NusanTaRa.Com
Anra Nosa, anggota Bintara Kepolisian Daerah (Polda) Riau ini sukses
mengharumkan nama Polri dikancah dunia. Meski baru berpangkat Brigadir
Polisi Kepala (Bripka), pria berumur 33 tahun tersebut sudah diangkat
menjadi team leader di United Nation Police (polisi PBB).Selaku
team leader di United Nation (UN) Police, Anra punya anggota tim yang
pangkatnya justru jauh lebih tinggi ketimbang dirinya. Tercatat, Anra
membawahi 35 orang anggota, dimana ada yang berpangkat Jenderal, belasan
personil lainnya berpangkat Kolonel dan Letnan Kolonel di negara mereka
masing-masing.
Sebelum menjadi tim leader UN Police, Anra sempat bertugas sebagai penyidik di Reserse Kriminal Polda Riau. Kemudian pria tegap ini ikut seleksi menjadi UN Police yang diumumkan Mabes Polri, dengan tempat penugasan di Darfur, Sudan Selatan. Ketika itu, ada ribuan anggota Polri (termasuk Anra) yang turut mendaftar.
Dengan proses seleksi ketat, terpilihlah 15 polisi terbaik (dari total ribuan) se-Indonesia, termasuk di dalamnya tercatat nama Anra. Selanjutnya, mereka pun dilatih dan akhirnya diberangkatkan ke Sudan Selatan sekitar 2014 lalu, untuk mewakili Indonesia menjadi Polisi perdamaian PBB.
"Awal bertugas langsung ada unjuk rasa besar dari pengungsi Sudan," kisah Anra. Ketika itu, salahseorang anggota UN Police berpangkat Kolonel dari Negara Jerman memerintahkan tim untuk memasukkan puluhan orang pengunjuk rasa ini ke Holding Facility (semacam penjara).
Namun Anra menolak kebijakan Kolonel tersebut, karena menurutnya para pengunjuk rasa harus ditangani secara layak dan baik. Anra pun berinisiatif membuka komunikasi dengan para pendemo. "Mereka itu ingin diwadahi ke WFP (Worl Food Suplemen, Organisasi PBB yang menangani soal makan pengungsi, red)," urainya.
Segera Anra menyelesaikan inti permasalahan (problem solved) tersebut dengan caranya, dan kaum pengunjuk rasa ternyata dapat menerima kebijakan ini dengan baik. Artinya, tidak perlu ada pihak yang disakiti. Rupa-rupanya, cara penyelesaian Anra yang humanis itulah yang membuat aksinya terdengar hingga ke atas.
Tak lama setelah unjuk rasa itu, Anra yang bergaji $2.550 USD dari UN Police tersebut langsung dipanggil oleh Senior Representatif Secretary General (SRSG) yang dipimpin seorang Jenderal wanita dari Angkatan Darat Negara Inggris. Anra dianggap punya kecakapan yang cukup untuk mengemban jabatan sebagai team leader UN Police.
Kini Anra membawahi 35 anggota dari berbagai negara di dunia. Bahkan diantara mereka ada yang berpangkat Jenderal (2 orang) dan belasan anggota berpangkat Kolonel serta Letnan Kolonel. Sementara ia sendiri hanyalah Bintara Polri yang berpangkat Bripka (setara Sersan Mayor di TNI).
"Awalnya cukup berat, karena saat itu saya pergi ke Sudan meninggalkan istri yang sedang hamil muda. Ini tantangan lain," kata Anra saat bertandang ke Humas Polda Riau, disela-sela masa cutinya dari tugas sebagai polisi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau UN Police. ***
- See more at: http://www.goriau.com/berita/umum/hebat-polisi-riau-berpangkat-bripka-ini-ditunjuk-pbb-pimpin-2-jenderal-dan-belasan-kolonel-di-un-police-berikut-kisahnya.html#sthash.n5WqGKR3.WrIspN8V.dpuf
Sebelum menjadi tim leader UN Police, Anra sempat bertugas sebagai penyidik di Reserse Kriminal Polda Riau. Kemudian pria tegap ini ikut seleksi menjadi UN Police yang diumumkan Mabes Polri, dengan tempat penugasan di Darfur, Sudan Selatan. Ketika itu, ada ribuan anggota Polri (termasuk Anra) yang turut mendaftar.
