" Di bawah ini merupakan tulisan Pak Prabowo Subianto Paska Pemilu Presiden 2014 dimana dalam duel beliau dengan pasangan JOKOWO-JK beliau tewas dengan skor 53 % (Jokowi/JK) dan 47 % untuk Prabowo/Hatta dan menjelang pelantikan Jokowi-JK pada 20 oktober 2014 sebagai Presiden/Wapres, tulisan tersebut mengagumkan saya betapa beliau dengan berjiawa besar dan mengutamakan kepentingan dan keutuhan bangsa mengajak simpatisan beliau yang sakit untuk dapat berbesar hati menerima kenyataan pahit tersebut sebagai satu bentuk kepatuhan pada nilai-nilai moral dan yuridis yang berlaku secara tulus dan bersama-sama mengawal pembangunan Indonesia kedepan. "
Sahabatku sekalian,
Saya tahu banyak di antara kalian yang
merasa masih tidak menerima, masih terluka, karena kita telah dikhianati
oleh sistem yang tidak baik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kita
harus menimbulkan perpecahan di bangsa kita.
Seperti sahabat
ketahui, dalam berpolitik saya selalu mengutamakan keutuhan bangsa dan
kejayaan Republik Indonesia. Saya paham bahwa ada negara-negara tertentu
yang selalu ingin Indonesia pecah. Ada yang ingin rakyat Indonesia
tetap tergantung sama mereka. Karena itulah saya ingin menjaga persatuan
nasional.
Setelah saya renungkan mendalam, saya melihat di pihak
PDI-P dan koalisi mereka masih banyak patriot-patriot, anak-anak
Indonesia yang juga cinta bangsa dan negara dan rakyat. Karena itulah
saya memilih untuk terus berjuang untuk nilai-nilai yang kita pegang
teguh yaitu Pancasila, UUD 1945 yang utuh dan asli, NKRI dari Sabang
sampai Merauke yang kuat, yang adil, yang sejahtera, yang berdiri di
atas kaki kita sendiri dan yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Saya
akan terus perjuangkan nilai-nilai itu, tetapi dalam kerangka senantiasa
menjaga jangan sampai terjadi perpecahan di antara sesama bangsa
Indonesia. Kita harus ingat bahwa pihak yang berseberangan dengan kita
dalam sebuah pertarungan politik tidak serta merta dan tidak otomatis
harus menjadi musuh kita. Dari sejak awal saya katakan bahwa
pesaing kita adalah saudara kita juga. Memang ada pihak-pihak yang penuh
kebencian, prasangka buruk, keserakahan, kedengkian dan jiwa yang
curang. Tapi ingat dari awal saya menganjurkan kepada lingkungan saya,
pendukung saya, sahabat-sahabat saya, apa yang saya tuntut dari diri
saya sendiri yaitu berjiwalah sebagai seorang kesatria, sebagai seorang
pendekar. Kalau ada pihak yang menebarkan kebencian, fitnah, kepada kita
bukan berarti kita harus balas dengan sikap yang sama. Janganlah fitnah
kita balas fitnah, janganlah kebencian kita balas kebencian. Janganlah
kita bertindak sebagai individu yang berjiwa Kurawa.
Itulah sikap
saya, dan karena itulah saya memilih jalan yang saya tempuh sekarang.
Bukan berarti kita merendahkan nilai-nilai kita atau perjuangan kita.
Semakin kita merasa benar, semakin pula kita harus rela menghormati
orang lain, pihak lain. Kalau orang lain menghormati kita, kita
menghormati orang tersebut. Bahkan kalaupun mereka tidak hormat pada
kita, tidak ada salahnya kita menghormati terus. Saya mohon semua
pendukung-pendukung saya untuk memahami hal ini. Saya mengerti sebagian
dari saudara-saudara belum bisa menerima sikap saya. Tetapi percayalah,
seorang pendekar, seorang kesatria harus tegar, harus selalu memilih
jalan yang baik, jalan yang benar. Menghindari kekerasan sedapat
mungkin. Menjauhi permusuhan dan kebencian.
Sahabat, kita bukan
pihak penakut. Sejak dari masa muda, saya pernah hidup sebagai seorang
prajurit Tentara Nasional Indonesia. Berkali-kali saya terlibat dalam
operasi-operasi militer, dalam kontak-kontak tembak dengan musuh negara.
Saya paham apa artinya kekerasan. Karena itulah saya sadar bahwa
seorang pemimpin sejati, pemimpin yang bertanggung jawab selalu harus
memilih jalan yang sejuk. Apalagi kalau ini adalah untuk menjaga
kepentingan, keutuhan bangsa yang kita cintai.
Sahabat, kita
harus tetap militan, kita harus tetap patriotik. Kita harus menyiapkan
diri untuk menghadapi segala kemungkinan. Kalau kita hormat bukan
berarti kita menyerah. Kalau kita sopan bukan berarti kita meninggalkan
perjuangan kita. Tapi kita harus selalu berusaha mencari jalan yang
damai, jalan yang baik. Kita harus selalu mengutamakan persaudaraan dan
persahabatan.
Kalau semua usaha kita, pada saatnya nanti tetap
tidak membuahkan sebuah hasil yang sesuai dengan kepercayaan dan
cita-cita kita, dan keyakinan kita akan kepentingan bangsa dan rakyat,
kalau bangsa Indonesia terancam, kalau kekayaan bangsa terus dirampok
oleh bangsa lain, kalau kita sudah sekuat tenaga menciptakan kesadaran
nasional, sebagai patriot dan pendekar bangsa kita harus tidak ragu-ragu
mengambil tindakan yang dituntut oleh keadaan.
Saya sekali lagi
menganjurkan kepada sahabat saya dan pendukung saya, marilah kita terus
tegar. Marilah kita memperkuat diri, marilah kita menambah barisan kita.
Yakinkan lingkungan kita semuanya, bangkitkan kesadaran nasional kita.
Dulu saat Bung Karno bersama para pendiri bangsa memperjuangkan
kemerdekaan, mereka pun berpuluh tahun harus membangun kesadaran
nasional. Sekarang pun kita harus membangun kesadaran nasional, bahwa
kita saat ini sedang diancam oleh bangsa-bangsa asing yang selalu ingin
Indonesia pecah, Indonesia lemah dan selalu tergantung.
Dalam
pertemuan saya dengan saudara Joko Widodo tadi saya sampaikan, bahwa
saya merasakan di dalam hati sanubari Joko Widodo yang paling dalam
beliau adalah seorang patriot. Beliau ingin yang terbaik untuk
Indonesia. Oleh karena itu saya memilih untuk membangun silaturahmi
dengan beliau, sesuai dengan ajaran-ajaran budaya nenek moyang kita.
Apalagi agama Islam yang saya anut, mengajarkan saya bahwa menjalin dan
memelihara silaturahmi, persahabatan dan persaudaraan jauh lebih mulia
dan bermanfaat daripada meneruskan prasangka buruk, rasa curiga, apalagi
terjerat dalam kebencian dan permusuhan. Ibarat api tidak bisa
dipadamkan dengan api, maka kebencian dan fitnah mari kita balas dengan
berbudi luhur, berjiwa ksatria. Semakin difitnah, semakin difitnah,
semakin dihina, kita akan semakin tegar.
Saya minta sahabat
sekalian janganlah ragu kepada pilihan-pilihan saya. Janganlah mendorong
saya untuk mengambil sikap yang tidak sesuai dengan jiwa saya sebagai
kesatria. Janganlah mengira saya akan surut dalam perjuangan saya.
Saya juga telah sampaikan kepada saudara Joko Widodo bahwa perjuangan
saya adalah membela UUD 1945 yang lahir 18 Agustus 1945, membela
keutuhan NKRI, membangun suatu bangsa ber-Bhinneka Tunggal Ika yang
aman, damai, kuat, adil, makmur dan sejahtera. Beliau pun menyatakan
bahwa itu juga pegangan beliau. Saya juga katakan, kalau nanti dalam
perjalanan Pemerintahan beliau ada kebijakan-kebijakan yang kurang
menguntungkan rakyat, apalagi melanggar Pancasila dan UUD 1945 maka kami
tidak akan ragu-ragu menyampaikan kritik kepada Pemerintah. Beliau
menyambut ini dengan baik, dan beliau juga menyampaikan sewaktu-waktu
akan mengundang saya untuk meminta pendapat dan masukan dari saya.
Terima kasih, saudara-saudara. Sahabatku dimanapun berada.
Wassalamualaikum.
Salam Indonesia Raya,
Prabowo Subianto, 17-10-2014.
Merdeka tekad pahlawan bangsa yang telah gugur,
Kemerdekaan dan Keutuhan bangsa memerlukan pengorbanan besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar