NusanTaRa.Com.
Hari Gawai merupakan satu prosesi adat masyarakat Dayak Kalimantan
yang dipersembahkan pada penguasa alam dan arwah leluhur sebagai rasa
syukur atas apa yang mereka peroleh atau kebaikan yang telah melimpahi
kehidupan mereka atau satu permohonan masyarakt pada penguasa alam untuk
memperoleh keberhasil atau hasil yang baik atas usaha mereka. Pesta
ini tentunya mempunyai keragaman yang banyak tergantung daerah dan jenis
Gawai yang mereka laksanakan seperti Naik Dango untuk perayaan Panen
Padi. Saat ini Pelaksanaan Gawai telah dikemas dengan berbagai
aktipitas yang dapat menyemarakkan perayaan dan mempersatukan kehidupan
masyarakat dayak.
Pesta Gawai saat ini dikemas dalam satu bentuk yang sangat menarik selain dengan acara ritual pormal terkait dengan acara tersebut, juga diisi dengan perbagai kegiatan yang dapat meningkatkan persatuan masyarakat, pentas kesenian, perlombaan dan sebagainya bahkan kegiatan ini menjadi satu paket Wisata daerah sehingga dalam pelaksanaan ini banyak atribut dan umbul-umbul yang menghiasi daerah peryaan dengan berbagai kalimat sambutan seperti dibawah ini.
“Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata”
Kalimat tersebut bermakna, “Adil dan toleran terhadap sesama, bercermin
ke surge dan setiap tarikan napas harus patuh terhadap Tuhan. Setiap
ada yang mengucapkan salam tersebut, orang harus menjawab, arus, arus,
arus yang berarti mengiyakan dan mengharapkan salam itu akan terpenuhi
dalam kehidupan semua orang."
Salam tersebut kerap dijumpai dalam
setiap upacara adat Naik Dango yang merupakan sebuah upacara Gawai untuk
menghaturkan rasa syukur terhadap Nek Jubata atau Sang Pencipta atas
berkah yang diberikannya berupa hasil panen (padi) yang berlimpah. Tidak
hanya itu, upacara yang biasa dilakukan oleh masyarakat adat Dayak
Kanayatn yang mendiami Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, hingga
Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat tersebut diselengarakan secara rutin
setiap tahun.
Upacara Naik Dango memiliki empat kegiatan utama.
Yang pertama berjuluk Batutuk atau kegiatan menumbuk padi dalam lesung
untuk mendapatkan beras, tepung beras (sunguh) atau beras ketan (poe’)
untuk persiapan ritual makan bersama atau sesaji.
Kemudian
disusul dengan acara Matik alias mengucapkan doa untuk menyampaikan
maksud dan niatan kepada Nek Jubata agar member restu pada pelaksanaan
upacara Naik Dango. Di sini disajikan juga perangkat adat berupa Tumpi
Sunguh (cucur putih), Solekng Poe” (ruas bambu berisikan ketan masak),
hingga Sirih Masak (daun sirih, pinang siap kunyah dan gulungan rokok
daun nipah).
Perhelatan Naik Dango memiliki inti upacara berupa
Nyangahathn alias melantunkan doa dan mantra-mantra oleh Panyangahatn
(imam adat) untuk memanggil semangat padi, mengucapkan syukur kepada
Tuhan atas anugerah yang diberikannya berupa panen padi sampai memohon
ampun kepada Nek Jubata atas dosa dan kesalahan dan meminta agar
diberikan kesejahteraan pada tahun yang akan datang.
Selanjutnya
para peserta upacara akan saling mengunjungi rumah kerabat dan tetangga
dan disajikan kudapan atau penganan berupa poe atau salikat (lemang atau
pulut yang terbuat dari beras ketan yang ditanak di dalam batang
bambu), tumpi cucur (campuran tepung terigu dan tepung beras yang diaduk
dengan gula merah dan digoreng), Bontonkng (berbahan baku beras
sunguh/beras lading-Bontonkng Sumuh dan yang berbahan dasar beras pulut
ladang alias Bontonkng Poe’).
Naik Dango sendiri bermula dari
mitos asal mula padi mashyur di antara orang Dayak Kalimantan Barat
lewat kisah Ne Baruankng Kulup. Cerita tersebut diawali dengan asal mula
padi milik Jubata di Gunung Bawang yang dicuri oleh burung pipit. Padi
tersebut kemudian jatuh ke tangan Ne Jaek yang sedang mengayau alias
memenggal. Akibat hanya membawa setangkai padi dan bukan kepala, maka Ne
Jaek pun menuai ejekan.
Keteguhan Ne Jaek yang ingin
membudidayakan padi tersebut menyebabkan pertentangan di sukunya yang
berimbas pada diusirnya Nenek Jaek dari kampungnya. Dalam
pengembaraannya, dia bertemu dengan Jubata dan lalu menikah. Perkawinan
tersebut menghasilkan Ne Baruankng Kulup yang akhirnya membawa padi
kepada “Talino” (manusia) akibat senang turun ke dunia untuk bermain
Gasing. Hal tersebut membuat Ne Baruankng Kulup diusir dari Gunung
Bawang dan kemudian menikah dengan manusia. Dial ah yang mengenalkan
padi (beras) untuk menjadi makanan utama manusia menggantikan Kulat
(jamur).
Pada hakekatnya, upacara Naik Dango memiliki tiga aspek.
Aspek tersebut antara lain aspek kehidupan masyarakat agraris di mana
masyarakat Dayak mengungkapkan tradisi bercocok tanam dengan padi
sebagai panen utamanya. Aspek kedua adalah aspek kehidupan religious.
Lewat Naik Dango, masyarakat Dayak mengekspresikan rasa syukur, terima
kasih dan hormat kepada Tuhan atas panen yang mereka peroleh. Aspek yang
terakhir adalah aspek kekeluargaan, solidaritas dan persatuan.
Penyelenggaraan Naik Dango secara serentak dalam wilayah kesatuan hukum
adat (binua) merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mempererat
silaturahmi antar keluarga khususnya dan masyarakat Dayak umumnya.
Pesta Gawai yang umumnya diselengarakan masyarakat suku dayak Kalimantan beragam jenisnya tergantung suku dayak dan kediamannya, seperti Pesta gawai di Pontianak yang dilaksanakan setiap 20 mei itu, pada dasarnya upcara ritual yang meliputi, Upacara dimulai dengan upacara adat bapipis, prosesi ini seperti
sebuah pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu upacara
dipantak atau panyugu, di saat inilah para pemimpin upacara adat akan
memanjatkan doa kepada Tuhan dan para leluhur supaya segala acara
berjalan dengan lancar. Yang ketiga adalah upacara adat nyahaten masak yang merupakan acara
memasak ayam yang akan dimasak ramai-ramai dan dinikmati beramai-ramai,
bagian ini seperti puncak pada upacara Ngampar Bide. Dan masih banyak jenis lainnya.
Mau tahu tentang Gawai Dayak ?
Bisa lihat ini :
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=465113880249984&set=a.245719275522780.56815.100002541279618&type=1&theater
Bisa lihat ini :
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=465113880249984&set=a.245719275522780.56815.100002541279618&type=1&theater
byIanApokayan(FB)
Pesta Gawai dirayakan masyarakat pedalaman,
Agar Arwah leluhur selalu melimpahkan rahmat dan keselamatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar