NusanTaRa.Com
Angin buritan melajukan bahtera,
" Kisah ini merupakan satu kisah kesuksesan Pelayaran antropologi dari suku
Mandar yang berlayar dari Tanah Mandar ke Okinawa Jepang tahun 2009 hingga tahun 2011 selama 2 tahun 2 bulan menggunakan SANDEK Perahu
kecil bercadik dengan thema “ The Sea Great Journey “, sekaligus sebagai bentuk Napak Tilas
pelayaran bangsa Nusantara mengarungi samudera Pasipik hingga Jepang sekitar 3.500
tahun yang lalu. Dan kala itu saya hanya
sempat menyaksikan pelaut-pelaut handal ini ketika menyinggahi Pantai Iching P
Nunukan selama 4 hari dari Kota Tarakan dan yang akan melanjutkan pelayarannya
ke Kota Tawau Malaysia ".
Sebagai Negara Archipilago Indonesia sejak dahulu terkenal dengan
masyarakat baharinya yang gagah berani mengarungi lautan luas hingga kesamudera
dengan perahu layar baik untuk kepentingan perdagangan maupun kepentingan
transportasi kedaerah seberang. Seperti
kejayaan Perahu Phinisi yang mampu mengarungi Samudera hingga ke China dan
Afrika Selatan dan sebagaimana anggapan beberapa pakar antropologi bahwa 3.500 tahun yang lalu pelaut – pelaut Nusantara Indonesia pernah
mengarungi samudera pasipik hingga ke daerah Austronesia pasipik selatan
(sebelah timur Papua New Guenea) hingga ke kawasan pulau-pulau Jepang (Barat Pasipik) seperti Okinawa. Bahkan masyarat dikawasan
tersebut dianggap memiliki hubungan kekerabatan dengan warga Nusantara karena aktipitas tersebut.
Adalah Prof. Yosiharu Senko seorang antropologi Jepang yang tertarik akan
kisah tersebut, kemudian membuat suatu proyek yang cukup menantang untuk
menapak tilas kembali sejarah nenek moyang bangsa Indonesia dengan melakukan
pelayaran dari Indonesia ke Okinawa Jepang menggunakan Perahu dengan Tajuk “
The Sea Great Journey “ dari Polewali Mandar Sulawesi Barat menuju Okinawa
Jepang, serta disukung pelaut tradisonil mandar yang ulung.
Bertepatan tanggal 14 April 2009
yang lalu dari Dusun Lambe, Kabupaten Polewali Mandar , Sulawesi Barat,
dimulailah Proyek petualangan besar tersebut yang berakhir di Naha City,
Okinawa, Jepang pada tanggal 15 Juni
2011 bertepatan hari laut Jepang. Pelayaran
ini merupakan replay dari suatu pelayaran antropologi budaya yang bertajuk “The
Black Current Route Towards Japanese Archipelago by the Early Humankind
Dispersion (Penyebaran awal manusia melalui rute arus hitam menuju kepulauan
Jepang)” yang merupakan napak tilas penyebaran manusia purba dari Paparan Sunda
menuju Kepulauan Jepang kira-kira 3.000 sampai dengan 10.000 tahun silam.
Petualanagn The Sea Great Journey
lima tahun lalu ini di Pimpin Prof. Yosiharu Senko serta 10 orang lainnya Dr.
Aziz Salam Dosen Teknologi Perikanan Univ. Gorontalo, 2 orang kamerawan, 2
orang koordinator dan 4 krue dari pelaut Mandar dengan melibatkan 3 perahu Jomon, Pakur dan perahu
pendamping. Selain Prof. Yosiharu Senko misi ini juga menyertakan 2 mahasiswa jepang lainnya sebagai peserta Sato Yohei (26) dan Meida Jiro (26), Sedang dari Indonesia/Mandar Dr. Azis Salam (Gorontalo)/Ridwan (kedua bergantian, Gusman Haris (1971), Danial Cadang (1972), Abdul Latief (1976), Zainuddin (1958), Jabir Yongnge (1967) dan Irsan Tari (1975) semuanya dari Mandar.
Sebenarnya proyek ini telah
berjalan sejak tahun 2008 meliputi observasi berbagai type perahu bercadik
ukuran kecil di berbagai daerah pantai Nusantara yang di kira sesuai untuk misi
ini, sehingga ditetapkanlah Sandek Mandar sebagai pilihan, sekaligus tempat
pembuatan perahu dan penglibatan masyarakat baharinya dalam misi ini. Ridwan
yang juga peneliti maritim Mandar menjelaskan, Pakur memiliki panjang sekitar 9
meter dinakhodai Gusman seorang nelayan Mandar bersama krue. Sedangkan perahu Jomon yang
panjangnya sekitar 7 meter dinakhodai Hasanuddin bersama krue.
Sebagai peneliti, Ridwan mengaku hanya terlibat di proses awal, khususnya riset tentang pembuatan perahu ini. Ridwan membantu mencari lokasi pembuatan, merekrut tukang, pelaut, dan dokumen perjalanan enam pelaut Mandar. Dalam misi pelayaran ini dibuat sealami betul baik dalam pembuatan perahu tidak menggunakan alat moderen seperti mesin gergaji hanya kampak dan tidak ada GPS dan Kompas dalam pelayaran. Ridwan ketika di Nunukan menjelaskan, “ Perahu ini dibuat seasli mungkin sehingga Batang yang di buat lunas perahu, Kulit Kayu yang dibuat Layar dan bambu sebagai Cadik hanya ditemukan di daerah mandar saja demikian juga pembuatnya hanya orang mandar di sana ".
Sebagai peneliti, Ridwan mengaku hanya terlibat di proses awal, khususnya riset tentang pembuatan perahu ini. Ridwan membantu mencari lokasi pembuatan, merekrut tukang, pelaut, dan dokumen perjalanan enam pelaut Mandar. Dalam misi pelayaran ini dibuat sealami betul baik dalam pembuatan perahu tidak menggunakan alat moderen seperti mesin gergaji hanya kampak dan tidak ada GPS dan Kompas dalam pelayaran. Ridwan ketika di Nunukan menjelaskan, “ Perahu ini dibuat seasli mungkin sehingga Batang yang di buat lunas perahu, Kulit Kayu yang dibuat Layar dan bambu sebagai Cadik hanya ditemukan di daerah mandar saja demikian juga pembuatnya hanya orang mandar di sana ".
Pelayaran
spektakuler Sandek melalui rute pelayaran tradisionil yang melewati jalur
sebagai berikut star dari Dusun Lambe Mandar terus menyusuri pantai Barat Sulawesi
Barat dan Sulawesi tengah dengan menyinggahi beberapa kota kecil disepanjang
pesisir Pasang Kayu-Donggala dan Toli-toli,
menyeberangi Selat Makassar melewati
Tanjung Mangkaliat-Tarakan-Nunukan dan Sebatik,
Menuju Malaysia yaitu Pantai Timur Sabah dengan menyinggahi beberapa
Kota seperti Tawau, Sampurna, Lahad Datu dan Sandakan, Melayari Laut Pilippina
Laut sulu - P Palawan- Menyusuri Pantai barat P Luzon (menyinggahi beberapa
Kota), Setelah istirahat di Basco Pulau Batanes pelayaran dilanjutkan menyeberang kearah Utara yaitu bagian Timut Taiwan dan terakhir menyeberang laut Jepang dan
berakhir di Naha City P Okinawa Jepang.
Dalam pelayaran ini tidak semua pelaut ikut melayari seluruh rute
seperti Ridwan yang hanya melayari rute Tarakan – Malaysia yang selanjutnya
digantikan Aziz Salam.
Selama menyinggahi P. Nunukan, Tiem ekspedisi Sandek ini mendarat di Pantai Iching atau Dermaga Lanal AL Nunukan selama empat hari. Rombongan disambut Pejabat Pemkab Nunukan dan Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi ( KKMS) Kabupaten Nunukan dengan pimpinannya Ilham Zain S.Sos di isi dengan berbagai acara seperti mengunjungi Bupati, Sajian tari-tarian dari KKMS serta penjelasan Ekspedisi Natural ini kepada masyarakat pengunjung oleh tim ekspedisi.
Selama menyinggahi P. Nunukan, Tiem ekspedisi Sandek ini mendarat di Pantai Iching atau Dermaga Lanal AL Nunukan selama empat hari. Rombongan disambut Pejabat Pemkab Nunukan dan Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi ( KKMS) Kabupaten Nunukan dengan pimpinannya Ilham Zain S.Sos di isi dengan berbagai acara seperti mengunjungi Bupati, Sajian tari-tarian dari KKMS serta penjelasan Ekspedisi Natural ini kepada masyarakat pengunjung oleh tim ekspedisi.
Dibawah
ini Ringkasan pesan Azis Salam.
Yth.
Sdr. Ridwan
Jomon dan Pakur sudah mencapai finish di Pelabuhan Naha, P Ishigaki, Okinawa.
Setelah berlayar selama 36 jam dari Pelabuhan Chenggong, pantai timur Taiwan bagian selatan, Jomon dan Pakur mencapai pantai barat Pulau Iriomote - Okinawa dan berlabuh semalam di tempat itu.
Jomon dan Pakur sudah mencapai finish di Pelabuhan Naha, P Ishigaki, Okinawa.
Setelah berlayar selama 36 jam dari Pelabuhan Chenggong, pantai timur Taiwan bagian selatan, Jomon dan Pakur mencapai pantai barat Pulau Iriomote - Okinawa dan berlabuh semalam di tempat itu.
Jomon dan Pakur meninggalkan Taiwan 10 Juni
2011 pkl 09.00 pagi dengan angin selatan yang baik selama pelayaran. Sebelumnya team " The Great Journey " sempat
khawatir dengan kemunculan Taipun (topan puting beliung) No.3, tapi karena
taipun mengarah ke sebelah selatan pulau
Taiwan dan akan berakhir di darata Cina makanya tidak mengganggu pelayaran hari
itu, namun sebelumnya para kru sempat menyaksikan keganasan angin topan Taipu No.2 di
di Basco, Pulau Batanes Filipina, sehingga harus menunggu sekitar seminggu.
Dengan arus Kuro Shio kecapatan 3 knot (mil/jam) arah utara, tinggi gelombang 2,5 – 4 meter dan Angin Selatan 10-12 m/dtk Jomon dan Pakur memutuskan berlayar menyeberangi Laut Cina dengan arah Timur sedikit ke utara (arah 80 derajat) dan dengan dorongan arus akan membawanya mencapai pulau-pulau bagian selatan Okinawa. Tepat 09.00 malam 11 Juni 2011 Team Sandek bersauh di Pulau Iriomoto untuk beristirahat, keesokannya jam 06.00 perjalanan dilanjutkan ke P Ishigaki. Jomon dengan bodi yang pendek dan perut membulat mengalami kesulitan karena arus yang kuat hingga terseret ke utara dan mencapai P Ishigaki pukul 11.00 12 Juni 2011, Jomon kondisi demikian dan kondisi penyangga kemudi tidak prima diputuskan tidak melakukan pelayaran Karakkaji (Zig-zag) kemudian berlabuh sekitar 20 km dari kota pelabuhan Ishigaki
Jomon dan Pakur kembali berlayar jam 03.00 dini hari 13 Juni 2016, Jomon dengan pelayaran Kakkaji yang sulit terpaksa dibantu dengan berdayung dan akhirnya diputuskan berlayar tandem dengan Pakur dengan mengikat tali dibelakang Pakur sekitar pukul 06.00 mencapai Naha, P Ishigaki, Okinawa yaitu jarak 20 km dalam waktu 15 jam.
Dengan arus Kuro Shio kecapatan 3 knot (mil/jam) arah utara, tinggi gelombang 2,5 – 4 meter dan Angin Selatan 10-12 m/dtk Jomon dan Pakur memutuskan berlayar menyeberangi Laut Cina dengan arah Timur sedikit ke utara (arah 80 derajat) dan dengan dorongan arus akan membawanya mencapai pulau-pulau bagian selatan Okinawa. Tepat 09.00 malam 11 Juni 2011 Team Sandek bersauh di Pulau Iriomoto untuk beristirahat, keesokannya jam 06.00 perjalanan dilanjutkan ke P Ishigaki. Jomon dengan bodi yang pendek dan perut membulat mengalami kesulitan karena arus yang kuat hingga terseret ke utara dan mencapai P Ishigaki pukul 11.00 12 Juni 2011, Jomon kondisi demikian dan kondisi penyangga kemudi tidak prima diputuskan tidak melakukan pelayaran Karakkaji (Zig-zag) kemudian berlabuh sekitar 20 km dari kota pelabuhan Ishigaki
Jomon dan Pakur kembali berlayar jam 03.00 dini hari 13 Juni 2016, Jomon dengan pelayaran Kakkaji yang sulit terpaksa dibantu dengan berdayung dan akhirnya diputuskan berlayar tandem dengan Pakur dengan mengikat tali dibelakang Pakur sekitar pukul 06.00 mencapai Naha, P Ishigaki, Okinawa yaitu jarak 20 km dalam waktu 15 jam.
Pakar kemaritiman berkeyakinan bahwa Sandek merupakan satu Karya maritim masyarakat bahari Nusantara ini diyakini dengan ditemukan beberapa pulau di daerah tersebut ditemukan masyarakat Mandar serta beberapa Perahu Cadik jenis Sandek, seperti Perairan Laut Sulawesi, Laut Jawa, Selat Flores dan Bali diyakini beberapa pembuat perahu tersebut masih dari warga Mandar.
Mudah-mudahan
petualangan Prof. Yoshiharu-Sanko dan rekan bersama perahuu Sandek ini dapat menginspirasi pegiat-pegiat bahari
Indonesia untuk lebih menghargai warisan budaya dan sejarah maritim bangsa agar dapat
lebih membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa maritim profesional, kuat dan sejati.
byDannyAsmoro
The Great Sea Journey singgah di Nunukan |
The Great Sea Journay kebesaran pelaut Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar