Minggu, 25 Januari 2015

JATUHNYA AIR ASIA QZ8501 TRAGEDI TERBESAR PENERBANGAN INDONESIA


" NOW EVERYONE CAN FLY "



NusanTaRa.Com 
 

Tragedi jatuhnya pesawat Komersil AirAsia  QZ8501 pada  28 Desember 2014 jam 07.10 WIB di Perairan selat Karimata dalam penerbangan  Surabaya – Singapore,  merupakan satu kado duka bagi bangsa Indonesia di penghujung tahun 2014 dengan menelan korban 162 orang terdiri dari 155 penumpang dan 7 orang crue pesawat sekaligus sebagai satu sejarah bencana terbesar dalam dunia penerbangan di tanah air setelah Kegagalan mendarat Garuda Indonesia GA 152 Airbus A300-B4 di Buah Nabar 32 km dari Polonia Medan menewaskan 234 orang pada 26 September 1977 dan Adam Air pada 1 Januari 2007 yang jatuh di Perairan Selat Makassar Majene dengan korban 102 jiwa dalam penerbangan dari Juanda Surabaya menuju ke Menado, pesawat tersebut tenggelam pada kedalaman 2.000 meter.  

Jatuhnya Air Asia QZ8501 di perairan Selat Karimata dekat pangkalan Bun Kalimantan Tengah awalnya menimbulkan berbagai spekulasi tentang musibah tersebut seperti terhadang ketebalan awan Cumulunimbus, Baling-baling pesawat mengalami kerusakan akibat kemasukan Krista-kristal es, Cuaca buruk, Adanya sabotase teroris dan sebagainya hingga penyebab yang non tehnis seperti Penerbangan Air Asia LCC tersebut saat lepas landas tidak pada jadwalnya, Pilot saat terbang tidak mengkonfirmasi ke sentral terkait kondisi cuaca di jalur penerbangan yang akan dilalui sebagaimana Standar Operasional prosedur penerbangan, Saat tinggal landas pesawat tidak melakukan pengecekan tehnis pesawat, Sistem Pelayanan penerbangan yang diterapkan Air Asia QZ 8501 Low Cost Carrier berakibat kurangnya pelayanan keselamatan penerbangan karena banyak standar penerbangan, pelayanan dan perawatan penerbangan yang tidak dipenuhi dan serta anggapan yang berbau mistik, turut meramaikan berita seputar kejatuhan Air Asia dan menjadi konsumsi bagi berbagai Media masa sebagai bahan berita.

Air Asia LCC meninggalkan Juanda Airport Surabaya jam 05.38 WIB menuju Singapura,  kontak terakhir dengan Air Traffic Control (ATC) Jakarta sebagai pengatur jalur penerbangan selanjutnya menuju Singapura pada 06.18 WIB dan dinyatakan hilang pada jam 07.51 WIB.   Komunikasi yang terjadi saat kontak terakhir tersebut Pilot Irawan meminta izin naik Flight Level 38 ribu kaki dari 34 ribu kaki, namun operator belum memberikan jawaban sebab saat itu ada enam pesawat lain yang berada di jalur penerbangan tersebut, setelah 4 menit dihubungi kembali untuk memberikan izin naik ke 35 ribu kaki tapi kontak sudah hilang.

Pasca diumumkan  hilangnya  Air Asia QZ8501 pada 28 Desember 2014 jam 07.51 setelah beberapa menit tidak ada kontak ATC yang kemudian diakui KNKT (Komite Nasional Keselamatan Terbang) maka dimulailah kesibukkan pencarian Lokasi jatuhnya Air Asia untuk menemukan Body pesawat dan Jazad Penumpang berdasarkan beberapa data yang ada yang dikoordinir oleh Basarnas (Badan Sar Nasional) dengan melibatkan satuan Angkatan Laut, Angkatan Udara, Kementerian Perhubungan dan berbagai organisasi.    Sejak awal pencarian yang dipusatkan di titik sekitar Pulau Bitung dan selat Karimata  dengan mengerahkan Pesawat, Helikopter dan satuan Kapal KRI dengan mengalami banyak hambatan dan terkadang terjadi penundaan pencarian seperti yang disebabkan Cuaca buruk, Ombak besar dan berawan.

Pencarian Jatuhnya Pesawat Air Asia mendapat simpati dan dukungan dari beberapa Negara sahabat seperti Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Pilippina dan Australia dengan mengirimkan kapal dan pesawat pencari serta sarana bantuan lain seperti tenaga medis dan peralatan operasional lainnya.   

Kota Pangkalan Bun Kab. Waringan Barat  Kalimantan Tengah akhirnya dijadikan sebagai pangkalan operasional pencarian jatuhnya pesawat dan bantuan terhadap berbagai operasional karena berada tidak jauh dari lokasi jatuhnya pesawat, Memiliki Pelabuhan Laut dan Udara yang memadai dan sarana pendukung operasional lainnya.   Surabaya sebagai pusat operasionil untuk penanganan lebih lanjut,  seperti Penemuan Jenazah akan diangkut ke Surabaya menggunakan pesawat Herkulis  untuk mendapatkan penangan selanjutnya di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya, seperti otopsi keperluan medis dan penyerahan jenazah pada keluarganya. 

31 Desember 2014, Tim Basarnas berhasil menemukan puing-puing pesawat  dan jasad penumpang di perairan selat karimata.   03 Januari 2015 dua puing ekor pesawat berhasil ditemukan pada koordinat 03.38.36 S dan 109.43.42 T di dasar laut kedalaman 30-35 meter dan berhasil diapungkan pada 10 Januari 2015  dengan balon gas khusus kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL  Laksamana Pertama Marahan Simorangkir.     12 Januari 2015 Kepala BASARNAS Marsekal Madya FHW Soelistya menyatakan telah menemukan  bagian Blac Box Flight Data Recorder (FDR) yang mencatat data penerbangan, sementara alat Perekam suara Cockpit Voice Recorder (CVR) telah diketahui pasti posisinya.    13  Januari 2015 Main Body Air Asia pesawat tipe AirBus A320-200 berhasil ditemukan pada jarak 1,7 mil dari lokasi ekor pesawat.    Kasubag Humas dan Media Basarnas Yusuf Latief menyatakan selama operasi pencarian tersebut hingga tanggal 23 Januari 2015 telah menemukan 65 Jenazah  terakhir menemukan 6 jenazah dari 162 orang penumpang penerbangan tersebut.   Pencarian all body pesawat di dalam perairan yang dikoordinir Basarnas menggunakan  enam kapal KRI Yosudarso, KN Pacitan, Geo Survey, KN Andromeda, KRI Barakuda dan KRI Banda Aceh dengan Tiga Tim Penyelam setiap Tim terdiri dari  lima orang penyelam.

Komite Nasional Keselamatan Terbang (KNKT) sejak awal telah berkomitmen untuk mendapatkan penyebab utama kecelakan pesawat diantaranya akan mengorek info dari Black Box jika nanti ditemukan dan akan menuntut bagi siapa saja yang bersalah.     Menteri Perhubungan Ignatius Jonan sempat mengeluarkan beberapa putusan seputar Kejatuhan Air Asia QZ8501 yang membingungkan seperti Ralat putusan atas Kesalahan Garuda Indonesia dan  TransNusa Air  yang melakukan beberapa pelanggaran rute penerbangan.    Serta Keputusan Jonan melalui Dirjen Perhubungan Udara tentang pemberhentian sementara buat PT. Indonesia Air Asia untuk penerbangan Surabaya-Singapura per 2 Januari 2015, sehubungan dengan jadwal penerbangan Air Asia yang keliru dan Penghentian Penerbangan Air Asia OZ8040 untuk Rute Kualanamu dan Palembang.   CAAS (Civil Aviation Authority of Singapore) sehubungan dengan kesalahan schedule penerbangan tersebut menanggapi bahwa PT  Indonesia Air Asia memiliki penerbangan Surabaya-Singapore  sepekan 4 kali yaitu Senin, Rabu, Jumat dan Ahad yang berlaku  musim dingin 26 oktober 2014 hingga 28 Maret 2015 dan telah disepakati oleh Otoritas penerbangan Indonesia melalui Indonesia Slot Coordination (IDSC) 3 Januari 2014.

Isue kesalahan jadwal penerbangan Air Asia serta beberapa standar operasional Prosedur (SOP)  Penerbangan yang tidak terpenuhi tersebut sempat membuat tanggapa pihak Asuransi dengan pernyataan tidak akan menanggung biaya asuransi semua kecelakaan tersebut karena semuanya faktor kelalaian pihak maskapai, namun akhirnya Pihak asuransi bersedia membayar setelah ada pernyataan bahwa schedule penerbangan dan SOP tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku.


Meski banyak asumsi tentang penyebab jatuhnya Air Asia QZ8501  namun semuanya itu belum dapat di jadikan sarana untuk membuat keputusan karna tidak ada bukti yang kuat.   Tim Investigasi KNKT yang berjumlah 10 orang akan berusaha memecahkan misteri tersebut untuk itu mereka masih memerlukan Black Box, Data dari Air Traffic Control (ATC) dan Komunikasi antara Pilot dengan ATC.   Black Box merupakan  sekumpulan perangkat yang digunakan dalam transportasi yang terdiri dari Perekam data Penerbangan Flight Data Recorder (FDR) dan  Perekam suara Kokpit Cockpit Voice Recorder (CVR),  Perangkat ini dalam setiap Insiden penerbangan selalu menjadi handalan dalam pemecahan persoalan kecelakaan. 

Black Box Air Asia QZ8501 telah ditemukan pada 12 Januari 2015 oleh Tim penyelam Basarnas,   meski informasi dalam FDR belum buka hingga kini tapi CVR oleh tim investigasi telah dibuka yang berdurasi 2 jam menunjukkan kesibukan Pilot Irawan mengendalikan pesawat sehingga tidak sempat berkomunikasi dengan ATC dan kata terakhir yang keluar dari mulut Beliau  “ Allahhu Akbar “.    Bapak  Ignatius Jonan dalam keterangannya mengatakan bahwa pesawat pada detik terakhir menuki cepat keatas dari 32.000 kaki ke ketinggian 37.900 kaki dengan kecepatan 45 detik, menurut Jonan kecepatan pesawat biasa untuk naik setinggi 5.900 kaki dengan kecepatan 45 detik suatu yang tak lazim karena pesawat tempur untuk naik ketinggian 6.000 kaki membutuhkan waktu 1 menit, sehingga kondisi tersebut menyebabkan “ STALL “.

Stall merupakan satu kondisi tertentu yang dialami sebuah pesawat yang jatuh menukik secara tiba-tiba dari suatu ketinggian penerbangan.  Saat ini stall merupakan satu issue terkuat  penyebab Jatuhnya Air Asia QZ8501 yang di ungkapkan Pak Jonan berdasarkan bacaan radar pada ATC pada detik terakhir penerbangan yaitu pukul 06.18 WIB bila ini dikonfirmasikan dengan percakapan terakhir Pilot dengan ATC yang meminta izin untuk menaikkan ketinggian dari 34 ribu kaki ke 38 ribu kaki meski tidak terklarifikasi karena komunikasi kemudian terputus, bila keempat data tersebut di satukan tentunya akan dapat menarik benang putih persoalannya.

Menurut pakar penerbangan kondisi Stall pada pesawat dapat terjadi bila pesawat komersil naik dengan cepat pada ketinggian diatas 37 ribu kaki bila pesawat naik terlalu menukik tajam maka badan pesawat pada ketinggian tertentu dapat dengan mudah  terturun kebelakang  dan  bila terlalu cepat mesin tiba-tiba dapat mati maka pesawat akan menukik turun.  Kesimpulan ini belum pasti hingga semua bahan dikumpulkan termasuk FDR telah terungkap dan dibahas oleh Tim Investigasi KNKT bersama pihak terkait baru disimpulkan Tim Basarnas dan KNKT.


 Kesimpulan akan Stall tersebut bila benar akan mengurangi salah satu asumsi penyebab kecelakaan ini bahwa semua ini disebabkan oleh Pelayanan Penerbangan berbiaya Rendah atau Low Cost Carrier (LCC) yang menjadi satu motto pelayanan penerbangan Air Asia yang berpusat di Malaysia.   Karena dengan pelayanan tersebut banyak tingkat pelayanan dan keselamatan yang tidak dilaksanakan dengan benar untuk menghemat biaya penerbangan hingga ada anggapan bahwa LCC sebaiknya di tiadakan demi keselamatan pengguna penerbangan.  Namun bila kita melihat Krue pesawat yang ikut dalam penerbangan tersebut sebanyak tujuh orang  yang hampir sama dengan pelayanan penerbangan lainnya,   Melihat Keputusan menteri tentang penetapan tarip penerbangan yang membatasi bahwa tarip termurah penerbangan nasional 40 persen dari harga maksimal yang ditetapkan pemerintah pada akhir tahun2014  menjadi satu control yang baik karena keselamatan dan kenyamanan penerbangan sejogyanya tidak hanya menjadi kebebasan Maskapai penerbangan tetapi harus menjadi tanggungjawab pemerintah melalui penetapan aturan dengan perhitungan yang rasional.  Sehingga penghapusan penerbangan dengan pelayanan LCC sebaiknya dipertimbangkan bila  harga tersebut masih dalam batas-batas rasional operasional penerbangan .   Saya terkesan dengan Logo Air Asia  “ NOW EVERYONE CAN FLY  “.

Adalah PT. Awair Indonesia yang berdiri tahun 1999 mulai melakukan penerbangan berjadwal pada tahun 2000 kemudian tutup, 1 Desember 2005 perusahaan tersebut diambil alih oleh PT. Indonesia Air Asia perusahaan ini melayani penerbangan berbiaya rendah dan merupakan perusahaan Lisensi dari Air Asia International yang berpusat di Malaysia dengan CEOnya Tonny Fernandes.  Air Asia Indonesia tahun 2013 telah melayani penerbangan Jakarta-Bandung-Semarang-Jogjakarta-Surabaya-Dempasar-Lombok-Palembang-Pakanbaru dan Medan dengan pesawat Airbus A320-200 sebanyak 22 dan dalam pesanan 38 pesawat.
byBakriSupian, Minggu 26 Januari 2015




Air Asia Penerbangan berbiaya rendah.
Masyarakat membutuhkan kesejahteraan yang memiliki  Marwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...