Dengan proses seleksi ketat, terpilihlah 15 polisi terbaik (dari total ribuan) se-Indonesia, termasuk di dalamnya tercatat nama Anra. Selanjutnya, mereka pun dilatih dan akhirnya diberangkatkan ke Sudan Selatan sekitar 2014 lalu, untuk mewakili Indonesia menjadi Polisi perdamaian PBB.
"Awal bertugas langsung ada unjuk rasa besar dari pengungsi Sudan," kisah Anra. Ketika itu, salahseorang anggota UN Police berpangkat Kolonel dari Negara Jerman memerintahkan tim untuk memasukkan puluhan orang pengunjuk rasa ini ke Holding Facility (semacam penjara).
Namun Anra menolak kebijakan Kolonel tersebut, karena menurutnya para pengunjuk rasa harus ditangani secara layak dan baik. Anra pun berinisiatif membuka komunikasi dengan para pendemo. "Mereka itu ingin diwadahi ke WFP (Worl Food Suplemen, Organisasi PBB yang menangani soal makan pengungsi, red)," urainya.
Segera Anra menyelesaikan inti permasalahan (problem solved) tersebut dengan caranya, dan kaum pengunjuk rasa ternyata dapat menerima kebijakan ini dengan baik. Artinya, tidak perlu ada pihak yang disakiti. Rupa-rupanya, cara penyelesaian Anra yang humanis itulah yang membuat aksinya terdengar hingga ke atas.
Tak lama setelah unjuk rasa itu, Anra yang bergaji $2.550 USD dari UN Police tersebut langsung dipanggil oleh Senior Representatif Secretary General (SRSG) yang dipimpin seorang Jenderal wanita dari Angkatan Darat Negara Inggris. Anra dianggap punya kecakapan yang cukup untuk mengemban jabatan sebagai team leader UN Police.
Kini Anra membawahi 35 anggota dari berbagai negara di dunia. Bahkan diantara mereka ada yang berpangkat Jenderal (2 orang) dan belasan anggota berpangkat Kolonel serta Letnan Kolonel. Sementara ia sendiri hanyalah Bintara Polri yang berpangkat Bripka (setara Sersan Mayor di TNI).
"Awalnya cukup berat, karena saat itu saya pergi ke Sudan meninggalkan istri yang sedang hamil muda. Ini tantangan lain," kata Anra saat bertandang ke Humas Polda Riau, disela-sela masa cutinya dari tugas sebagai polisi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau UN Police. ***
- See more at: http://www.goriau.com/berita/umum/hebat-polisi-riau-berpangkat-bripka-ini-ditunjuk-pbb-pimpin-2-jenderal-dan-belasan-kolonel-di-un-police-berikut-kisahnya.html#sthash.n5WqGKR3.WrIspN8V.dpuf
Anra Nosa, anggota Bintara Kepolisian Daerah (Polda) Riau ini sukses
mengharumkan nama Polri dikancah dunia. Meski baru berpangkat Brigadir
Polisi Kepala (Bripka), pria berumur 33 tahun tersebut sudah diangkat
menjadi team leader di United Nation Police (polisi PBB).Selaku
team leader di United Nation (UN) Police, Anra punya anggota tim yang
pangkatnya justru jauh lebih tinggi ketimbang dirinya. Tercatat, Anra
membawahi 35 orang anggota, dimana ada yang berpangkat Jenderal, belasan
personil lainnya berpangkat Kolonel dan Letnan Kolonel di negara mereka
masing-masing.
Sebelum menjadi tim leader UN Police, Anra sempat bertugas sebagai penyidik di Reserse Kriminal Polda Riau. Kemudian pria tegap ini ikut seleksi menjadi UN Police yang diumumkan Mabes Polri, dengan tempat penugasan di Darfur, Sudan Selatan. Ketika itu, ada ribuan anggota Polri (termasuk Anra) yang turut mendaftar.
Dengan proses seleksi ketat, terpilihlah 15 polisi terbaik (dari total ribuan) se-Indonesia, termasuk di dalamnya tercatat nama Anra. Selanjutnya, mereka pun dilatih dan akhirnya diberangkatkan ke Sudan Selatan sekitar 2014 lalu, untuk mewakili Indonesia menjadi Polisi perdamaian PBB.
"Awal bertugas langsung ada unjuk rasa besar dari pengungsi Sudan," kisah Anra. Ketika itu, salahseorang anggota UN Police berpangkat Kolonel dari Negara Jerman memerintahkan tim untuk memasukkan puluhan orang pengunjuk rasa ini ke Holding Facility (semacam penjara).
Namun Anra menolak kebijakan Kolonel tersebut, karena menurutnya para pengunjuk rasa harus ditangani secara layak dan baik. Anra pun berinisiatif membuka komunikasi dengan para pendemo. "Mereka itu ingin diwadahi ke WFP (Worl Food Suplemen, Organisasi PBB yang menangani soal makan pengungsi, red)," urainya.
Segera Anra menyelesaikan inti permasalahan (problem solved) tersebut dengan caranya, dan kaum pengunjuk rasa ternyata dapat menerima kebijakan ini dengan baik. Artinya, tidak perlu ada pihak yang disakiti. Rupa-rupanya, cara penyelesaian Anra yang humanis itulah yang membuat aksinya terdengar hingga ke atas.
Tak lama setelah unjuk rasa itu, Anra yang bergaji $2.550 USD dari UN Police tersebut langsung dipanggil oleh Senior Representatif Secretary General (SRSG) yang dipimpin seorang Jenderal wanita dari Angkatan Darat Negara Inggris. Anra dianggap punya kecakapan yang cukup untuk mengemban jabatan sebagai team leader UN Police.
Kini Anra membawahi 35 anggota dari berbagai negara di dunia. Bahkan diantara mereka ada yang berpangkat Jenderal (2 orang) dan belasan anggota berpangkat Kolonel serta Letnan Kolonel. Sementara ia sendiri hanyalah Bintara Polri yang berpangkat Bripka (setara Sersan Mayor di TNI).
"Awalnya cukup berat, karena saat itu saya pergi ke Sudan meninggalkan istri yang sedang hamil muda. Ini tantangan lain," kata Anra saat bertandang ke Humas Polda Riau, disela-sela masa cutinya dari tugas sebagai polisi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau UN Police. ***
- See more at: http://www.goriau.com/berita/umum/hebat-polisi-riau-berpangkat-bripka-ini-ditunjuk-pbb-pimpin-2-jenderal-dan-belasan-kolonel-di-un-police-berikut-kisahnya.html#sthash.n5WqGKR3.WrIspN8V.dpuf
Sebelum menjadi tim leader UN Police, Anra sempat bertugas sebagai penyidik di Reserse Kriminal Polda Riau. Kemudian pria tegap ini ikut seleksi menjadi UN Police yang diumumkan Mabes Polri, dengan tempat penugasan di Darfur, Sudan Selatan. Ketika itu, ada ribuan anggota Polri (termasuk Anra) yang turut mendaftar.
Dengan proses seleksi ketat, terpilihlah 15 polisi terbaik (dari total ribuan) se-Indonesia, termasuk di dalamnya tercatat nama Anra. Selanjutnya, mereka pun dilatih dan akhirnya diberangkatkan ke Sudan Selatan sekitar 2014 lalu, untuk mewakili Indonesia menjadi Polisi perdamaian PBB.
"Awal bertugas langsung ada unjuk rasa besar dari pengungsi Sudan," kisah Anra. Ketika itu, salahseorang anggota UN Police berpangkat Kolonel dari Negara Jerman memerintahkan tim untuk memasukkan puluhan orang pengunjuk rasa ini ke Holding Facility (semacam penjara).
Namun Anra menolak kebijakan Kolonel tersebut, karena menurutnya para pengunjuk rasa harus ditangani secara layak dan baik. Anra pun berinisiatif membuka komunikasi dengan para pendemo. "Mereka itu ingin diwadahi ke WFP (Worl Food Suplemen, Organisasi PBB yang menangani soal makan pengungsi, red)," urainya.
Segera Anra menyelesaikan inti permasalahan (problem solved) tersebut dengan caranya, dan kaum pengunjuk rasa ternyata dapat menerima kebijakan ini dengan baik. Artinya, tidak perlu ada pihak yang disakiti. Rupa-rupanya, cara penyelesaian Anra yang humanis itulah yang membuat aksinya terdengar hingga ke atas.
Tak lama setelah unjuk rasa itu, Anra yang bergaji $2.550 USD dari UN Police tersebut langsung dipanggil oleh Senior Representatif Secretary General (SRSG) yang dipimpin seorang Jenderal wanita dari Angkatan Darat Negara Inggris. Anra dianggap punya kecakapan yang cukup untuk mengemban jabatan sebagai team leader UN Police.
Kini Anra membawahi 35 anggota dari berbagai negara di dunia. Bahkan diantara mereka ada yang berpangkat Jenderal (2 orang) dan belasan anggota berpangkat Kolonel serta Letnan Kolonel. Sementara ia sendiri hanyalah Bintara Polri yang berpangkat Bripka (setara Sersan Mayor di TNI).
"Awalnya cukup berat, karena saat itu saya pergi ke Sudan meninggalkan istri yang sedang hamil muda. Ini tantangan lain," kata Anra saat bertandang ke Humas Polda Riau, disela-sela masa cutinya dari tugas sebagai polisi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau UN Police. ***
- See more at: http://www.goriau.com/berita/umum/hebat-polisi-riau-berpangkat-bripka-ini-ditunjuk-pbb-pimpin-2-jenderal-dan-belasan-kolonel-di-un-police-berikut-kisahnya.html#sthash.n5WqGKR3.WrIspN8V.dpuf
Bripka Anra Nosa merupakan satu kebanggaan putra bangsa Indonesia yang dapat bertugas di satuan United National Police sejak bulan Agustus tahun 2014, anggota Bintara
Kepolisian Daerah (Polda) Riau ini sukses mengharumkan nama Polri dikancah
dunia. Meski baru berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka), pria berumur 33
tahun tersebut sudah diangkat menjadi team leader di United Nation Police (polisi
PBB).
Anra di United Nation
(UN) Police selaku Team Leader, dalam menjalankan tugasnya punya anggota tim yang pangkatnya justru jauh lebih tinggi
borbanding koadaan pangkatnya. Di kesatuannya Anra membawahi 35 orang anggota dari berbagai negara di belahan bumi yang tergabung dalam UNO, dimana diantaranya ada yang
berpangkat Jondoral, belasan personil lainnya berpangkat Kolonel dan Letnan
Kolonel di negara mereka masing-masing. Sebelum menjadi tim leader UN
Police, Anra sempat bertugas sebagai penyidik di Reserse Kriminal Polda Riau sebelum menjadi Tim Leader UN Police.
Ketika ada penerimaan untuk bertugas di Tim Leader UN Police, pria tegap ini ikut seleksi yang dilaksanakan di Mabes
Polri, setelah lulus ia dittugaskan di Darfur, Sudan Selatan, ketika itu, ada ribuan
anggota Polri (termasuk Anra) yang turut mendaftar.
Setelah melalui proses seleksi ketat dan
Anra terpilihlah menjadi 15 polisi terbaik (dari total ribuan) se-Indones. Kemudian mereka yang terpilih dilatih sesuai kebutuhan tugasnya nanti dan akhirnya
diberangkatkan ke Sudan Selatan sekitar 2014 lalu, untuk mewakili Indonesia
menjadi Polisi perdamaian PBB. Kata orang dulu kadang suatu bencana menjadi peluang baik tergantung bagaimana kita menyikapinya, sebagaimana yang dialami Anra " Awal bertugas langsung ada
unjuk rasa besar dari pengungsi Sudan, " kisah Anra. Ketika itu,
salahseorang anggota UN Police berpangkat Kolonel dari Negara Jerman
memerintahkan tim untuk memasukkan puluhan orang pengunjuk rasa ini ke Holding
Facility (semacam penjara).
Mungkin dengan bekal pendidikan terakhirnya di S2 (Master) yang ia selesaikan di Universitas Islam Riau Jurusan Hukum bidang Criminalistic and Criminal Science tahun 2012 telah membekali dirinya dalam mematangkan sikap untuk menyikapi tugasnya. Sehingga Anra menolak kebijakan Kolonel
tersebut karena menurutnya para pengunjuk rasa harus ditangani secara layak
dan baik. Anra pun berinisiatif membuka komunikasi dengan para pendemo.
"Mereka itu ingin diwadahi ke WFP (Worl Food Suplemen, Organisasi PBB yang
menangani soal makan pengungsi, red)," urainya.
Segera Anra menyelesaikan inti
permasalahan (problem solved) tersebut dengan caranya, dan kaum pengunjuk rasa
ternyata dapat menerima kebijakan ini dengan baik. Artinya, tidak perlu ada
pihak yang disakiti. Rupa-rupanya, cara penyelesaian Anra yang humanis itulah
yang membuat aksinya terdengar hingga ke atas.
Pemerintah Indonesia untuk tahun 2016 tetap akan memperkuat dukungannya terhadap misi perdamaian PBB dalam berbagai aktipitas, diantaranya dalam penglibatan United Nation Police di berbagai belahan bumi untuk menjaga perdamaian. " Pemerintah RI telah menyiapkan satuan tugas Batalyon Komposit 800 personal, Satuan tugas Formed Police Unit (FPU) 140 personal dan telah melatih 100 personal polisi terrmasuk 40 polisi wanita untuk misi pemeliharaan perdamaian PBB ", kata Andy Rachmianto dari Kementerian Luar Negeri (29/7/2015).
Pemerintah Indonesia untuk tahun 2016 tetap akan memperkuat dukungannya terhadap misi perdamaian PBB dalam berbagai aktipitas, diantaranya dalam penglibatan United Nation Police di berbagai belahan bumi untuk menjaga perdamaian. " Pemerintah RI telah menyiapkan satuan tugas Batalyon Komposit 800 personal, Satuan tugas Formed Police Unit (FPU) 140 personal dan telah melatih 100 personal polisi terrmasuk 40 polisi wanita untuk misi pemeliharaan perdamaian PBB ", kata Andy Rachmianto dari Kementerian Luar Negeri (29/7/2015).
Tak lama setelah unjuk rasa itu,
Anra yang bergaji $2.550 USD dari UN Police tersebut langsung dipanggil oleh
Senior Representatif Secretary General (SRSG) yang dipimpin seorang Jenderal
wanita dari Angkatan Darat Negara Inggris. Anra dianggap punya kecakapan yang
cukup untuk mengemban jabatan sebagai team leader UN Police.
Kini Anra membawahi 35 anggota dari
berbagai negara di dunia. Bahkan diantara mereka ada yang berpangkat Jenderal
(2 orang) dan belasan anggota berpangkat Kolonel serta Letnan Kolonel.
Sementara ia sendiri hanyalah Bintara Polri yang berpangkat Bripka (setara
Sersan Mayor di TNI).
byRyanSyahputra drFacEBooKhumaspolri.
Biar sukses dalam tugas haruslah Berilmu dan Beriman.
(LegendarisMatJais)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar