" NOW EVERYONE CAN FLY "
NusanTaRa.Com
Tragedi jatuhnya pesawat Komersil
AirAsia QZ8501 pada 28 Desember 2014 jam 07.10 WIB di Perairan
selat Karimata dalam penerbangan Surabaya – Singapore, merupakan satu kado duka bagi bangsa
Indonesia di penghujung tahun 2014 dengan menelan korban 162 orang terdiri dari
155 penumpang dan 7 orang crue pesawat sekaligus sebagai satu sejarah bencana terbesar dalam dunia penerbangan
di tanah air setelah Kegagalan mendarat Garuda Indonesia GA 152 Airbus A300-B4 di Buah Nabar 32 km dari Polonia Medan menewaskan 234 orang pada 26 September 1977 dan Adam Air pada 1 Januari 2007 yang jatuh di
Perairan Selat Makassar Majene dengan korban 102 jiwa dalam penerbangan dari Juanda Surabaya menuju ke Menado, pesawat tersebut tenggelam pada kedalaman 2.000 meter.
Jatuhnya Air Asia QZ8501 di perairan
Selat Karimata dekat pangkalan Bun Kalimantan Tengah awalnya menimbulkan
berbagai spekulasi tentang musibah tersebut seperti terhadang
ketebalan awan Cumulunimbus, Baling-baling pesawat mengalami kerusakan akibat
kemasukan Krista-kristal es, Cuaca buruk, Adanya sabotase teroris dan sebagainya
hingga penyebab yang non tehnis seperti Penerbangan Air Asia LCC tersebut saat
lepas landas tidak pada jadwalnya, Pilot saat terbang tidak mengkonfirmasi ke
sentral terkait kondisi cuaca di jalur penerbangan yang akan dilalui sebagaimana Standar Operasional prosedur penerbangan, Saat tinggal landas pesawat tidak melakukan pengecekan tehnis
pesawat, Sistem Pelayanan penerbangan yang diterapkan Air Asia QZ 8501 Low Cost
Carrier berakibat kurangnya pelayanan keselamatan penerbangan karena
banyak standar penerbangan, pelayanan dan perawatan penerbangan yang tidak
dipenuhi dan serta anggapan yang berbau mistik, turut
meramaikan berita seputar kejatuhan Air Asia dan menjadi konsumsi bagi berbagai Media masa sebagai bahan berita.
Air
Asia LCC meninggalkan Juanda Airport Surabaya jam 05.38 WIB menuju Singapura, kontak terakhir dengan Air Traffic Control (ATC) Jakarta sebagai pengatur
jalur penerbangan selanjutnya menuju Singapura pada 06.18 WIB dan dinyatakan
hilang pada jam 07.51 WIB. Komunikasi
yang terjadi saat kontak terakhir tersebut Pilot Irawan meminta izin naik
Flight Level 38 ribu kaki dari 34 ribu kaki, namun operator belum memberikan
jawaban sebab saat itu ada enam pesawat lain yang berada di jalur penerbangan tersebut, setelah 4 menit dihubungi kembali untuk memberikan izin naik ke 35
ribu kaki tapi kontak sudah hilang.
Pasca diumumkan hilangnya
Air Asia QZ8501 pada 28 Desember 2014 jam 07.51 setelah beberapa menit
tidak ada kontak ATC yang kemudian diakui KNKT (Komite Nasional Keselamatan
Terbang) maka dimulailah kesibukkan pencarian Lokasi jatuhnya Air Asia untuk menemukan Body pesawat dan Jazad Penumpang berdasarkan beberapa data yang ada yang dikoordinir oleh
Basarnas (Badan Sar Nasional) dengan melibatkan satuan Angkatan Laut, Angkatan
Udara, Kementerian Perhubungan dan berbagai organisasi. Sejak awal pencarian yang
dipusatkan di titik sekitar Pulau Bitung dan selat Karimata dengan mengerahkan Pesawat, Helikopter dan
satuan Kapal KRI dengan mengalami banyak hambatan
dan terkadang terjadi penundaan pencarian seperti yang disebabkan Cuaca buruk, Ombak besar dan berawan.
Pencarian Jatuhnya Pesawat Air Asia
mendapat simpati dan dukungan dari beberapa Negara sahabat seperti Amerika
Serikat, Malaysia, Singapura, Korea Selatan,
Pilippina dan Australia dengan mengirimkan kapal dan pesawat pencari serta sarana
bantuan lain seperti tenaga medis dan peralatan operasional lainnya.
Kota Pangkalan Bun Kab. Waringan Barat
Kalimantan Tengah akhirnya dijadikan sebagai pangkalan operasional pencarian
jatuhnya pesawat dan bantuan terhadap berbagai operasional karena berada tidak
jauh dari lokasi jatuhnya pesawat, Memiliki Pelabuhan Laut dan Udara yang
memadai dan sarana pendukung operasional lainnya. Surabaya sebagai pusat operasionil untuk penanganan lebih lanjut, seperti Penemuan Jenazah akan diangkut ke Surabaya menggunakan pesawat Herkulis untuk mendapatkan penangan selanjutnya di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya, seperti otopsi keperluan medis dan penyerahan jenazah pada keluarganya.
31 Desember 2014, Tim Basarnas
berhasil menemukan puing-puing pesawat
dan jasad penumpang di perairan selat karimata. 03 Januari 2015 dua puing ekor pesawat
berhasil ditemukan pada koordinat 03.38.36 S dan 109.43.42 T di dasar laut
kedalaman 30-35 meter dan berhasil diapungkan pada 10 Januari 2015 dengan balon gas khusus kata Kepala Dinas
Penerangan TNI AL Laksamana Pertama
Marahan Simorangkir. 12 Januari 2015
Kepala BASARNAS Marsekal Madya FHW Soelistya menyatakan telah menemukan bagian Blac Box Flight Data Recorder (FDR)
yang mencatat data penerbangan, sementara alat Perekam suara Cockpit Voice
Recorder (CVR) telah diketahui pasti posisinya. 13
Januari 2015 Main Body Air Asia pesawat tipe AirBus A320-200 berhasil
ditemukan pada jarak 1,7 mil dari lokasi ekor pesawat. Kasubag Humas dan Media Basarnas Yusuf Latief
menyatakan selama operasi pencarian tersebut hingga tanggal 23 Januari 2015 telah
menemukan 65 Jenazah terakhir menemukan 6 jenazah dari 162 orang penumpang
penerbangan tersebut. Pencarian all
body pesawat di dalam perairan yang dikoordinir Basarnas menggunakan enam kapal KRI Yosudarso, KN Pacitan, Geo
Survey, KN Andromeda, KRI Barakuda dan KRI Banda Aceh dengan Tiga Tim Penyelam
setiap Tim terdiri dari lima orang
penyelam.
Komite Nasional Keselamatan Terbang
(KNKT) sejak awal telah berkomitmen untuk mendapatkan penyebab utama kecelakan
pesawat diantaranya akan mengorek info dari Black Box jika nanti ditemukan dan
akan menuntut bagi siapa saja yang bersalah.
Menteri Perhubungan Ignatius
Jonan sempat mengeluarkan beberapa putusan seputar Kejatuhan Air Asia QZ8501
yang membingungkan seperti Ralat putusan atas Kesalahan Garuda Indonesia
dan TransNusa Air yang melakukan beberapa pelanggaran rute
penerbangan. Serta Keputusan Jonan
melalui Dirjen Perhubungan Udara tentang pemberhentian sementara buat PT.
Indonesia Air Asia untuk penerbangan Surabaya-Singapura per 2 Januari 2015, sehubungan
dengan jadwal penerbangan Air Asia yang keliru dan Penghentian
Penerbangan Air Asia OZ8040 untuk Rute Kualanamu dan Palembang. CAAS (Civil Aviation Authority of Singapore)
sehubungan dengan kesalahan schedule penerbangan tersebut menanggapi bahwa
PT Indonesia Air Asia memiliki
penerbangan Surabaya-Singapore sepekan 4
kali yaitu Senin, Rabu, Jumat dan Ahad yang berlaku musim dingin 26 oktober 2014 hingga 28 Maret
2015 dan telah disepakati oleh Otoritas penerbangan Indonesia melalui Indonesia
Slot Coordination (IDSC) 3 Januari 2014.
Isue kesalahan jadwal penerbangan Air
Asia serta beberapa standar operasional Prosedur (SOP) Penerbangan yang tidak terpenuhi tersebut
sempat membuat tanggapa pihak Asuransi dengan pernyataan tidak akan menanggung
biaya asuransi semua kecelakaan tersebut karena semuanya faktor kelalaian pihak
maskapai, namun akhirnya Pihak asuransi bersedia membayar setelah ada
pernyataan bahwa schedule penerbangan dan SOP tersebut sesuai dengan aturan
yang berlaku.
Meski banyak asumsi tentang penyebab
jatuhnya Air Asia QZ8501 namun semuanya itu
belum dapat di jadikan sarana untuk membuat keputusan karna tidak ada bukti yang kuat. Tim Investigasi KNKT yang berjumlah 10 orang
akan berusaha memecahkan misteri tersebut untuk itu mereka masih memerlukan
Black Box, Data dari Air Traffic Control (ATC) dan Komunikasi antara Pilot
dengan ATC. Black Box merupakan sekumpulan perangkat yang digunakan dalam
transportasi yang terdiri dari Perekam data Penerbangan Flight Data Recorder
(FDR) dan Perekam suara Kokpit Cockpit
Voice Recorder (CVR), Perangkat ini
dalam setiap Insiden penerbangan selalu menjadi handalan dalam pemecahan
persoalan kecelakaan.
Black Box Air Asia QZ8501 telah
ditemukan pada 12 Januari 2015 oleh Tim penyelam Basarnas, meski informasi dalam FDR belum buka hingga kini tapi CVR oleh
tim investigasi telah dibuka yang berdurasi 2 jam menunjukkan kesibukan
Pilot Irawan mengendalikan pesawat sehingga tidak sempat berkomunikasi dengan
ATC dan kata terakhir yang keluar dari mulut Beliau “ Allahhu Akbar “. Bapak
Ignatius Jonan dalam keterangannya mengatakan bahwa pesawat pada detik
terakhir menuki cepat keatas dari 32.000 kaki ke ketinggian 37.900 kaki dengan
kecepatan 45 detik, menurut Jonan kecepatan pesawat biasa untuk naik setinggi
5.900 kaki dengan kecepatan 45 detik suatu yang tak lazim karena pesawat tempur
untuk naik ketinggian 6.000 kaki membutuhkan waktu 1 menit, sehingga kondisi
tersebut menyebabkan “ STALL “.
Stall merupakan satu kondisi tertentu
yang dialami sebuah pesawat yang jatuh menukik secara tiba-tiba dari suatu
ketinggian penerbangan. Saat ini stall
merupakan satu issue terkuat penyebab
Jatuhnya Air Asia QZ8501 yang di ungkapkan Pak Jonan berdasarkan bacaan radar
pada ATC pada detik terakhir penerbangan yaitu pukul 06.18 WIB bila ini
dikonfirmasikan dengan percakapan terakhir Pilot dengan ATC yang meminta izin
untuk menaikkan ketinggian dari 34 ribu kaki ke 38 ribu kaki meski tidak
terklarifikasi karena komunikasi kemudian terputus, bila keempat data tersebut di satukan tentunya akan dapat menarik benang putih persoalannya.
Menurut pakar penerbangan kondisi
Stall pada pesawat dapat terjadi bila pesawat komersil naik dengan cepat pada
ketinggian diatas 37 ribu kaki bila pesawat naik terlalu menukik tajam
maka badan pesawat pada ketinggian tertentu dapat dengan mudah terturun
kebelakang dan bila terlalu cepat mesin tiba-tiba dapat mati maka pesawat akan
menukik turun. Kesimpulan ini belum
pasti hingga semua bahan dikumpulkan termasuk FDR telah terungkap dan dibahas
oleh Tim Investigasi KNKT bersama pihak terkait baru disimpulkan Tim Basarnas dan KNKT.
Kesimpulan akan Stall tersebut bila
benar akan mengurangi salah satu asumsi penyebab kecelakaan ini bahwa semua ini
disebabkan oleh Pelayanan Penerbangan berbiaya Rendah atau Low Cost Carrier
(LCC) yang menjadi satu motto pelayanan penerbangan Air Asia yang berpusat di
Malaysia. Karena dengan pelayanan
tersebut banyak tingkat pelayanan dan keselamatan yang tidak dilaksanakan dengan benar untuk
menghemat biaya penerbangan hingga ada anggapan bahwa LCC sebaiknya di tiadakan
demi keselamatan pengguna penerbangan. Namun bila kita melihat Krue pesawat yang ikut dalam penerbangan tersebut
sebanyak tujuh orang yang hampir sama
dengan pelayanan penerbangan lainnya,
Melihat Keputusan menteri tentang penetapan tarip penerbangan yang membatasi
bahwa tarip termurah penerbangan nasional 40 persen dari harga maksimal yang
ditetapkan pemerintah pada akhir tahun2014 menjadi satu
control yang baik karena keselamatan dan kenyamanan penerbangan sejogyanya tidak
hanya menjadi kebebasan Maskapai penerbangan tetapi harus menjadi tanggungjawab
pemerintah melalui penetapan aturan dengan perhitungan yang rasional. Sehingga penghapusan penerbangan dengan
pelayanan LCC sebaiknya dipertimbangkan bila
harga tersebut masih dalam batas-batas rasional operasional penerbangan
. Saya terkesan dengan Logo Air
Asia “ NOW EVERYONE CAN FLY “.
Adalah PT. Awair Indonesia yang berdiri tahun 1999 mulai melakukan penerbangan berjadwal pada tahun 2000 kemudian tutup, 1 Desember 2005 perusahaan tersebut diambil alih oleh PT. Indonesia Air Asia perusahaan ini melayani penerbangan berbiaya rendah dan merupakan perusahaan Lisensi dari Air Asia International yang berpusat di Malaysia dengan CEOnya Tonny Fernandes. Air Asia Indonesia tahun 2013 telah melayani penerbangan Jakarta-Bandung-Semarang-Jogjakarta-Surabaya-Dempasar-Lombok-Palembang-Pakanbaru dan Medan dengan pesawat Airbus A320-200 sebanyak 22 dan dalam pesanan 38 pesawat.
byBakriSupian, Minggu 26 Januari 2015
Air Asia Penerbangan berbiaya rendah.
Masyarakat membutuhkan kesejahteraan
yang memiliki Marwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar