Terletak
diluar Kota Maros dalam deretan gunung
batu berdiri di penghujung hamparan sawah disebelah kiri jalan, di salah
satu gunung terpahat hurup besar bertuliskan “ TAMANAN NASIONAL
BANTIMURUNG BULUSARAUNG “ di dalamnya termasuk kawasan Konsevasi Air Terjun
Bantimurung, Monyet dan Kupu-kupu, untuk
memasuki Air Terjun Bantimurung
sebelumnya melewati Gapura di atasnya terdapat replika Kupu-Kupu yang besar dan
melewati patung Monyet besar meski terlihat agak lusuh.
Di depan
Taman wisata Air Terjun Bantimurung terlihat banyak mobil parkir hampir tak
beraturan, banyak Los penjaja barang cinderamata terutama Kupu-kupu yang
diawetkan dalam bingkai kaca dengan harga
Rp 50.000 – Rp 1.500.000, Patung
monyet, berbagai manik-manik, baju-baju
dan penganan khas Bantimurung dan pondok istirahat yang dipenuhi pengunjung yang berlindung dari hujan yang sedang turun.
Menggunakan
Payung sewa Rp 20.000 kami melewati pintu masuk
dengan tiket Rp 20.000 dari loket, pada jam 14.20 Rabu, 01 Januari 2014 tahun baru masih terasa
terlihat dengan banyaknya pengunjung
yang datang sambil berlibur, jalan yang
dilewati bersemen sebelah kanan
terlihat pengerjaan sebuah bangunan, tak jauh dari situ terlihat kolam permandian yang dipenuhi anak-anak dan orang dewasa.
Jembatan
Gantung besi disebelah kanan melintasi sungai menuju tebing gunung (tahun 1986 an ketika kuliah di UNHAS
jembatan ini sudah ada) karena kawasan air terjung ini merupahkan celah yang
sempit diapit tebing gunung yang
tinggi. Di tengah area ini terdapat empat tugu yang dihinggapi kupu-kupu dan di bawahnya terulis “ Bantimurung, The Kingdom of
Butterflies “ tempat inipun ramai
dengan pengunjung yang sedang berphoto.
Deru air
yang jatuh dari ketinggian 30 m ke bebatuan serta kabus airnya sudah terasa meski masih jauh dari lokasi ditambah saat
itu hujan membuat lebih dingin menambah suasana lebih mengigilkan, terlihat banyak pengunjung mandi di sungai yang ada di sepanjang sisi kanan dan
berpapasan dengan pengunjung yang masih basah setelah mandi. Didepan Air Terjun Bantimurung terdapat Jembatan beton sangat baik buat berpose untuk mengabadikan
kenang-kenangan di depan air terjun atau berdiri lebih dekat ke tempat jatuhnya air terjun yang
juga tempat pengunjung berdiri menikmati
hempasan air yang jatuh mengenai tubuh. Di jalan sebelah kiri seluas 3 m dari
tebing kami berjalan menaiki tangga selebar
1,5 m disisi air terjun, sesampai di puncak air terjun terasa mengerikan karena ketinggian dan deru air yang terhempas
namun tetap mengasikkan.
Di puncak
tangga terlihat air terhempas dengan indah dan kawasan yang dikelilingi tebing yang
menghijau oleh pohon dan tumbuhan efipit,
selanjutnya kami meneruskan perjalanan melalui jeramba beton seluas 1,5 m yang menempel di tebing diatas sungai
sejauh 120 m, dilanjutkan melalui jalan semenisasi diatas tanah berpasir ditengah
rimbunnya semak belukar berupa pohon perdu, Aren, Sagu, Rotan dan ada penangkaran bibit Aren serta
sesekali kami melewati jembatan
kecil dan menemui Gardu istirahat dengan dagangannya. Menurut La Maddong seorang pengunjung bahwa
kalau kita memanjat ditebing kita bisa menemukan bermacam bunga yang cantik
diantaranya ada Anggrek.
Berdiri
diatas undukan pasir sebagai endapan sungai kami berada pas di depan dua air
terjun meski tidak terlalu tinggi 4 m yang cukup deras dan dipenuhi hutan
disisi kiri kanannya, dari sini kami
teruskan perjalanan disisi kiri tebing untuk memasuki ruang Goa batu yang gelap, sehingga kami
harus menyewa Penyenter Rp 15.000 untuk menemani masuk. Di dalam terlihat batu stalaktit dan marmer
yang mengkilat ketika diterpa cahaya senter dan sesekali
kami menemukan kumpulan batu berbentuk tombak dilapisi stalaktit dari
atas langit gua setinggi 5 meter, serta
jangan heran bila tiba-tiba tertabrak burung karna di dalam gua ini banyak burung yang menjadikannya sebagai tempat tidur.
Akhirnya kami tiba di akhir destinasi Air Terjun Bantimurung dikumpulan
bebatuan besar di atas dua air terjun tadi, perasaan seolah berada di goa batu
besar yang dipenuhi hutan, menurut beberapa pengunjung kita dapat melanjutkan
perjalanan terus keatas tapi memerlukan kemampuan adventur khusus.
Tepat Jam
16.42 kami telah berada di dekat pintu keluar
tadi, namun sebelumnya kami membelok ke kiri memasuki Taman Conservasi Kupu-kupu Bantimurung berupa Museum yang
mengoleksi berbagai kupu-kupu yang di awetkan dalam pajangan lemari kaca, taman
yang ditumbuhi bunga-bunga kesukaan kupu-kupu dan 4 sangkar penangkaran. Dalam sangkar pengunjung dipandu guit taman yang
menjelaskan seputar kupu-kupu termasuk
proses kehidupan kupu-kupu mulai dari telur, kepompong dan ulat yang terlihat menempel di daun
menjadi kupu-kupu muda hingga dewasa yang berterbangan dalam sangkar. Satu yang saya rasakan kurang dalam
kunjungan dibanding saat tahun 1984 an dulu ialah kami tidak melihat monyet
yang biasanya ramah di beranda Air Terjun, petugas mengatakan saat hujan
begini banyak masuk hutan.
By KariTaLa LA
Bantimurung pesona derunya air Jatuh di sela bebatuan,
Suasan sejuk
dan Asri alami dapat menyehatkan semangat dan badan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar