Hari Minggu 30 Soptember 2012,
Setelah tiga hari sebelumnya asik mengitari area pertanian sepanjang daerah
perbatasan Krayan , maka hari minggu ini
kami sepakat untuk mendaki kepuncak
Gunung Yuvai Semaring yang berada 1 km sebelah timur dari Long Bawan Kec. Krayan sebuah Gunung dengan
ketinggian sekitar 2.100 meter dpl.
Gunung Yuvai Semaring merupakan salah
satu objek wisata bagi warga Long Bawan
dan bagi wisatawan yang suka mendaki
yang berkunjung kesana, untuk itu
pemerintah telah membenahi objek wisata ini diantaranya dengan semenisasi
tangga naik dari kaki Gunung kearah
puncak pertengahan Gunung setinggi 300 meter dan lebar 1,5 meter dan pemagaran
yang berantai besi kiri kanan tangga.
Meski telah ada penanganan terhadap objek wisata ini, namun masih banyak bagian-bagian
di lokasi ini yang perlu pembenahan
seperti dari kaki tangga tadi ke
jalan raya yang berjarak 75 meter kondisinya masih menyedihkan karena ditumbuhi
belukar atau ilang dan parit kecil
dengan jembatan bambu sederhana, seandainya area ini dibuat taman atau joglo
tempat peristirahatan pasti akan lebih menarik lagi.
Jam 14.45 Wit, Saya, Kurniawan Hendarto, Yusup, Marli Angai,
Ibu Riatna Wardoyo, Pitron dan
Wahyudi telah
berada di kaki gunung bersiap memulai pendakian yang telah disepakati, pendakian
etape pertama dengan melewati anak tangga semen sejauh 220 m dengan kemiringan 50 – 60
derajat, awalnya semua dilalui dengan santai dan gembira namun setelah melewati jarak 150 m terlihat beberapa teman mulai
kelelahan seperti Marli
Angai yang memiliki tubuh Tambun duduk disisi jalan dan yang
lainnya berjalan sambil memegang tali rantai yang menjadi pagar jalan. Semakin
mendekati akhir etape pertama ini tingkat kemiringan semakin tinggi membuat
kaki mulai terasa pegal, namun
pemandangan yang mulai terlihat indah dengan semak disisi-sisi jalan yang dilalui ditumbuhi jenis Ilalang,
Karamunting, Paku-pakuan, Tebu Hutan, pohon
kayu kecil dan Pohon Kinangan sejenis Palma mirip Pohon sagu yang banyak tumbuh
di daerah pedalaman, membuat semangat seperti
mendapat energy lagi untuk mendaki terus.
Di akhir pendakian etape pertama tersebut terdapat
sebuah pohon yang dibiarkan
tumbuh ditengah lintasan tersebut yang
ternyata bermanfaat bagi pendaki selain kerimbunan areal jadi indah juga
beberapa pendaki menjadikannya tempat
beristirahat, karena merasa cape dan persendian lutut sakit saya dan Wahyudi berhenti sebentar
sambil bersandar dipohon tersebut dan meminum bekal Aqua yang dibawa.
Perjalanan selanjutnya melalui etape
kedua menempuh jalan bertanah yang
berada disepanjang puncak gunung dan berakhir
hingga ke Etape berikutnya, rasa ngeri dalam diri yang sudah lama tidak pernah mendaki akhirnya
muncul juga setelah melewati etape ini, ketebalan puncak yang menjadi jalur perjalanan tersebut hanya 2 m
bahkan ada yang hanya 0,6 m saja, etape ini
sangat asik karena berjalan dibawah kerimbunan pohon Kinangan yang tumbuh lebat
disisi-sisi jalan, sehingga sambil
berjalan kita dapat mengamati fisisologi tumbuhan tersebut yang ternyata berkembang
biak dengan tunas yang tumbuh dari pangkal batangnya disela-sela akar dan memiliki bunga sangat tinggi di ujung
Pohon berwarna hitam kecoklatan dan sesekali terlihat Burung Serindit yang mungil
dengan bulu berwarna warni melompat-lompat dipelepahnya.
Pada titik tertentu di etape ke dua
ini Pendaki dapat menikmati keindahan kesekeliling sehingga terlihat kota Long Bawan, Kampung Baru
dan Trans Baru dengan rumah kecil tertata rapi dikelilingi petak-petak sawah jauh di kaki bukit dan
dipenghujung jalur ini sepanjang 70 m, lebar jalan hanya 0,5 m akan terasa semakin
menakutkan karena hanya dapat di lalui
seorang demi seorang dengan jalan setapak
dari tanah yang agak keras dan semak paku yang sering merintangi perjalanan hingga
membuat perjalanan terhambat. Marli Angai
warga Long Bawan memperingati Ibu Riatnah Wardoyo untuk
berhati-hati padahal ibu ini sebenarnya waktu kuliah di Unhas sempat mengikuti
Grup pencinta Alam dan itu terlihat
dengan masih sigapnya stamina dan kondisinya meski agak kepenatan mungkin
paktor usia.
Di Etape ke tiga saudara Pitron mengatakan bahwa jalur sepanjang 265 m kedepan akan memiliki jalur tanjakannya lebih curam dapat mencapai
75 derajat di saat akan mencapai puncak
kedua. Hal yang
perlu menjadi perhatian di jalur etape ketiga ini, ada beberapa titik tidak tumbuhi tanaman alias gundul sehingga jurang terlihat jelas
tanpa ada pengamanan, tiupan angin kencang dapat mengagetkan bagi yang baru
hiking dan jurang dikiri kanan jalur siap menanti.
Ketika akan mencapai Puncak kedua
atau akhir etape ke tiga kemiringan lereng 75 derajat dari tanah yang membatu, lincin dan pijakannya tidak ada, di sini
Pak Kurniawan benar-benar merayap sambil berpegang pada kayu yang
dihulurkan oleh Bung Pitron yang telah
mencapai puncak kedua tersebut, bila lalai berjalan bisa langsung jatuh kebawah
dengan ketinggian lebih dari 120 m (belum dasar bukit) itupun kalau nyangkut di dasar jarak terdekat sebab tak ada pohon besar dapat menghadang
melainkan rerumputan.
Pitron menjadi yang pertama diantara
kami mencapai Puncak pada jam 15.40 , setelah
istirahat sejenak sekitar 5 menit
kamipun memulai observasi pemandangan dari puncak kedua ini kesekeliling gunung, di sebelah Selatan
terlihat Gugusan Gunung lebih tinggi memanjang ke barat yang Menurut Marli sangat
sesuai sebagai tempat wisata olah raga Dirgantara
seperti terbang layang dan Gantole, disamping tinggi kondisi anginnyapun
sangat baik maklum beliau pernah mendaki kesana meski
tak sampai kepuncak, sebelah timur terlihat Kampung Transbaru jauh dibawak kaki
bukit, sebelah Utara terlihat Puncak Utama Gunung Yuvai Semaring yang tegar dengan dibaluti semak tanpa ada
pohon besar dan sebelah Barat jauh dibawah kaki gunung terlihat Long Bawang
hingga ke kampung disela-sela bukit dan paling ujung terlihat Kampung yang
berada di Kawasan perbatasan dengan Serawak Malaysia. Dipuncak ini kami menyempatkan diri berpoto
mengabadikan momen bersejarah ini dengan
memegang Bendera Maerah Putih yang terikat pada Bambu dan berlatar kota Loang Bawan yang sangat indah dengan
bergantian yang di awali saudara Pitron sebagai pendaki yang pertama mencapai
titik ini.
Setelah waktu Istirahat
cukup Perjalanan dilanjutkan menuju Puncak utama Yuvai Semaring karena tak lama lagi hari akan gelap jadi kami
harus bersegera sehingga perhitungan waktu dapat sesuai, tapi perjalanan yang
menempuh jarak sekitar 200 m ini tidak di ikuti Ibu Riatna Wardoyo dan Pak Kurniawan Handsoy karena kelelahan, kata Pak Kurniawan “ Kita ini bukan lagi
seperti Mahasiswa seoerti dulu saat usia 21 an yang masih kuat ! hwaahaaaa, sambil tertawa. Etape keempat atau terakhir ini hampir sama seperti
pada etape ke tiga tadi namun lebih menakutkan karena semakin tinggi tanpa
semak besar dan pohon yang dapat jadi pengaman dari jurang yang hanya berjarak selangkah
disisi-sisi jalan, tiba di kaki bukit puncak
utama dengan ketinggian 30 m dan kemiringan 80 derajat dari batu yang belum
tuah sehingga jantung sedikit berdentum lebih keras dan cepat, namun kemudahan dipendakian ini pada setiap langkah akan berpijak pada bagian yang
mudah, tapi saat menatap kebawah
dan kesamping terasa takut juga melihat kebawah yang curam maklum cukup lama tidak pernah mengikuti haiking
seperti ini. Akhirnya Marli Angai berhasil mencapai puncak utama dengan sangat gembira kami berlima mengabadikan moment ini dengan berpoto-poto
dan tak lupa mengamati sekeliling gunung dengan pemandangan lebih luas, terlihat seekor elang melayang-layang tak jauh
dari puncak namun lebih rendah seperti sedang mengincar sesuatu. Wahyudi tak
tahan meluahkan kegembiraannya dengan berteriak-teriak di plataran puncak selebar 3 x 3 meter, karena ia termasuk peserta termuda 23 tahun.
Tak lebih dari 15 menit di Puncak utama kamipun bergegas
untuk menuruni Gunung dengan lebih hati-hati jangan sampai terbawa kegirangan
meski penurunan ini akan lebih mudah dari pada saat mendaki yang akan menentang
gravitasi bumi, di puncak kedua bergabung
Ibu Riatna Wardoyo dan Kurniawan untuk turun bersama-sama melewati jalur
seperti tadi, Marli sempat berkelakar karena bodinya sangat
bongsor “ Hai .. minggir – minggir saya akan turun dengan berguling saja agar cepat
sampai dan tidak capek ! “ yah tentunya kami semua jadi terbahak – bahak disaat
sangat penat. Jam 17.20 semua peserta sebanyak tujuh orang
berhasil dengan selamat mencapai kaki bukit dan akan menuju jalan raya yang
berjarak 75 m untuk menaiki mobil yang menanti dan kembali kepenginapan.
By
Bakri Supian
Memanggul ANjat membawa Beras Adan,
Mendaki Yuvai Semaring melengkapi
perjalanan ke Long BawaN.