NusanTaRa.Com
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.504
pulau dan 95.181 kilometer persegi garis pantai. 80% penduduk Indonesia
hidup di kawasan pesisir dan bergantung pada ekosistem laut. Selain laut kita kaya akan
ikan yang beragam, terumbu karang, rumput laut dan lainnya merupakan
suatu anugerah yang dapat kita banggakan dan syukuri, juga merupahkan kantuung sumberdaya mineral dan sumberdaya yang terbarukan yang cukup melimpah yang tentunya kan menjadi potensi ekonomi yang baik untuk dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat.
Indonesia sebagai negara bahari yaitu wilayah dan kehidupan masyarakatnya terkait erat dengan kelautan, sehingga Laut merupakan hal yang tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya kebaharian masyarakat Indonesia sejak dulu yang melahirkan kearipan lokal yang dipegang dengan patuh dalam bersatu dan berdampingan laut membuat itu kehidupan laut dapat terjamin dengan baik. Seiring jaman tuntutan kehidupan modern yang terlepas dari budaya kearipan dan hasil yang sangat melimpah serta keterlibatan masyarakat asing dikawasan tersebut membuat laut semakin tidak save dan perlu perhatian khusus.
Meskipun pemerintah
telah berinisiatif dalam berbagai upaya konservasi dan peningkatan pengawasan, masih terdapat
berbagai ancaman yang dapat mengganggu keagungan ekosistem laut kita. Sebagai
penduduk Indonesia, kita jangan hanya tergantung pada pemerintah, sebisa
mungkin kita harus menjaga dan melestarikan laut yang kita punya serta kembali melirik budaya kearipan lokal yang bijaksana memanfaatkan laut. Untuk
menjaga dan melestarikannya, kita perlu tahu ancaman apa saja yang
dapat membahayakan sistem laut kita, berikut ulasan faktanya :
1. Pembangunan yang mengarah pada Kemaritiman
Arah pembangunan yang bertumpu lebih pada pemanfaatan sumberdaya kelautan sebagai satu basis kekuatan ekonomi nasional utamanya di era Jokowi sekarang yang bergerak dari pantai hingga ke laut lepas tentunya akan berdampak positip bagi kemampuan ekonomi nasional, namun hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh negatip bagi eksisitensi laut sebagai wahana hidup alami. Pembangunan kemaritiman di wilayah pantai akan menggusur beberapa landscap yang mendukung pertumbuhaan alami kelautan seperti kepelabuhanan dan pendukungnya, Penambangan sumberdaya mineral di lepas pantai juga berdampak negatip kalau saja tidak dikembangkan dengan bijaksana dan pengembangan kemaritiman juga mendesak eksplorasi secara maksimal potensi Hayati kelautan demi kesejahteraan masyarakat yang dapat menimbulkan overfishing serta durasi pelayaran yang tinggi merusak keramahan hidup di laut,
2. Buruknya kondisi terumbu karang Indonesia
Terumbu karang di laut selain menjadi habitat bagi kehidupan laut juga memberikan
ketersediaan makanan bagi beragam jenis mahluk laut dan tempat perlindungan yang baik. Selain itu terumbu
karang juga dapat membantu mengurangi abrasi dan kerusakan pantai. Namun
menurut data LIPI 2012, hanya 5,3% terumbu karang Indonesia yang
tergolong sangat baik. Sisanya 27,18% berada dalam kondisi baik, 37,25%
dalam kondisi cukup, dan 30,45% berada dalam kondisi buruk. Menurunnya kondisi karang tak lepas dari kurang bijaknya kita dalam memanfaatkannya seperti mengambil karang untuk berbagai kepentingan, kurang ramah dalam mengeksploitasinya serta berbagai hal.
3. Jumlah hutan mangrove yang terus berkurang
Menurut laporan FAO pada tahun 2007,
Indonesia memiliki ekosistem mangrove terbesar di dunia. Dengan 48
spesies mangrove yang ada, Indonesia menjadi pusat dari keanekaragaman
hayati mangrove dunia. Akan tetapi sejak tahun 1982 hingga tahun 2000
Indonesia telah kehilangan lebih dari setengah hutan mangrove nya, dari
4,2 juta hektar menjadi hanya 2 juta hektar.
4. Peningkatan sedimentasi
Sidimentasi yang semakin meningkat baik yang bersumber dari daratan pedalaman yang terbawa air sungai maupun pola abrasi di siring pantai dengan sendirinya akan berakibat semakin tingginya material tanah atau pasir yang terbawa kelaut dan akan menutup areal koral sehingga mati menjadi lanun-lanun yang tandus. Disamping itu material dari daratan tersebut di air laut akan mengurangi daya tembus cahaya ke dasar laut yang sangat berguna bagi kehidupan di laut. Sehingga tak heran beberapa habitat koral yang berada dekat pantai lenyap yang akan dikuti dengan menurunya potensi hayati di kawasan tersebut dulunya kawasan indah menjadi kawasan perairan yang gersang.
5. Krisis Ikan
Indonesia merupakan produsen perikanan
terbesar ketiga di dunia, setelah Tiongkok dan Peru. Akan tetapi saat
produksi perikanan Indonesia meningkat, kita mengalami ancaman akibat
krisis ganda dari memburuknya ekosistem kelautan. Gejala tersebut mulai
dapat dirasakan untuk beberapa komoditas penting seperti pelagis besar,
pelagis kecil, udang, dan ikan demersal. Selain itu kelangkaan juga
dapat terlihat dari mengecilnya ukuran ikan dan turunnya jumlah
tangkapan. Kelangkaan ikan ini membawa dampak yang besar bagi nelayan
kecil yang menggantungkan hidup sehari-harinya pada ikan karena mereka
harus mengeluarkan bahan bakar lebih untuk mencapai lokasi penangkapan
yang semakin jauh dari tepi pantai.
6. Penangkapan ikan ilegal (IUU Fishing)
Pada dasarnya potensi laut untuk di garap tapi hendaklah dengan bijak sehingga laut dapat indah bagi kita karena menyajikan potensi yang berelanjutan, karena bila tak dimanfaatkan aka merugi juga akan terjadi mati alami tanpa termanfaatkan. Perairan Indonesia kerap kali menghadapi
para nelayan ilegal yang menangkap ikan dari laut Indonesia baik nelayan lokal maupun asing yang cenderung menangkap dengan berlebihan dan tak selektip. Patroli
rutin yang dilakukan Kementrian Kelautan dan Perikanan masih belum
memberikan dampak yang berarti. Dari 4.326 unit kapal yang diperiksa,
hanya puluhan kapal yang akhirnya masuk pengadilan.
7. Kesemrautan pola Pelayaran
Sebagai negara Archipilago sudah tentu transportasi laut menjadi sarana yang penting bagi hubungan antar daerah yang melewati berbagaai kawasan laut, seiring waktu pertumbuhan armada pelayaran baik pemerintah, perusahaan dan rakyat semakin meningkat semua dapat dilihat dengan jumlah armada dan pertumbuhan kepelabuhan yang hampir dimiliki setiap kecamatan di pesisir. Pertumbuhan tersebut belum didukung dengan sisitem pengaturan dan pengawasan pelayaran yang memadai sehingga dapat merusak laut dari berbagai segi potensi perikanan baik langsung maupun tidak langsung. Pelayaran yang melintasi kawasan yang potensial akan pertumbuhan ikan dengan durasi pelayaran yang tinggi dengan sendirinya akan dapat mengganggu pertumbuhaan potensi tersebut.
byMcDonaldBiunG
Indonesia masyarakat Bahari,
Arif menggunakan laut membawa berkah yang lestari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar