NusanTaRa.Com. Penyedap rasa
merupakan bumbu yang ditambahkan pada masakan agar dapat lebih memberikan rasa
lebih enak dan menimbulkan rasa khas dari masakan tersebut. Nusantara negeri yang kaya akan fauna dan
flora sebagai bahan dasar pangan dengan sendirinya mengilhami penduduk daerah
tersebut untuk memiliki berbagai menu masakan yang dapat dibanggakan bahkan
sitandeng dengan masakan dunia lainnya, sebut saja Coto Makassar, Gado-Gado, Nasi Kuning, Soto Banjar, Empe-empe Palembang
dan sebagainya bahkan banyak diantaranya telah disajikan sebagai kuliner
Internasional.
Kekayaan budaya kuliner bangsa Indonesia tentunya tidak lepas dari
banyaknya rempah dan bumbu yang menjadi penyedap masakan yang terdapat di
Indonesia seperti Cengkeh, Merica, Garam, Pala, Kayu Manis, Serai dan masih
banyak yang lainnya. Diantara bumbu tersebut
Indonesia juga memiliki Bumbu Penyedap rasa yang dapat dibanggakan sebagai
produk Nusantara dan mampu memberikan satu cita rasa masakan yang
sangat enak yaitu TERASI, semisal jika
anda membuat menu Sambal, Gado-Gado, sayur, masak daging dan ikan jika diberikan penyedap
rasa Terasi maka akan menjadi lebih gurih.
Mencari daerah asal pembuatan Terasi tentunya bukanlah hal yang muda
karena kita harus memutar balik berbagai sejarah kejadian untuk mendapatkan
sumber yang benar, Dari berbagai sejarah
yang ada saya menemukan sejarah Tuban, Cirebon, Ambon, Bagan siapi-api, Thailand, Pare-Pare, Sidoarja
yang dalam sejarahnya sejak dulu kala telah mengenal pembuatan TERASI dan
sebagian besar diantaranya hingga kini masih memproduksi terasi.
Buku “ Jaringan Asia “ by Denny Lombard 1996, menyebutkan bahwa tahun 1387 M di daerah
Lasem Pantai utara Pulau Jawa ditemukan
petakan sawah dan tambak-tambak ikan yang diperuntukkan sebagai tempat
pembuatan Terasi. Catatan kaki De Haan
pada sumber yang sama, De Haan mengutip “ Priangan “ sebuah tanah kecil di Pamotan
milik raja yang diperuntukkan sebagai tempat pembuatan terasi bagi keperluan
Keraton, dan dalam catatan itu bahwa Terasi disebut sebagai Belacan.
Diperkirakan terasi atau belacan telah dikenal penjelajah Eropah dari
negeri kepulauan Nusantara sejak akhir abad ke 17. Tahun 1880-an Penjelajah Natural asal
Inggris, Henry Ogg Forbess dan istrinya Anna Forbess telah menjelajah Nusantra
yang bermula di Batavia-Makassar dan Ambon, di Kota Ambon inilah Anna Forbess
mulai mengenal Terasi, dimana masyarakatnya bahkan juru masaknya sendiri Kobez
(Nyong Ambon manise) banyak menyajikan masakan dengan menggunakan Terasi dan
beliau sendiri mengagumi rasa tersebut meski realitanya ia merasa bau yang
menyengat dan menjijikkan awalnya, dalam
salah satu catatannya ia menulis “ Sari barang busuk (terasi) itu telah digunakan
sebagai bumbu “. Seabad kemudian kisah
perjalanan tersebut diterbitkan dalam buku berjudul " Unbeaten
Tracks in Islands of The Far East ".
Mungkin
catatan tertua tentang Terasi bagi penjelajah Eropah ditorehkan William Dampier, penjelajah Inggris pertama yang mengelilingi dunia
sebanyak tiga kali sejak 1679 – 1691 dan telah mendarat di Australia 80 tahun
sebelum Kapten James Cook mendarat di sana. Dalam catatan penjelajahan Dampier berjudul " A
New Voyage Round the World " terbit tahun 1707, tercatat Dampier sempat mampir di daerah Ambon mengungkapkan dan mengungkapkan “
Sebuah komposisi bau yang kuat namun
menjadi hidangan yang lezat bagi penduduk asli “ dan " Campuran udang dan ikan kecil dibuat semacam
acar lembut ditambah garam dan air dimasukkan dalam bejana dari tanah liat yang
tertutup rapat ".
Diperkirakan
keberadaan terasi di Daerah Cina selatan dibawa
pedagang dari Asia tenggara dan Indo-China sebagaimana bumbu kari dari
India. Periode tahun 1928-1931 usaha perikanan di daerah pesisir sumatera
seperti Medan dan Bagan Siapi-api mencapai kejayaannya sehingga daerah ini
banyak mengirimkan ikan dan Terasinya ke Jawa, Madura bahkan ke China Selatan
hingga berpuluh ribu ton per tahunnya.
Saat ini
produksi Terasi tentunya telah jauh berbeda dengan tempo Doeloe yang umumnya
berupa pasta agak basah yang dibungkus anyamana daun dan sangat berbau,
sekarang Terasi sangat bagus cita rasa yang baik, aroma kurang menusuk, dalam
berbagai kemasan dibungkus plastic, kotak, kaleng bahkan ada yang berupa serbuk
kering. Daerah di Nusantara yang masih
potensial dengan produksi Terasi seperti Ambon, Pare-Pare, Bitung, Bontang,
Sidoarjo, Bima, Tuban, Cirebon, Bagan siapi-api dan masih banyak yang lainnya.
Cara
pembuatan Terasi : Bahan dasarnya Udang
dan Ikan kecil (umumnya udang Rebon), Garam dan
Pewarna. Udang atau Ikan di
Jemur, setelah agak kering di Tumbuk halus, dijemur lagi sampai kering kemudian
ditambah garam secukupnya (berfungsi pengawet dan penambah rasa)dan zat pewarna
(merah) ditumbuk lagi kemudian disimpan
dalam bejana tertutup dalam dua hari setelah itu dapat dikemas atau dapat
dibuat serbuk halus dengan ditumbuk halus kemudian di panaskan hingga kering.
Selamat mencoba.
Jika anda
membutuhkan terasi anda dapat menghubungi alamat di bawah ini,
1. TERASI
LOMBOK
Kampung Media At Tabayyun
Alamat : Jl. Balok Datok, Km 1 Montong Gamang - Janapria, Kopang Lombok Tengah 83554 Tlp. 081936772005 (XL, 081232197234 (TELKOMSEL) BB . Pin 25B9A3E1.
2. LANDI FOODS - BONTANG
Jln. Ternate 8 HOP E No. 57
Bontang, Kalimantan Timur-Indonesia
Telp. (0548) 557415 - E-mail : herlinawhd@yahoo.co.id
Kampung Media At Tabayyun
Alamat : Jl. Balok Datok, Km 1 Montong Gamang - Janapria, Kopang Lombok Tengah 83554 Tlp. 081936772005 (XL, 081232197234 (TELKOMSEL) BB . Pin 25B9A3E1.
2. LANDI FOODS - BONTANG
Jln. Ternate 8 HOP E No. 57
Bontang, Kalimantan Timur-Indonesia
Telp. (0548) 557415 - E-mail : herlinawhd@yahoo.co.id
byBakriSupian
Terasi
terbuat dari Udang dan Ikan Kocil,
Terasi
penyedap rasa warisan budaya bercitarasa lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar