Kamis, 14 Agustus 2014

DESTINASI PARIWISATA KRAYAN DI IRAU RAYEH LUNDAYEH 2014 LUNG BAWAN




  Dengan menyuarakan Ucapan “ DO MEPAPU “  Krayan Menuju Destinasi  Pariwisata Nasional  ,  demikianlah beberapa thema pada Spanduk  yang terpampang  di sudut-sudut kota Long Bawan yang turut memberi warna semarak Pagelaran IRAU RAYEH LUNDAYEH 2014, sebuah  perhelatan pesta budaya, adat dan kesenian warga Dayak Lundayeh yang umumnya bermukim di pedalaman Kalimantan Utara Seperti Krayan, Krayan Selatan, Malinau, Mentarang, Pujungan, Lumbis Ogong dan beberapa daerah di Malaysia seperti Bario, Miri, Lawas dan Pensiangan.

Semarak pesta Irau tersebut sangat terasa kala berada di Kota LungBawan  pada 5-9 Agustus 2014 sebagai Jeddah waktu pelaksanaannya,  yang dibuka oleh Plt Gubernur Kalimantan Utara Bapak Irianto Lambrie di Gedung BPU Lung Bawang, serta dihadiri beberapa pejabat seperti Bupati Nunukan Drs. Basri, Bupati Malinau DR. Drs Yansen Tipa Padan, Mantan Wakil Gubernur Kalimantan Timur H. Farid Wajdi,  Sekda Nunukan  Tommy Harun, MSi, Staf Menteri Perdagangan dan Ekonomi kreatip Jukarta, Beberapa Tokoh Adat dan staf daerah di Kaltara.   Pagelaran Pesta Irau tersebut selain dapat lebih  mengafresiasikan keberadaan Adat, Budaya dan Kesenian daerah  sebagai  salah satu keragaman Nasional,  juga dapat lebih meningkatkan peran daerah Krayan sebagai satu Destinasi Wisata Budaya dan Alam Nasional  dalam mendukung pembangunan .
 
Penyelenggaraan semua kegiatan berlangsung mulai pagi hingga malam di Gedung Balai Pertemuan Umum yang diisi dengan kegiatan seperti Tarian Tradisional dan Tarian kreasi  LunDayeh, Lagu Tradisional, Lagu Kreasi dan Lagu Rohani Lundayeh, Musik Tradisonal dan Kreasi Lundayeh,  Peragaan Busana daerah, Peragaan menyumpit,  Menenun, dan Mengukir, semua kegiatan dikemas dalam bentuk lomba dan Persembahan yang di ikuti dari berbagai Daerah Lundayeh dan organisasi  yang berada di wilayah tersebut.  

Di Lapangan Sepak bola Yuvai Semaring kami dapat menyaksikan perlombaan  Sepak bola, Bakiak, Fotografer dan olah raga tradisional Bola Keranjang putri  yang juga di ikuti dari berbagai daerah dan komunitas disekitar daerah tersebut.   Yang unik dapat kami saksikan bahwa selama pertandingan sepak bola yang digelar enam kali dalam sehari itu berlangsung hingga jam 12.00 kalau di daerah kita tentulah tidak mungkin karena akan cepat cape dan kepanasan namun di LungBawan yang berada jauh dari daerah pesisir hingga 1.000an km dan berada pada ketinggian 1.600 m dpl hal tersebut sangat memungkin bahkan beberapa pemain mengenakan kostum seperti di daerah Subtropik yaitu lengan panjang  ditengah hari karena saat itu suhu berkisar 23oC.

Sajian tarian khas LunDayeh yang digelar selama Irau ini cukup meriah, diikuti berbagai daerah dengan menampilkan gerak tari yang indah menggambarkan kepakan sayap, Loncatan saat berjalan ditanah dan lenggok tubuh saat meluncur bagi Burung Enggang atau Rangkong,  suatu Burung sakral bagi kehidupan umumnya masyarakat Dayak dan gerakan simbol kehidupan mereka sehari-hari seperti bertani, berburu dan lain2.  Keindahan tari tersebut juga dihiasa warna warni busana etnik seperti Hitam, Putih, Kuning dan Merah serta beberapa warna lain untuk tarian hasil kreasi, tak ketinggalan asesori khas lundayeh berupa manik-manik, mandau, Anjat, bulu burung enggang dan Taring Babi.     

Tak kalah menariknya di Irau,  kita melihat banyak muda-mudi peserta yang hilir mudik mengenakan baju tak berlengan dan Rok sebatas lutut yang berwarna kuning tanah sekilas tampak bukan dari kain, ternyata ia busana tradisonil yang terbuat dari kulit kayu.   Menurut beberapa warga baju tersebut telah ada sejak nenek mereka dahulu, diperbuat dari kulit kayu tertentu di rendam kemudian disamak dengan memukul hingga tipis dan nyaman untuk dibadan, baru di pola dan dijahit serta ditempel dengan manik.


Penampilan musik tradional dan kreasi khas  LunDayeh dapat diacungkan Jempol khusus buat seniman daerah dari berbagai  pemukiman,  yang dengan setia tetap mempertahankan kesenian tersebut dan menghasilkan kreasi-kreasi baru  yang menghasilkan satu simponi yang enak didengar dengan tidak meninggalkan jiwa musik waga LunDayah yang sakral.   Salah satu seniman warga LunDayah yang cukup tinggi kontribusinya dalam kesenian LunDayeh  di Lung Bawan Adalah Elias Yesaya, SE dan Dorma Kisu, setidaknya demikian pengakuan Marli salah satu warga Lung Bawan.   Persembahan musik didominasi alat seperti Gendang, Gong, Alat petik Sampe dan suling dalam berbagai  bentuk selain menghasilkan disain  yang Indah tentunya akan menghasilkan harmonisasi yang akan membuat para penikmatnya tertegun.  Bagi saya pribadi yang cukup menarik adalah penampilan salah satu kontestan musik kreasi yang mempersembahkan kumpulan beberapa Gendang dari Pohon kayu yang cukup besar diantaranya mencapai  setinggi 2 meter sehingga penabuhnya harus menggunakan kursi untuk dapat menabuhnya.

Lomba mengukir yang seluruh pesertanya  di ikuti kalangan mudah  merupakan satu gambaran yang membanggakan sebagai tanda tingginya minat generasi muda akan  budaya daerah,  dalam pagelaran mengukir  peserta membuat ukiran hiasan Dinding dan Tameng hiasan dengan alat ukir masing-masing dengan motip khas Dayak Pucuk Tanaman Pakis, Paruh Enggang dll.   Di tempat yang sama terlihat wanita LunDayeh  sibuk dengan Alat tenun  untuk membuat kain dengan motip khas menggunakan alat tenun yang  relatip mungil dan dirajut dari benang yang dibuat dari tumbuhan tertentu, untuk dapat menjadi tenun yang terbaik.

Banyak pagelaran yang tersaji selama event  lima hari sehingga saya tak mungkin dapat menyaksikan semua terlebih ada urusan tersendiri saat itu,  selain mengikuti acar tersebut yang akan diselenggarakan setiap tahun  sebagai satu Destinasi wisata Kabupaten Nunukan.   Pada kesempatan tersebut bersama Bapak Rukman SP. menyempatkan diri mengunjungi Kawasan Rumah adat LunDayeh yang dikelola FORMADAT  (Forum Masyarakat Adat Dataran Tinggi) BORNEO di Desa Trans Baru serta mengitari perkampungan  petani dengan persawahan yang menghiasi di kaki Bukit.   Sebagai mana kata orang dulu Dimana ada pertemuan pasti ada Perpisahan  begitu juga kegiatan Irau ini yang ditutup dengan Persembahan Seniman  LunDayeh Elias Yesaya, SE dengan tiupan seruling yang mengalunkan senandung khasnya.












By BakriSupian




Gadis LunDayeh menarih gemulai  bak Enggang,
Memperkaya budaya  untuk kesiapan masa akan datang.


1 komentar:

  1. Menyaksikan keragaman budaya waraga Pedalaman, Perbatasan sekaligus Dataran tinggu suatu hal yg luar biasa (PerBatasan Putra)

    BalasHapus

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...