Yaki
(Macaca nigra), Bolai atau
Monyet berjambul sulawesi merupakan jenis monyet endemik Sulawesi Utara. Populasinya menyebar mulai dari ujung
timur laut Sulawesi utara hingga ke dekat Kotamobagu pada dataran rendah hingga
daerah ketinggian 2.000 m dpl, Monyet ini telah diintroduksi ke Pulau Bacan Maluku dan
berkembang dengan baik sehingga populasinya dapat mencapai ratusan ribu ekor,
lebih banyak dibandingkan dengan populasi aslinya.
Tubuhnya
berwarna hitam kecuali pada bagian
pantat yang disebut inchial callosities yang berwarna kemerahan. Panjang kepala
dan badan binatang dewasa berkisar antara 45 hingga 57 cm, beratnya bervariasi
antara 5 hingga 15 kg. Yaki hidup berkelompok antara 5 sampai 10 ekor. Kelompok yang besar dapat mencapai 15
– 35 ekor terdiri atas beberapa pejantan tetapi umumnya jenis Yaki betina dewasa lebih banyak. dengan perbandingan satu pejantan untuk kira-kira 3 ekor betina. Masa kehamilan monyet hitam ini berkisar antara 170-190
hari, jarak kelahiran sekitar 24 bulan dan dapat bertahan hidup hingga 26
tahun. Yaki dominan hidup di pohon
(arboreal) untuk menjelajah ke mana-mana tapi sebagian hidupnya juga hidup di
tanah (terestrial) dengan luas daerah jelajah hidupnya sekitar 114 – 329 ha,
untuk seharian mencapai luas 5 km2.
Aktipitas hidupnya disiang hari (diurnal) dan malam hari memilih tempat
tidur di Cabang pohon yang tinggi dan rimbun secara berkelompot.
Disemenanjung Sulawesi utara kita
mengenal tiga jenis Yaki yaitu Macaca
nigra di semenanjung bagian utara,
Macaca nigrescens sebarannya di daerah Kabupaten Bolang
Mongondow dan Macac hecki. Macaca nigra adalah spesies Yaki yang banyak
mendiami Cagar alam Tangkoko Duasudara dan merupakan yang paling terancam
diantara ketiga jenis tersebut sehingga jumlahnya hingga sekarang terus mengalami penurunan, kalau pada tahun 1980 masih ditemukan 300
ekor/km2 maka tahun 1995 menurun menjadi 58 ekor/km2 yang berarti mengalami
penurunan 75 %, demikian juga keberadaannya di Suaka Marga Satwa Manembo-nembo
juga mengalami penurunan.
Suara : Suara Macaca nigra berbeda dengan monyet
Sulawesi lainnya. Suara terdengar seperti :
Kokokoko Seperti pada primata umumnya, suara berfungsi sebagai tanda
bahaya atau penunjuk kekuatan kepada anggota kelompok lainnya.
Permasalahan utama dalam pelestarianYaki adalah perburuan yang masih berlangsung, untuk mendapatkan dagingnya karna dpat dijual dengan harga mahal
di pasar-pasar di Sulut yang mempunyai penggemar dagingnya sangat banyak disana jo, selain itu perburuan dilakukan petani untuk
menjaga ladangnya dari gangguan Yaki dan Perburuan hidup-hidup yaki untuk
dijadikan binatang piaraan.
Makanan utama Yaki adalah dari buah-buahan dan beberapa jenis serangga. Lebih dari setengah menu hariannya terdiri
dari buah-buah dan buah yang paling digemarinya adalah dari jenis-jenis
buah beringin (Ficus benjamina, Ficus caulocarpa, Ficus drupacea), Rao (Dracontomeolon dao),
dan Kananga (Cananga odorata). Di bagian hutan yang lebih
bersemak mereka dapat memakan banyak buah Sirih (Piper aduncum) dan serangga
(seperti jangkrik dan kumbang). Yaki juga dikenal sebagai penjarah
tanaman pertanian yang suka memakan jagung, pepaya, mangga, dan kelapa.
by.
Bakri Supian
Gunung Saputan menjulang tinggi di jazirah utara,
Di kaki gunung habitat monyet Yaki hidup dalam bahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar