Arogansi negara Australia yang sangat menghargai Demokrasi tersebut ternyata tidak lebih sebuah topeng yang pada akhirnya hanya mementingkan kebijakan negaranya sendiri, sehingga sering tidak menghargai demokrasi dinegara lain tak terkecuali negara tetangganya seperti Indonesia. Kesombongan tersebut dirasakan Indonesia saat mereka melakukan penyadapa terhadap beberapa kepentingan negara termasuk Telepon para pejabat Indonesia dalam hal ini termasuk telepon milik Presiden SBY dan mereka berkilah bahwa negara manapun tidak boleh mendikte kebijakan setiap negara yang menjaga keamanannya. Dalam hal Pelanggaran kapal Perang mereka yang memasuki wilayah perairan di P Rote mereka berkilah bahwa demi menjega imigran ilegal masuk kedaerah mereka tindakan apapun akan mereka lakukan agar mereka kembali. Luar biasa negara besar tersebut demi kepentingan negaranya ia lupa kepentingan negara tetangganya dan itupun ia anggap sebagai demokrasi.
Pembekuan beberapa kerjasama oleh Indonesia terhadap Australia akibat penyadapan memalukan yang dilakukan Australia, membuat Australia blingsatan seperti cacing kepanasan. Tidak hanya Julie Bishop Menteri Luar Negeri negara kanguru, bahkan Tonny Abbott juga menunjukkan hal yang serupa. Pembekuan tiga kerjasama dengan Austrlia salah satunya patroli bersama mencegah imigran gelap yang mencari suaka ke Australia.
Pembekuan beberapa kerjasama oleh Indonesia terhadap Australia akibat penyadapan memalukan yang dilakukan Australia, membuat Australia blingsatan seperti cacing kepanasan. Tidak hanya Julie Bishop Menteri Luar Negeri negara kanguru, bahkan Tonny Abbott juga menunjukkan hal yang serupa. Pembekuan tiga kerjasama dengan Austrlia salah satunya patroli bersama mencegah imigran gelap yang mencari suaka ke Australia.
Kebijakan Australia terhadap imigran gelap perahu, kini menuai masalah Australia dituduh melakukan penyiksaan dan
penghinaan terhadap beberapa pencari suaka. Tuduhan yang dilaporkan VIVANews (2/2/2014) media milik Asutralia bahwa patroli Angkatan Laut Australia menggiring
kapal pencari suaka ke pulau Rote di Indonesia sementara pencari suaka yang diwawancara ABC News mengaku dipukuli dan dihinakan selama dalam penggiringan tersebut.
Merke Abdullah Ahmed
seorang pencari suaka asal Somalia, mengatakan
telah dianiaya tentara Angkatan Laut Australia yang menggiring boat mereka dengan dipaksa
memegang pipa panas mesin perahu yang membawanya menyeberangi perairan
Indonesia ke Australia dan saat ini para imigran tersebut menjalani pengobatan. Kesaksian Merke itu direkam lewat video dan
dipublikasikan oleh media Australia, ABC News.
Julie Bishop Menteri Luar Negeri Australia selain curhat dalam mencari simpati atas kasus tersebut juga melempiaskan keberangannya dengan membantah pemberitaan tersebut di acara pertemuan perdagangan di Washington DC sebagai mana kutipan ABC NEWs. Kemarahannya kepada Edward J. Snowden selaku pimpinan ABC NEWs dengan berkata, “Dia terus mengkhianati negaranya
sendiri secara memalukan, namun di saat yang bersamaan bersembunyi di
Rusia. Ini jelas mencerminkan sebuah pengkhianatan yang tidak terduga,”.
Sementara Perdana Menteri
Australia Tonny Abbott juga naik pitam dan kembali menegur stasiun
berita Australia, ABC NEWs, lantaran kerap membuat pemberitaan yang
memojokkan pemerintahnya. Padahal mereka didanai oleh pemerintah. Unik Juga negara tetangga kita yang selalu mengelukan negaranya penegak demokrasi ternyata juga mengekang kebebasan media massa sebagai satu napas demokrasi dengan menghubungkan pemberitaan dengan pendanaan, yang selayaknya tidak perlu dikonfrontirkan terlebih suatu informasi yang benar, terlebih Pemberitaan ABC NEWs tersebut berbuah pemotongan anggaran TV Nasional tersebut, sungguh memalukan. Pemberitaan yang dimaksud Tonny Abbott adalah soal penyadapan
Badan Intelijen Australia (DSD) terhadap Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono dan tuduhan penyiksaan tentara Australia terhadap pencari
suaka.
Pernyataan Petinggi Negara Kangguru tersebut tentunya bertentangan dengan Wakil Ketua Partai Buruh
Tanya Plibersek yang mengungkapkan bahwa tayangan ABC NEWs merupakan cermin refleksi dari
kebudayaan Australia yang kritis, terkait pemberitaan penyadapan juga masalah
imigran pencari suaka adalah ranah publik yang harus diinformasikan. Tanya Plibersek pada kesempatan tersebut juga mengingatkan Abbott, bahwa saat kampanye sempat berjanji
tidak akan memotong anggaran TV nasional.
Pemerintah RI akhirnya harus merealisasikan kebijakannya untuk memperketat
wilayah perairan yang berbatasan dengan Australia, setelah melihat keputusan Australia yang tidak menanggapi dengan baik protes Indonesia. Sebagaimana laporan Wartawan Jonathan Swan dari Sidney Morning Herald terkait pencari suaka, Abbot menegaskan ketika
menjawab pertanyaan media di Davos Swiss, agar Indonesia memahami bahwa kedaulatan suatu
negara adalah isu yang serius. Karena itu Abbot akan tetap menghentikan
perahu pencari suaka dan melanjutkan operasi perbatasan. Menghentikan
perahu pencari suaka itu menyangkut kedaulatan Australia dan Australia
tidak akan memberi jalan bagi imigran ilegal, walaupun kerjasama dengan
Indonesia dihentikan.
Chris Bowen anggota perlemen Australia mengatakn kebijakan yang dibuat
Perdana Menteri Tonny Abbott, Menteri Imigrasi Scott Morrison dan
Menteri luar Negeri Julie Bishop terhadap Indonesia membuat Pemerintah
RI menentukan kebijakan menjaga Perbatasan yang lebih ketat, meski tak
mengejutkan Australia tapi terlihat ada ke khawatiran akan langkah dan
sikap pemerintah RI tersebut.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL,
Laksamana Pertama Untung Suropati menjelaskan terkait dengan memperkuat wilayah perairan diperbatasan kedua negara diantaranya penempatan Kapal dan pesawat Tempur RI yang dapat mengkaper daerah perairan tersebut, diantaranya penempatan beberapa kapal
peluncur rudal dan torpedo, kapal perang corvette dan pesawat perbatasan
air dikerahkan ke wilayah perbatasan itu. Bahkan Menurut Juru Bicara
TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, Pangkalan Udara di Makassar siap membantu dan mendukung operasional pengamanan wilayah perairan perbatasan tersebut.
Karena semut Gajah kuatpun mati,
Meski bijaksana untuk kuat negara harus bernyali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar