Sampe termasuk alat musik petik (akustik)
tradisional berbagai suku Dayak terdiri
dari badan yang lebar panjang mencapai 1 meter, tangkai yang pedek dan Senar dari dawai 2 hingga 4 buah yang biasa di mainkan saat
ada upacara adat dan pesta panen, bentuk
Sampe’ untuk setiap suku-suku dayak agak berbeda-beda namun cirri-ciri umumnya
tidak jauh berbeda dari kriteria diatas.
Memainkan Sampe’ berbeda dengan Gitar yang telah memiliki kunci nada
sementara Sampe’ dawai yang dipetik dengan cara menekan dawai gitar tersebut
pada titik tertentu sehingga dirasakan nada yang dihasilkan sesuai dengan irama
yang di inginkan, jadi mutu permainannya sangat ditentukan oleh
kemampuan Perasaan si pemetik Sampe’ tersebut. Suku Dayak yang memiliki
kesenian memainkan Sampe’ yang tinggi adalah Dayak Kayan dan Kenyah yang
mendiami sepanjang sungai Kayan Kalimantan
Timur bagian Utara.
Pada pesta Birau 2012 yang
dilaksanakan di Tanjung Selor yang merupakan
daerah kediaman Suku Dayak Kayan
dan Kenyah, salah satu kegiatannya mempersembahkan
permainan musik Sampe’ oleh seniman daerah
Bulungan telah berhasil
memecahkan rekor Indonesia (MURI) dan Rekor Dunia sebagai Persembahan Musik
Sampe’ dengan peserta terbanyak yaitu 250 orang pemetik Sampe’ dan pertama kali
dilaksanakan baik di Indonesia maupun dunia.
Manager MURI Sri Widyati menyerahkan piagam penghargaan kepada penggas
yaitu Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten
Bulungan dan Komunitas Muda Peduli Dayak Bulungan dan dalam buku MURI rekor
music Sampe’ ini masuk rekor urutan yang
ke-5.630.
Pesta Birau atau pekan seni dan
Budaya yang dilaksanakan pada tanggal 10 oktober 2012 di Tanjung Selor
Kabupaten Bulungan tersebut dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten
Bulungan ke 52 dan Kota tanjung Selor ke 222 yang dibuka oleh Gubernur
Kalimantan Timur Bapak Awang Faroek Ishak di hadiri Menteri Pemberdayaan wanita
RI Ibu Linda Amalia Sari Gumelar serta Bupati Bulungan Budiman Aripin dan
seluruh pejabat SKPD daerah. Birau diisi
dengan berbagai kegiatan yang dikhususkan mengangkat budaya lokal daerah untuk
memperkuat kemajuan daerah seperti ajang pameran produk daerah, Persembahan
Sampe’, Pertandingan Sumpit, Bergasing, menaiki perahu Bebandung, seni hiburan
dan banyak lagi lainnya.
Sejarah keberadaan Sampe' sebagai satu budaya suku dayak yang mendiami Pulau Kalimantan seiring dengan sejarah keberadaan mereka yang termasuk rumpun Mongolid-Austronesia yang bermigrasi dari daerah Yunan sekitar 2500 tahun SM, yang tba d nusantara, Sebagian Legenda menceritakan bahwa Dahulu kala ada seorang raja dengan seratus pasukan pengawalnya berlayar di Sungai Kayan ketika tiba disuatu Giram yang deras perahu mereka terbalik, Sang Raja tersebut terdampar di sebuah Batu besar di sekitar sungai saat antara sadar dan tidak ia mendengar sebuah nada yang indah dari dalam sungai tersebut dan bayangan suatu benda, sekembalinya ke kampung karena selalu teringat bunyian merdu tersebut ia dengan petunjuk dewa ia mnciptakan alat bebunyian tersebut yang di sebut " SAMPE' ". Ada beberapa alat musik tradisional di Indonesia yang mempunyai kemiripan dengan Sampe' baik bodi gitar, sistem Senar dan bunyiannya seperti Kecapi di Sunda Jawa Barat, di Sumatra dan di Bugis Sulawesi Selatan.
Birau sendiri merupakan kata serapan
suku Bulungan yang berarti Pesta Besar (agung), atau ramai-ramai sehinggs tak
mengherankan bila pelaksanaan Birau akan
diartikan hari penuh kebahagian dan kecerian.
Pada masa Kesultanan Bulungan Birau digelar saat ada Perkawinan putra
dan putrid sultan, khitanan, naik ayun dan lebih teristimewa lagi saat Penobatan Sultan. Birau mulai dilaksanakan di Kesultanan
Bulungan pada masa kepemimpinan Ali Kahar bergelar Sultan Kaharuddin II yang bertahta tahun 1875 – 1889.
Pada Masa pemerintahan Datu
Tiras dengan gelar Sultan Maulana
Muhammad Djalaluddin tahun 1931 -1958 Birau pernah dilaksnakan selama 40 hari
40 malam waktu itu Sultan Djalaluddin mendapat penghargaan dari Ratu
Kerajaan Belanda , Wilhelmina dengan gelar Letnan Kolonel Tituler dan mulai saat
inilah istilah mulai popular hingga
sekarang.
By Bakri Supian
Naik sampan hanyutnya kehilir sungai,
Pesta Birau menghadirkan budaya
mengangkat tradisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar