Rabu, 08 Juni 2016

" THE SEA GREAT JOURNEY ", ONE MISION CRAZY OF SANDEK BOAT

NusanTaRa.Com


          Kisah ini merupakan satu kisah kesuksesan Pelayaran antropologi dari suku Mandar yang berlayar dari Tanah Mandar ke  Okinawa Jepang tahun 2009 hingga tahun 2011  selama 2 tahun 2 bulan menggunakan SANDEK Perahu kecil bercadik dengan thema “ The Sea Great Journey “,  sekaligus sebagai bentuk Napak Tilas pelayaran bangsa Nusantara mengarungi samudera Pasipik hingga Jepang sekitar 3.500 tahun yang lalu.  Dan kala itu saya hanya sempat menyaksikan pelaut-pelaut handal ini ketika menyinggahi Pantai Iching P Nunukan selama 4 hari dari Kota Tarakan dan yang akan melanjutkan pelayarannya ke Kota Tawau Malaysia  ".



Sebagai Negara Archipilago Indonesia sejak dahulu terkenal dengan masyarakat baharinya yang gagah berani mengarungi lautan luas hingga kesamudera dengan perahu layar baik untuk kepentingan perdagangan maupun kepentingan transportasi kedaerah seberang.    Seperti kejayaan Perahu Phinisi yang mampu mengarungi Samudera hingga ke China dan Afrika Selatan dan sebagaimana anggapan beberapa pakar antropologi  bahwa 3.500 tahun yang lalu  pelaut – pelaut Nusantara Indonesia pernah mengarungi samudera pasipik hingga ke daerah Austronesia pasipik selatan (sebelah timur Papua New Guenea) hingga ke kawasan pulau-pulau Jepang (Barat  Pasipik) seperti Okinawa.  Bahkan  masyarat dikawasan tersebut dianggap  memiliki hubungan kekerabatan dengan warga Nusantara karena aktipitas tersebut.    



Adalah Prof. Yosiharu Senko seorang antropologi Jepang yang tertarik akan kisah tersebut, kemudian membuat suatu proyek yang cukup menantang untuk menapak tilas kembali sejarah nenek moyang bangsa Indonesia dengan melakukan pelayaran dari Indonesia ke Okinawa Jepang menggunakan Perahu dengan Tajuk “ The Sea Great Journey “ dari Polewali Mandar Sulawesi Barat menuju Okinawa Jepang, serta disukung pelaut tradisonil mandar yang ulung.


Bertepatan tanggal 14 April 2009 yang lalu dari Dusun Lambe, Kabupaten Polewali Mandar , Sulawesi Barat, dimulailah Proyek petualangan besar tersebut yang berakhir di Naha City, Okinawa, Jepang pada tanggal  15 Juni 2011 bertepatan hari laut Jepang.  Pelayaran ini merupakan replay dari suatu pelayaran antropologi budaya yang bertajuk “The Black Current Route Towards Japanese Archipelago by the Early Humankind Dispersion (Penyebaran awal manusia melalui rute arus hitam menuju kepulauan Jepang)” yang merupakan napak tilas penyebaran manusia purba dari Paparan Sunda menuju Kepulauan Jepang kira-kira 3.000 sampai dengan 10.000 tahun silam.


 Petualanagn The Sea Great Journey lima tahun lalu ini di Pimpin Prof. Yosiharu Senko serta 10 orang lainnya Dr. Aziz Salam Dosen Teknologi Perikanan Univ. Gorontalo, 2 orang kamerawan,   2 orang koordinator dan 4 krue dari pelaut Mandar dengan melibatkan 3 perahu Jomon, Pakur dan perahu pendamping.   Selain Prof. Yosiharu Senko misi ini juga menyertakan 2 mahasiswa  jepang lainnya sebagai peserta Sato Yohei (26) dan Meida Jiro (26), Sedang dari Indonesia/Mandar  Dr. Azis Salam (Gorontalo)/Ridwan (kedua bergantian, Gusman Haris (1971), Danial Cadang (1972), Abdul Latief (1976), Zainuddin (1958), Jabir Yongnge (1967)  dan  Irsan  Tari  (1975) semuanya dari Mandar.

Sebenarnya proyek ini telah berjalan sejak tahun 2008 meliputi observasi berbagai type perahu bercadik ukuran kecil di berbagai daerah pantai Nusantara yang di kira sesuai untuk misi ini, sehingga ditetapkanlah Sandek Mandar sebagai pilihan, sekaligus tempat pembuatan perahu dan penglibatan masyarakat baharinya dalam misi ini.     Ridwan yang juga peneliti maritim Mandar menjelaskan, Pakur memiliki panjang sekitar 9 meter dinakhodai Gusman seorang nelayan Mandar bersama krue.  Sedangkan perahu Jomon yang panjangnya sekitar 7 meter dinakhodai Hasanuddin bersama krue. 

Sebagai peneliti, Ridwan mengaku hanya terlibat di proses awal, khususnya riset tentang pembuatan perahu ini. Ridwan membantu mencari lokasi pembuatan, merekrut tukang, pelaut, dan dokumen perjalanan enam pelaut Mandar.  Dalam misi pelayaran ini dibuat sealami betul baik dalam pembuatan perahu tidak menggunakan alat moderen seperti  mesin gergaji hanya kampak dan tidak ada GPS dan Kompas dalam pelayaran.  Ridwan ketika di Nunukan menjelaskan, “ Perahu ini dibuat seasli mungkin sehingga Batang yang di buat lunas perahu, Kulit Kayu yang dibuat Layar dan bambu sebagai Cadik hanya ditemukan di daerah mandar saja demikian juga pembuatnya hanya orang mandar di sana ".

Pelayaran spektakuler Sandek melalui rute pelayaran tradisionil yang melewati jalur sebagai berikut star dari Dusun Lambe Mandar terus menyusuri pantai Barat Sulawesi Barat dan Sulawesi tengah dengan menyinggahi beberapa kota kecil disepanjang pesisir Pasang Kayu-Donggala dan Toli-toli,   menyeberangi Selat Makassar melewati Tanjung Mangkaliat-Tarakan-Nunukan dan Sebatik,  Menuju Malaysia yaitu Pantai Timur Sabah dengan menyinggahi beberapa Kota seperti Tawau, Sampurna, Lahad Datu dan Sandakan, Melayari Laut Pilippina Laut sulu - P Palawan- Menyusuri Pantai barat P Luzon (menyinggahi beberapa Kota),  Setelah istirahat di Basco Pulau Batanes pelayaran dilanjutkan menyeberang kearah Utara yaitu bagian Timut Taiwan dan terakhir menyeberang laut Jepang dan berakhir di Naha City P Okinawa Jepang.  Dalam pelayaran ini tidak semua pelaut ikut melayari seluruh rute seperti Ridwan yang hanya melayari rute Tarakan – Malaysia yang selanjutnya digantikan Aziz  Salam.

Selama menyinggahi P. Nunukan, Tiem ekspedisi Sandek  ini mendarat di Pantai Iching atau Dermaga Lanal AL Nunukan selama empat hari.   Rombongan disambut Pejabat Pemkab Nunukan dan Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi ( KKMS) Kabupaten Nunukan dengan pimpinannya Ilham Zain S.Sos di isi dengan berbagai acara seperti mengunjungi Bupati, Sajian tari-tarian dari KKMS serta penjelasan Ekspedisi Natural ini kepada masyarakat pengunjung oleh tim ekspedisi.


Dibawah ini Ringkasan pesan Azis Salam.



Yth. Sdr. Ridwan

Jomon dan Pakur sudah mencapai finish di Pelabuhan Naha, P Ishigaki, Okinawa.

Setelah berlayar selama 36 jam dari Pelabuhan Chenggong, pantai timur Taiwan bagian selatan, Jomon dan Pakur mencapai pantai barat Pulau Iriomote - Okinawa dan berlabuh semalam di tempat itu.


Jomon dan Pakur meninggalkan Taiwan 10 Juni 2011 pkl 09.00 pagi dengan angin selatan yang baik selama pelayaran.   Sebelumnya team " The Great Journey " sempat khawatir dengan kemunculan Taipun (topan puting beliung) No.3, tapi karena taipun mengarah  ke sebelah selatan pulau Taiwan dan akan berakhir di darata Cina makanya tidak mengganggu pelayaran hari itu, namun sebelumnya para kru sempat  menyaksikan keganasan angin topan Taipu No.2 di di Basco, Pulau Batanes Filipina, sehingga harus menunggu sekitar seminggu.

Dengan arus Kuro Shio kecapatan  3 knot (mil/jam)  arah utara, tinggi gelombang 2,5 – 4 meter dan  Angin Selatan 10-12 m/dtk Jomon dan Pakur memutuskan  berlayar menyeberangi Laut Cina dengan arah  Timur sedikit ke utara (arah 80 derajat) dan dengan dorongan arus  akan membawanya mencapai pulau-pulau bagian selatan Okinawa.    Tepat 09.00 malam 11 Juni 2011 Team Sandek bersauh di Pulau Iriomoto untuk  beristirahat, keesokannya jam 06.00 perjalanan dilanjutkan ke P Ishigaki.   Jomon dengan bodi yang  pendek dan perut membulat mengalami kesulitan karena arus yang kuat hingga terseret ke utara dan mencapai P Ishigaki pukul 11.00 12 Juni 2011, Jomon kondisi demikian dan kondisi penyangga kemudi tidak prima diputuskan tidak melakukan pelayaran Karakkaji (Zig-zag) kemudian berlabuh  sekitar 20 km dari kota pelabuhan Ishigaki

Jomon dan Pakur kembali berlayar  jam 03.00 dini hari 13 Juni 2016, Jomon dengan pelayaran Kakkaji yang sulit terpaksa dibantu dengan berdayung dan akhirnya diputuskan berlayar tandem dengan Pakur dengan mengikat tali dibelakang Pakur sekitar pukul 06.00 mencapai Naha,  P  Ishigaki, Okinawa yaitu jarak 20 km dalam waktu 15 jam.


Pakar kemaritiman berkeyakinan bahwa Sandek merupakan satu Karya maritim masyarakat bahari Nusantara ini diyakini dengan ditemukan beberapa pulau di daerah tersebut ditemukan masyarakat Mandar serta beberapa Perahu Cadik jenis Sandek, seperti Perairan Laut Sulawesi, Laut Jawa, Selat Flores dan Bali diyakini beberapa pembuat perahu tersebut masih dari warga Mandar.  

Mudah-mudahan petualangan Prof. Yoshiharu-Sanko dan rekan bersama perahuu Sandek ini dapat menginspirasi pegiat-pegiat bahari Indonesia untuk lebih menghargai warisan budaya dan sejarah maritim bangsa agar dapat lebih membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa maritim profesional, kuat dan sejati.
byDannyAsmoro

The Great Sea Journey singgah di Nunukan
Angin buritan melajukan bahtera,
The Great Sea Journay kebesaran pelaut Nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...