NusanTaRa.Com.
Presiden RI Joko Widodo banyak menuai kecaman dari berbagai negara termasuk dari Amerika Serikat, seusai
berpidato di Acara pembukaan Konprensi Asia-Afrika Bandung, karena isi pidato Jokowi banyak memberikan kritikan pada sejumlah lembaga keuangan internasional yang menurut beliau
dianggap merugikan negara dunia ketiga dan menurutnya perlu perubahan dalam lembaga keuangan tersebut.
Muatan utama pidato Presiden Jokowi pada acara pembukaan Konfrensi Asia-Afrika pada dasarnya penilaian adanya Ketidak adilan dan keseimbangan global yang terjadi dimuka bumi seperti Ketika negara kaya yang hanya 20% penduduk dunia menghabiskan 70% Sumberdaya Bumi, Ketika penduduk belahan bumi utara yang hidup superkaya sementara Penduduk belahan bumi selatan 1,2 milayar hidup dalam kemiskinan (2 dolar perhari) dan Ketika sekelompok negara kaya mengubah dunia dengan menggunakan kekuatan dan PBB tidak dapat berbuat apa-apa. Ketidak adilan global tersebut dilihat beliau juga dalam bentuk Ketika sekelompok negara yang tak melihat realita dengan berpandangan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya bisa di selesaikan dengan Bank Dunia, IMF dan ADB yang menurut beliau adalah sebuah pandangan usang. Dalam hal ini mengajak semua peserta untuk bersama-sama mengatasi semua hal tersebut dengan semangat KAA ketika pertama kali dicetuskan tahun 1955 yang berasaskan Kesejahteraan, Solidaritas dan Stabilitas Internal dan eksterna serta penghargaan pada HAM.
Tentunya yang seru mendapatkan kritik dan komentar dari berbagai kalangan tentang pidato Jokowi tersebut seputar pernyataannya tentang lembaga keuangan dunia yang menurutnya sudah usang dan mengajak para peserta untuk membangun tatanan ekonomi baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan ekonomi baru dan mendesak reformasi arsitektur keuangan global dan hilangkan dominasi negara atas negara lain.
Ernest Bower, peneliti Center for Strategic and International Studies Washington DC, menilai pidato tersebut menunjukkan Presiden Jokowi tidak konsisten. Jokowi, kata dia, di satu sisi menginginkan banyak investor asing
masuk ke Indonesia. Tapi di lain sisi, mengkritik sistem dan lembaga
keuangan internasional semisal International Monetary Fund (IMF) dan
ASian Development Bank (ADB).
"Pemerintah seperti ingin gampangnya saja. Menyuruh investor untuk
datang, tapi belum siap untuk menerapkan perbaikan yang akan
memfasilitasi investasi itu," ucap Bower. Sementara Eric Sugandi, ekonom senior Standard Chartered Bank Jakarta, menyatakan pendpat berbeda. Ia menyetujui revitalisasi sistem finansial global seperti dalam pidato Jokowi.
Presiden menurut Eric dalam pidato tersebut, hanya sekadar memberikan pesan yang ingin didengar penonton. "Konteksnya harus dilihat siapa penontonnya. Ini hanya retorika politik," tukasnya. Segendang sepenarian, ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya juga menyatakan Presiden Jokowi adalah 'pelaku'. "Keliru jika menganggapnya sebagai seorang ideolog."
Pada kesempatan ini Pidato Jokowi menyentuh peserta konfrensi untuk bersama-sama mengatasi ketidak aadilan yang di hadapi Palestina dengan ketika adilan dan kesewenangan penjajah memberlakukan penganiayaan bagi masyarakat Palestina, ini merupakan satu utang bagi Peserta KAA 1955 untuk memberikan mereka keadilan, kedamaian dan kemerdekaan mereka dari berbagai penganiayaan.
Untuk diketahui, dalam pembukaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015, Presiden Jokowi
berpidato mengemukakan pendapatnya mengenai tatabab ekonomi global baru
yang diharapkan lebih terbuka untuk negara-negara berkembang. "Pemikiran atas solusi masalah ekonomi dunia hanya terbatas pada Bank
Dunia, International Monetary Fund (IMF), dan Asian Development Bank
(ADB)," ungkapnya.
Meski demikian perubahan yang disuarakan Presiden Jokowi
tidak jelas seperti apa, namun klise ungkapannya menambahkan bahwa
hal tersebut penting agar menghilangkan terjadinya dominasi antar
negara, khususnya oleh Barat yang mempunyai kekuatan dalam ketiga lembaga keuangan dunia tersebut, sehingga pendanaan terhadap suatu negara tidak diembeli dengan berbagai kepentingan politik yang tidak sejalan dengan pengembangan ekonomi dunia yang adil dan bersih.
Tantowi Yahya politisi dan pelaku sineas tanah air menanggapi pidato Presiden Joko Widodo dengan sangat bangga mengatakan bahwa Pidato Presiden sangat berani jarang ada yang berani berkomen sedemikian keras terutama terhadap ketidak adilan yang dikembangkan negara barat, karena selama ini politik luar negeri kita Aman dengan Pondasi Bebas Aktip sehingga beberapa tahun terakhir ini kebijakan kita selalu aman saja tanpa pernyataan keras.
byKariTaLa. LATantowi Yahya politisi dan pelaku sineas tanah air menanggapi pidato Presiden Joko Widodo dengan sangat bangga mengatakan bahwa Pidato Presiden sangat berani jarang ada yang berani berkomen sedemikian keras terutama terhadap ketidak adilan yang dikembangkan negara barat, karena selama ini politik luar negeri kita Aman dengan Pondasi Bebas Aktip sehingga beberapa tahun terakhir ini kebijakan kita selalu aman saja tanpa pernyataan keras.
Soekarno tokoh pengagas Konfrensi Asia - Afrika 1955,
Meski kemajuan telah dicapai namun banyak yang harus dituntaskan KAA 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar