Mengabadikan
Landscap Bromo Semeru yang sekonyong-konyong muncul diatas awan dari lokasi ini
cukup keren, yaitu satu shelter semen di pertigaan jalan menuju Wonokitri
Penanjakan, Pasar Tosari dan ke Gunung Bromo.
Karena tujuan kami pada 09- Juni-2014 ke Gunung Bromo
maka kami menempuh jalan lurus menurun yang melewati Gapura yang
bertuliskan “ SELAMAT DATANG DI KAWASAN
WISATA BROMO “ Kabupaten Pasuruan Jawa
Timur tentunya setelah kami berpoto dengan semua keindahan yang ada disitu.
Menggunakan
Jeep HardTop Ungu melaju menuruni Bukit dengan mengitari sisi bukit yang terjal
dengan kemiringan rata-rata 55 o dan
tersusun dari batu yang masih mudah.
Jalan dengan tingkat kelokan yang banyak dan kadang tikungan yang tajam
sering membuat perjalanan ini menjadi lebih seru, meski di siring jalan berkelebat terlihat dihiasi pohon Pinus yang menajam keatas serta bunga-bunga daerah ketinggian seperti bunga menyerupai
terompet berwarna kuning, Bunga menyerupai Bunga Matahari, bunga berwarna Ungu
dan lain-lain membuat suasana terasa lebih indah.
Jalan beraspal berakhir dikaki gunung, kendaraan yang kami tumpangi seakan keluar dari rentetan undukan batu menuju jalan berpasir sebuah lembah yang sangat luas 5.250 ha seolah-olah berada di lautan pasir dengan beberapa titik terjauh masih terlihat kabut yang menutupi bumi menuju bentangan didepan yang memunculkan beberap titik ketinggian diantaranya Bromo. Melintasi Lembah berpasir bak gurun di timur tengah dan sering berpapasan dengan mobil dari arah depan membuat debu pasir berterbangan kemudian hanyut terbawa angin, lembah yang luas tersebut masih di temukan semak-semak kecil dibeberapa tempat terpisah-pisah mungkin daerah aliran air dan pemandangan gunung Batok disebelah kanan menjadi salah satu pesona keindah lembah ini.
Jalan beraspal berakhir dikaki gunung, kendaraan yang kami tumpangi seakan keluar dari rentetan undukan batu menuju jalan berpasir sebuah lembah yang sangat luas 5.250 ha seolah-olah berada di lautan pasir dengan beberapa titik terjauh masih terlihat kabut yang menutupi bumi menuju bentangan didepan yang memunculkan beberap titik ketinggian diantaranya Bromo. Melintasi Lembah berpasir bak gurun di timur tengah dan sering berpapasan dengan mobil dari arah depan membuat debu pasir berterbangan kemudian hanyut terbawa angin, lembah yang luas tersebut masih di temukan semak-semak kecil dibeberapa tempat terpisah-pisah mungkin daerah aliran air dan pemandangan gunung Batok disebelah kanan menjadi salah satu pesona keindah lembah ini.
09juni2014di G Bromo dgn tiem Aceh |
Setelah
melintasi lembah pasir 3 km terlihat beberapa mobil Jeep Hardtop Parkir
dan kamipun parkir disini, menurut sopir Candra yang orang asli daerah tersebut
bahwa mobil hanya sampai disini. Dari
sini terlihat sekupulan Jeep HardTop yang juga membawa pengunjung disisi lain,
Sekupulan Kuda yang menunggu pengunjung untuk menggunakannya menuju kaki G Bromo
seharga Rp 150.000, Para Guid yang bersedia mendampingi pengunjung, Pure Agung Poten
tempat peribadatan ummat Hindu Suku
Tengger yang sakral ditengah lembah yang
sunyi serta kaki gunung Bromo yang ramai dengan pengunjung berjubel menuju
kepuncak, eksotika tersebut tentunya sangat sayang untuk di lewati maka saya
dan rekan yang datang dari Aceh Darussalam mengabadikannya dengan kamera.
Untuk sampai
di kaki bukit Bromo dengan menggunakan pakaian dingin pegunungan
seperti Baju jeket tebal, topi wol, Sal dan Sarung tangan cukup menyulitkan
dan melelahkan ditambah jarak yang ditempuh sejauh 2 km,
melintas di antara Pure Agung Poten dan
Gunung Batok serta ngarai kecil kering yang mungkin saat hujan baru dilewati
air dan jalan sedikit berbukit pasir yang berkelok. tentunya disepanjang
jalan ini banyak titik menarik untuk diabadikan dengan Kamera bawan anda,
disamping berpapasan dengan pengunjung dan pengendara kuda. Pesanku sebaiknya anda mengabadikan momen dikaki bukit pada undukan pasir agak besar (bukit kecil) berlatarkan Lembah pasir yang luas tertutup Kabut dengan kamera anda, akan sangat berkesan, di lokasi ini
juga saya sempat memotretkan pengunjung dari Sulawesi Selatan.
Di
Kaki Gunung Bromo yang menjulang keangkasa dengan anggun setinggi 400 m,
terpampang tangga beton berpagar kiri kanan dengan dua
lajur, kiri untuk pengunjung yang akan naik dan kanan untuk pengunjung yang
turun sehingga terasa tertib meski masih berdesak desakan. Dipertengahan tangga yang berjumlah 250 buah
anak tangga saya melihat banyak juga pengunjung yang tidak menggunakan tangga
melainkan jalan disisi tangga yang berpasir sehingga sering terperosok kembali
ketika melangkah, seperti terlihat pada beberapa anak SMA dari Jakarta yang
datang study tour (setahu saya ada 9 mobil Bus) meski mereka telah
diperingatkan untuk mengikuti jalan tangga karena berbahaya.
Dipertengahan
tangga tiba-tiba ada perintah untuk turun dan terlihat beberapa pengunjung
dipuncak melambaikan tangan mengisaratkan untuk turun, pengunjung
di sebelah tangga yang turun bergegas mengatakan , “ Hari telah siang sekitar Jam 09.25
asap dari kawah Bromo tercium berbau asap Belerang yang berbahaya bagi
kesehatan dan bertiup kearah pngunjung di atas “ Kata pengunjung dari Blitar.
Tapi karena sahabatku dari Aceh mengatakan terus saja rugi kalau tidak
sampai dipuncak, akhirnya kami lanjutkan juga meski banyak juga yang kembali turun karena
takut akan racun gas asap tersebut.
Setelah susah payah menaiki tangga yang miringnya mencapai 50o akhirnya sampai juga di atas. Areal diatas berupa jalan sempit sekitar 2 meter yang mengitari Kawah serta pengunjung yang berdesak antri turun membuat sulit. Tapi akhirnya kami berada di puncak Gunung Bromo juga, yang lama saya impikan sambil berucap syukur dalam hati, ketakjupanku terlihat saat menatap kawah yang sangat luas serta dalam serta asap yang menyembul dari dasarnya yang mengudara kearah depan naik keatas semakin membesar, serta kawah tersebut hanya dikitari jalan kecil saja bagiku cukup ngeri untuk mengitarinya terlebih di titik tertentu ada tanjakan yang cukup tajam yang memerlukan pengalaman untuk melewatinya.
Setelah susah payah menaiki tangga yang miringnya mencapai 50o akhirnya sampai juga di atas. Areal diatas berupa jalan sempit sekitar 2 meter yang mengitari Kawah serta pengunjung yang berdesak antri turun membuat sulit. Tapi akhirnya kami berada di puncak Gunung Bromo juga, yang lama saya impikan sambil berucap syukur dalam hati, ketakjupanku terlihat saat menatap kawah yang sangat luas serta dalam serta asap yang menyembul dari dasarnya yang mengudara kearah depan naik keatas semakin membesar, serta kawah tersebut hanya dikitari jalan kecil saja bagiku cukup ngeri untuk mengitarinya terlebih di titik tertentu ada tanjakan yang cukup tajam yang memerlukan pengalaman untuk melewatinya.
Puas
mengamati Kawah tersebut kamipun mengabadikannya dengan berpoto termasuk dengan
beberapa turis Bule dan Cina dengan latar kawah yang dalam, Lembah Pasir berkabut yang
terlihat jauh dibawah, Serta alur setapak yang mengitari kawah
dan suasana keramaian pengunjung di atas yang penuh dengan kegirangan yang lepas, tawa dan canda dengan
masing-masing rekannya. Ada juga pengunjung yang meneruskan perjalanan melewati setapak sempit dengan rombongan kecilnya dibeberapa titik yang cukup jauh. Bagiku Petualangan tersebut cukup seru dan Danger baik saat menatap jauh
kebawah, kalau ada terpaan angin kuat
bertiup diperjalana, kalau terpeleset, suhu yang semakin dingin saat itu sekitar
17o C dan kalau asap tersebut bertiup
kearah pendaki.
Kekhawatiran
akan hembusan Asap yang akan bertiup kearah pengunjung yang lagi berpose
disepanjang jalur tersebut utamanya yang berpagar sepanjang 200 m, sahabatku
Adzmil dari Aceh mengajak untuk segera turun meski baru 20 menit
diatas. Demi menghindari bahaya tersebut
kamipun memutuskan turun tapi karena gelombang yang naik banyak dan berdesakan maka sulit
untuk turun, sehingga ada abah-abah
untuk berhati-hati dari beberapa orang yang mungkin petugas atau pengunjung lainnya.
Kurang lebih
45 menit berkendaran JeepHardTop dari Lembah Bromo kamipun sampai kembali di
terminal Pasar Tosari, untuk berganti dengan mobil rental yang kami gunakan
datang untuk melanjutkan perjalanan kami pulang ke Malang. Di sepanjang jalan
yang menyisiri tepian gunung tersebut terlihat pohon pinus disela-sela perkebunan
hortikultura masyarakat petani Suku Tengger yang terkenal dengan keteguhan
bertaninya dan kearipan lokal mereka dalam mengolah lahan pertanian lahan miring
tersebut yang berbentuk petak-petak kecil teratur dilereng gunung.
Di sekitar desa Nangkajajar kami berhenti menyaksikan petani yang mengolah lahannya yang ditumbuhi Sawi,
Tomat, Lombok dll tumbuh dengan subur, serta tak jauh dari terlihat
petani yang memuat hasil pertaniannya ke mobil PickUp berupa Kentang, Wortel dalam karung yang katanya
akan di bawa ke pasar Pasuruan dan Surabaya, kata petani tersebut ada juga
hasil pertanian mereka yang di Pasarkan ke Jakarta dengan pembeli khusus yang
datang. Selanjutnyaa kami menuju
Malang. By by Bromo, see you again.
By BakriSupian.
Warga
Tengger mengolah alam di lereng Bukit,
Kesuburan alam anugerah bagi manusia dan keindahan isi jagat.
Kesuburan alam anugerah bagi manusia dan keindahan isi jagat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar