NusanTaRa.Com
Hampir
setiap hari di Kota besar Indonesia seperti Jukarta, Bandung Surabaya,
Medan, Joyakarta, Semarang, Makassar dan
kota lainnya ditemui mayat ditepi jalan atau pinggiran kota yang tak diketahui
identitasnya ini terjadi awal tahun 1980-an.
Setelah di amati ternyata kebanyakan mayat yang bergelimpangan ditempat
umum itu adalah seorang residipis atau preman
yang telah berulang kali masuk
buih dengan luka bekas tembakan dibagian kepala atau leher terjerat
Laso. Keadaan yang mengerikaan
ini sering terjadi setiap harinya, tentunya sangat menakutkan masyarakat dan
menyebut pelakunya sebagai Penembak Misterius,
namun ini menjadi tanda Tanya
besar mengapa hal ini bisa terjadi ?.
Penembak Misterius yang disingkat Petrus saat itu, melaksanakan eksekusi mati terhadap para
pelaku kejahatan profesional di kota – kota dan preman yang sering keluar masuk
penjara seakan kebal akan hukum atau hukuman dianggap seakan tidak mampu
mempengaruhi sikap para preman. Petrus
kala itu benar dianggap eksekutor yang ajaib yang datang mengeksekusi
para penjahat secara tiba-tiba layaknya
peran jagoan dalam Film ZORO, hingga
kini pelaku petrus itu belum jelas bahkan ada isu yang mengatakan bahwa operasi itu didukung pemerintah
dari kalangan militer, tahun 2012 telah ada praktisi hukum yang melakukan
penelusuran atas kejadian tersebut sebagai satu Pelanggaran Ham dan kedaulatan
Hukum Negara.
Diakui bahwa
kebanyakan yang menjadi korban Petrus tersebut oleh penduduk setempat dikenal
sebagai penjahat besar yang sering melakukan kejahatan, perampokan dan pemerkosaan yang sulit
diatasi, bahkan masuk penjara sudah
menjadi biasa. Djuma seorang tokoh saat itu mengatakan bahwa, “ Kebanyakan
penjahat yang menjadi korban Petrus
adalah langganan penjara yang tak pernah jera bahkan mereka diperkirakan punya
backing yang kuat sehingga jika ada kesalahan paling 4 hari udah bebas lagi !!
“. Di Jakarta kematian para preman sudah menjadi
berita harian dan konsumsi berita dengan
tewasnya mereka oleh pasukan yang tak dikenal meski terkesan sadis tapi
ulah itu dirasakan masyarakat membawa kesuasana lebih damai.
Baharuddin
Noer sahabat kuliahku ketik itu
beranggapan bahwa Kemungkinan Penembak
misterius ini di dukung Pemerintah Orde Baru atau satuan militer tertentu ini
terlihat cara kerja yang luar biasa telah berapa kali kejadian
tapi tak ada yang tahu, semua yang mati adalah penjahat besar seolah
mereka punya data yang lengkap dan
kebanyakan korban mati dengan peluru
dikepala atau leher tercekik tali Laso di tubuh korban. Tujuannya untuk menurunkan tingkat kejahatan
yang sulit dikendalikan pemerintah, serta preman
saat itu suliit diatasi selain keahliannya, jaringan
keanggotaannya yang rapi, mereka juga
diperkirakan memiliki Backing
dari kalangan pemerintah yang kuat sehinggaa sulit ditangani secara tuntas.
Kejadian Mati misterius (Matius) hampir setiap hari ditemukan
dalam berita baik media tulis maupun TVRI
kala itu, keadaan ini banyak menimbulkan
opini di kalangan masyarakat tentang keberadaan Petrus ada yang
menyetujui ada yang tidak setuju jika hal tersebut benar – benar dilakukan
pemerintah dengan dalih apapun.
Seorang masyarakat dalam siaran TVRI mengatakan bahwa, “
Operasi ini sangat baik
karena sangat mengurangi tingkat kejahatan ditengah masyarakat, kalaupun mereka di tangkap paling juga 5 hari
udah lepas lagi karena mereka punya Backing atau mereka sogok dengan duit akan bebas lagi “.
Namun ada juga diantara yang tidak setuju utamanya praktisi hukum yang
melihat semua ini sebagai Pelanggaran HAM dan menodai kedaulatan hukum
Pancasila di Negara Republik Indonesia, sebaiknya pemerintah lebih merevitalisasi
segala perangkat dan kebijakan hukum yang terkait sehingga akan menjadi satu
kebijakan hukum yang adil dan berdampak
positip bagi tindak kejahatan.
Ketua
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adnan Buyung Nasution SH berujar, jika
usaha pemberantasan kejahatan dilakukan hanya dengan main tembak tanpa melalui
proses pengadilan maka hal itu tidak menjamin adanya kepastian hukum dan
keadilan. Padahal kedua masalah
tersebut merupakan tuntutan hakiki yang diperjuangkan orang sejak zaman Romawi
Kuno. Jika cara-cara seperti itu
terus dilakukan maka lebih baik lembaga pengadilan dibubarkan saja. " Jika
ada pejabat apapun pangkatnya dan kedudukannya, mengatakan tindakan main dor-doran itu benar, saya tetap mengatakan hal itu adalah
salah ", Ujar Sidin Buyung. (Sinar Harapan, 6 Mei 1983).
Meski banyak
dugaan dan opini yang menganggap bahwa operasi Petrus itu digagas rezim pemerintah Orde Baru
sebagai bentuk keprustasian mengatasi tingkat kejahatan yang semakin meningkat, namun belum
ada pernyataan yang menguatkan bahwa pemerintah
sebagai penanggung jawab atas jalannya
operasi Petrus tersebut, bahkan dalam berbagai kesempatan banyak
menolak anggapan tersebut dengan dalih
bahwa sikap itu tidak sesuai Hukun di
Indonesia. Benny Moerdani sebagai
Panglima Kopkamtib pernah memberikan pernyataan kepada pers bahwa penembakan
gelap yang terjadi mungkin akibat dari perkelahian antar geng bandit, sehingga wartawanpun tidak berani melanjutkan pertanyaan kepada jenderal
yang tegas dan galak.
Meski
kejadian Petrus ini tejadi tahun 1982 – 1985 tapi tahun 2012 Komnas HAM (Komisi
Nasional Hak Asasi Manuisa) menemukan adanya pelanggaran HAM Berat dalam
pembunuhan sistematis atas para preman dan orang yang dituduh melakukan
kejahatan berat. Komnas HAM tahun 2012 mencatat hasil
penelusurannya ada sekitar 2.000 korban
Petrus meski ada sumber lain mengatakan sekitar 5.000 orang dan telah
menyimpulkan bahwa Petrus adalah suatu bentuk pelanggaran HAM berat. Kala itu temuan tersebut telah masuk ke
Kejaksaan Agung untuk ditindaklanjuti, dan Penyelidikan Komnas HAM menemukan
bahwa ada indikasi kuat pemerintah Orde Baru sengaja merestui sebuah program
pembunuhan massal untuk mengatasi gangguan keamanan kala itu.
" Aku salah satu korban operasi Petrus
itu. Ayahku hilang dalam tragedi
berdarah yang sampai sekarang tak pernah terungkap itu ", Ujar SiGaluh Lita BM. Lita BM adalah wanita asal Semarang putri
dari Bathi Mulyono seorang preman dan pimpinan para Bromocorah dalam organisasi
Fajar Menyingsing yang sempat lolos dari
incaran Petrus dan menghilang beberapa tahun tapi Ayahnya Bathi Mulyono tak
dapat meloloskan diri dan hingga kini menghilang. Di daerah Pammolongan Makassar yaitu
maccini yang terkenal sebagai daerah kampung preman, pagi itu masyarakat tersebut dikagetkan
dengan ditemukannya mayat preman terkenal di daerah itu dengan leher
terjerat tanpa ada yang
mengetahui siapa pelakunya, kejadian
ini membuat banyak pejahat dikawasan tersebut terpaksa ambil cuti sementara
pulang kampung. Akibat operasi Petrus ini masyarakat Bandung
merasakan perubahan drastic yang
biasanya penuh dengan penodongan dan pembunuhan dipusat keramaian, setelah kejadian itu menjadi aman dan tentram bahkan
manusia yang bertatopun sudah tidak ada.
Gambaran
khas kala itu tentang Petrus, Para petrus tidak dikenal mengambil sasarannya
yang terdiri dari para penjahat kakap atau preman secara diam-diam atau didepan
umum kemudian memasukkan korbannya kedalam kendaraan, keesokan para preman yang
diciduk biasanya bertato ditemukan tewas dipinggir jalan atau dipusat keramain
dengan kepala tertembak peluru atau leher terjerat tali dan biasnya dimasukkan
dalam karung. Ada kesan bahwa mayat
para preman itu dibuang ditempat umum atau tertentu untuk memberi kesan takut pada para pelaku
kejahatan atau preman di daerah tersebut atau tanah air.
byBambanGBiunG
Operasi Clurit mengurangi gangguan preman,
Penembak Misterius sangat bertentangan dengan kemanusian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar