda akan menjumpai banyak sekali tanduk kerbau, rahang dan
taring babi dipajang menggantung berderet di depan rumah sebagai lambang
status sosial orang Bena. Tanduk, rahang dan taring babi yang digantung
itu biasanya berasal dari hewan-hewan yang dikorbankan saat upacara
adat oleh masing-masing suku yang ada di kampung.
Nga’du dan bhaga adalah dua simbol leluhur kampung yang berada di halaman, kisanatapat, tempat
upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka. Nga’du
berarti simbol nenek moyang laki-laki dan bentuknya menyerupai sebuah
payung. Sedangkan bhaga berati symbol nenek moyang perempuan yang
bentuknya menyerupai bentuk miniatur rumah.
Lain halnya dengan batu nabe. Di bawah susunan batu nabe
terdapat makam leluhur mereka. Biasanya dipakai oleh tetua adat kampung
untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi di kampung Bena. Selain
dipakai untuk sarana berkomunikasi dengan leluhur, batu nabe juga tempat
untuk menaruh sesaji buat para leluhur mereka.
Gunung Inerie yang terkenal di Flores
Kampung Bena berada dalam pelukan gunung Inerie (2.245 mdpl).
Penduduk setempat percaya bahwa di puncak gunung Inerie bersemayam dewa
Zeta yang melindungi kampung mereka. Itu sebabnya mereka selalu
menghormati gunung ini. Letak kampung Bena yang tidak terlalu jauh dari
kota Bajawa membuat kampung ini cukup dikenal terutama di kalangan
wisatawan mancanegara.
Karena letaknya di lereng gunung, maka udara di kampung ini cukup
sejuk sehingga sekedar uduk santai di teras rumah adat yang berjajar
rapi pun menjadi aktivitas menyenangkan untuk dilakukan di kampung ini.
Bercengkrama dengan ombrolan hangat dengan warga kampung membuat
siapapun lupa waktu, apalagi dengan suguhan moke nan nikmat. Kalau lagi
beruntung menu rebusan singkong dan sambel teri patut di coba, menu ini
biasanya ketika upacara adat tiba.
Sembilan Suku di Kampung Bena
Di Bena terdapat sembilan suku yang menghuni 45 rumah. Kesembilan
suku itu adalah suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru
Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Yang
membedakan satu suku dengan suku lainnya adalah tingkatannya sebanyak 9
tingkat. Tiap suku berada di satu tingkatan, suku Bena sendiri berada di
tengah dan dianggap suku paling tua dan pendiri kampung dan karena
itulah nama kampung ini kampung Bena.
Jika akan ada acara adat biasanya para tetua adat dari suku-suku yang
mendiami kampung akan bermusyawarah terlebih dahulu. Kesembilan suku
yang hidup di kampung ini begitu harmonis dan saling menghargai. Bentuk
kebersamaan mereka semakin terlihat ketika terdapat pembangunan rumah
adat. Semua bergotong royong mengerahkan tenaganya untuk membangun atau
pun merenovasi sebuah rumah adat.
Berada di kampung bena ini kita akan disuguhi sebuah pertunjukan
megah zaman megalithikum. Hamparan bebatuan Megalith tertata apik untuk
sarana upacara adat. Sejak dulu warga Bena selalu percaya bahwa gunung,
batu dan hewan-hewan harus dihormati sebagai bagian dari kehidupan.
Cara Menuju Bena: Penerbangan ke Kupang atau Labuan Bajo
Pilihan pertama adalah dari Jakarta cari penerbangan ke Labuan Bajo
(biasanya) transit di Bali dan dari Labuan Bajo naik travel menuju
Bajawa. Dari Bajawa Anda dapat menyewa mobil atau naik ojek untuk menuju
ke kampung Bena.
Rute kedua adalah penerbangan ke Kupang
dan dari Kupang naik pesawat lagi menuju Ende. Lalu dari Ende Anda
dapat naik travel atau bis umum menuju Bawaja dan setelah sampai Bajawa
Anda dapat memilih sewa mobil atau ojek. Namun ada juga wisatwan yang menyewa mobil langusng dari Labuan Bajo ataupun Ende. Jarak kampung Bena dari ibukota kabupaten hanya sekitar 18 kilometer. Pilihan di tangan Anda.
bySkyScanner, 05 Januari 2015
Anak Flores hidup di rantau Sabah,
Meski hidup sudah senang masih tetap berpegang pada petuah.