-->
Dengan keluasan 1.800 km2 Pulau Morotai yang terletak di utara Pulau Halmahera,
Provinsi Maluku Utara menjadikannya sangat penting sebagai daerah beranda RI yang berbatasan dengan negara Filipina. Morotai
merupakan salah satu pulau terluar atau paling utara di Indonesia dan
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara pada 29 oktober 2008.
Objek wisata sejarah Perang Dunia II merupakan
satu hal yang menarik dari Morotai karena daerah ini memiliki memiliki peranan penting dalam
Perang Dunia II sebagian peninggalan sejarah tersebut masih dapat kita saksikan, karena ini semualah di
tambah dengan kekayaan
panorama alam membuatnya dijuluki sebagai
“Mutiara di Bibir Pasifik” dan daerah ini akan dikembangkan sebagai
Cagar budaya sebagai mana di ungkankan wamen Pendidikan ibu Wiendu Nuryanti yang bekerja sama dengan Yayasan Douglas MacArthur
dari Amerika Serikat. Daruba adalah
Kota paling besar di Morotai yang berlokasi di sebelah selatan yang disebelah
utaranya terbentang keindahan perairan
Pilippina dan sebelah timur dihiasi
perairan Samudera Pasifik sebagai daerah penyelaman yang kaya akan biodiversity flora dan fauna serta peninggalan sisa perang
dunia yang tenggelam di sana.
Pulau yang
memiliki luas sekitar 1.800 km persegi dengan jumlah penduduk 53,000
jiwa. Pulau ini dikelilingi oleh beberapa pantai dengan pemandangan memukau
serta memiliki keindahan alam bawah laut yang kaya akan misteri sehingga tidak
salah jika menjadikan Morotai sebagai salah satu Destinasi tour untuk objek
kegiatan menyelam atau wisata bahari lainnya karena keindahan tersebut. Kegiatan wisata yang telah menjadi
kalender Wisata Internasional yang rutin
dilaksanakan setiap tahun adalah " SAIL MOROTAI ". Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Marotai
ibu Revi Dara mengatakan akan menggelar
Festival Marotai 2013, dengan melaksanakan kegiatan di sejumlah obyek wisata di Pulau Morotai
seperti berselancar yang dipusatkan di Sopi Morotai Jaya, menyelam di Pulau
Tabailenge, Kecamatan Morotai Timur, renang,
mancing, kuliner, festival perahu kora-kora dan kegiatan pendukung lainnya akan
dilangsungkan di sejumlah lokasi berbeda di Morotai. Sedangkan Untuk perahu
kora-kora nantinya akan dirancang perahu yang berciri khas Tobelo-Galela karena
menyimbolkan budaya daerah.
Selama abad ke-15 hingga abad ke-16 Pulau Morotai berada di
bawah kekuasaan Kesultanan Ternate yang beragama Islam. Sehingga misi Yesuit Portugis yang sempat
singgah di sini tetapi tidak diterima Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera
yang membuat mereka angkat kaki dari bumi Marotai. Pulau
Morotai lebih terkenal sebagai bagian
dari sejarah Perang Dunia II karena dimanfaatkan Jepang kemudian direbut
Amerika Serikat pada September 1944. Amerika menggunakan pulau ini sebagai
landasan serangan pesawat sebelum menuju Filipina, Borneo bagian timur dan Merupakan basis utama
untuk serangan ke Jawa pada Oktober 1945, serangan ini tak jadi dilaksanakan
karena terjadi penyerahan diri Jepang pada sekutu pada bulan Agustus 1945.
Penduduk lokal di Pulau Morotai yang masih mengingat Perang
Dunai II akan bercerita kepada Anda bahwa tahun 1944-1945 tempat ini merupakan
lokasi pertempuran sengit dari puluhan pesawat tempur yang menderu ketika lepas
landas dan mendarat di sepanjang Teluk Daruba. Puluhan ribu tentara bertebaran
di setiap sudut pulau dan kapal angkatan laut berlabuh membawa pasokan kebutuhan
harian tentara. Morotai saat itu merupakan salah satu markas tentara Amerika
Serikat saat berperang menghadapi Jepang dalam Perang Pasifik selama Perang
Dunia II. Disana anda masih dapat
melihat sebuah museum mini perang Dunia II yang didirikan oleh dua orang
masyarakat Morotai yang bekerja sebagi petugas Purbakala yang mereka kumpulkan
dengan usaha sendiri, dibangunan tersebut anda dapat melihat selongsong peluru
dan beberapa senjata serta peralatan yang digunakan Jepang atau sekutu saat
perang dunia ke II.
Pada 15 September 1944, tentara sekutu dari Amerika Serikat
dan Australia di pimpinan Panglima Pasifik Barat, Jenderal Douglas MacArthur mendarat di Morotai tepatnya
di bagian barat daya pulau ini. Sebelum
kedatangan sekutu ke Morotai yang juga dikelilingi beberapa pulau seperti Pulau
Zum zum, Pulau Dodola Besar dan Dodola
Kecil, tentara Jepang sudah terlebih dahulu menduduki tempat tersebut dan
membangun sebuah landasan pesawat. Jepang kemudian meninggalkan Morotai untuk
mendukung pertempuran di Pulau Halmahera. Ketika itu hanya tersisa sebanyak 500
tentara Jepang di Morotai yang bertugas untuk menjaga pulau tersebut. Oleh
karena itu, dengan jumlah tersebut mereka dapat langsung ditaklukkan pasukan
Amerika Serikat kemudian mendirikan Pangkalan di Pulau Zum zum. Angkatan Laut
Jepang berikutnya berusaha merebut kembali pulau ini tetapi gagal.
Di bawah Jenderal MacArthur sekutu menggantikan
posisi Jepang yang meniggalkan Morotai, kesempatan emas itu digunakan sekutu untuk memanfaatkan posisi Marotai yang strategis dalam merebut kembali Philippina dan Borneo Timur dari pendudukan Jepang, Tidak
kurang 9 Devisi atau sekitar lebih dari 50 ribu tentara, 3.000 pesawat, Tank
Ampibi sekutu ditempatkan di
Morotai dan pembangunan 5 buah landasan pesawat serta
rumah sakit besar dengan kapasitas 1.900 tempat tidur.
Kini, Morotai menjadi saksi sejarah Perang Dunia II sebagai
pusat sekutu di wilayah Indofasikbarat yang dipimpin Jenderal McARTHUR dalam stategi
sekutu untuk menghancurkan Posisi Jepang yang berada di Filipina, Borneo Timur
dan Jawa.
by Bakri Supian
Anak Desa main ketapel melakoni perang Dunia,
Pulau Marotai objek wisata Perang dunia kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar