NusanTaRa.Com
Penyu hijau
yang memiliki bahasa latin Chelonia mydas
merupakan salah satu Satwa purba yang masih dapat kita nikmati hingga sekarang
karena berdasarkan penelitian diperkirakan ia telah ada sejak jutaan tahun yang
lalu yaitu diera Jurassic. Namun disayangkan keberadaan Penyu saat ini semakin
terancam baik oleh aktipitas manusia karena nilai ekonomisnya yang sangat
tinggi sehingga banyak diburu Para Nelayan dgn tidak mengindahkan kelestarian
serta habitat hidup penyu yang semakin tidak enjoying bagi kehidupannya.
Sehingga menurut salah satu lembaga satwa dunia penyu dikategorikan pada tingkat
keterancaman 1 artinya satwa ini tidak boleh di tangkap dalam bentuk apapun
karna akan punah.
Penyu Hijau merupakan hewan perairan laut dalam yang banyak ditemukan di Laut Atlantik, laut pasifik dan pasipik Selatan, dengan tubuh bercangkang yang panjangnya mencapai 1, 30 meter bagian bawahnya berwarna Hijau beratnya dapat mencapai 250 kg, usianya dapat mencapai 60 tahun untuk dewasa atau dapat bertelur usianya sekitar 10 tahun, bagian kepala dan ekornya sangat elastic dapat ditarik keluar masuk ke cangkangnya, ia dapat berenang sejauh 4.000 mil dalam menjalani satu siklus hidupnya, termasuk jenis vegetarian artinya ia satwa pemakan tumbuh2an laut (sargassum).
Habitat hidupnya di Indonesia dapat ditemukan di Pantai Pengumbahan dan Tanjung Genteng pantai selatan Jawa Barat yang berjarak 140 km selatan Kota Bandung sebagai tempat bertelur saat malam hari, karena lokasi ini berhadapan langsung dengan Laut luas yang merupakan tempat hidupnya, berpantai pasir putih yang halus sehingga memudahkan untuk membuat lubang tempat telur dan sepi dari keramaian dan cahaya yang menakutkan bagi mereka saat mendarat untuk bertelur. Untuk melindungi keberadaan Chelonia mydas dari kepunahan maka Pantai Pangumbahan oleh Pemprov Jawa Barat telah ditetapkan sebagai daerah konservasi Penyu dan membangun pusat Pengembangan Penyu yang nantinya anak penyu atau Tukik hasil perkawinan mereka akan dilepaskan kelaut diharapkan setelah dewasa sekitar 8 tahun akan kembali kepantai ini untuk bertelur lagi. Satu lagi usaha konservasi Penyu di Pantai Pangumbahan dengan penanaman jenis tanaman pantai atau bakau untuk mencegah abrasi pantai, memberikan kenyaman pantai tersebut bagi penyu dari gangguan manusia, pemukiman manusia dan sinar lampu pada malam hari saat mereka akan breeding. Penanaman bakau di pantai Pengumbahan di utamakan pokok lokal yang sangat sesuai yaitu jenis Pohon Nyamplum, penanaman dilaksanakan pemerintah setempat atau Lsm daerah dan praktisi lingkungan lainnya. Habitat Chelonia mydas lainnya di Indonedia seperti P. Biak, P. Anambas, P. Derawan, P. Mentawai.
Penyu Hijau yang mendarat di Pantai Pengumbahan diperkirakan berasal dari Lautan Pasifik selatan yang mendarat pada malam hari untuk bertelur, setelah sampai dipantai ia dapat berjalan sejauh 150 m kedarat untuk membuat lubang tempat menyimpan telur yang digalinya dengan keempat kaki renang, seluas 50 Cm dan dalam 40 Cm, untuk sekali bertelur ia membutuhkan wakta hingga 3 jam dan telur yang dihasilkannya mencapai 170 butir, setelah bertelur biasanya dalam keadaan letih karena terkuras selama mengeluarkan telur, ia menutup kembali lubang telur dengan pasir disekitarnya kemudian meninggalkan sarang tersebut menuju kelaut tempat hidupnya semula. Setelah dua bulan atau 60 hari telur dalam lubang bersuhu sekitar 35 derat itu akan menetas menjadi anak penyu yang disebut TUKIK kemudian dengan instingnya keluar dari lubang dan pergi kepantai untuk menuju laut.
Penyu Hijau merupakan hewan perairan laut dalam yang banyak ditemukan di Laut Atlantik, laut pasifik dan pasipik Selatan, dengan tubuh bercangkang yang panjangnya mencapai 1, 30 meter bagian bawahnya berwarna Hijau beratnya dapat mencapai 250 kg, usianya dapat mencapai 60 tahun untuk dewasa atau dapat bertelur usianya sekitar 10 tahun, bagian kepala dan ekornya sangat elastic dapat ditarik keluar masuk ke cangkangnya, ia dapat berenang sejauh 4.000 mil dalam menjalani satu siklus hidupnya, termasuk jenis vegetarian artinya ia satwa pemakan tumbuh2an laut (sargassum).
Habitat hidupnya di Indonesia dapat ditemukan di Pantai Pengumbahan dan Tanjung Genteng pantai selatan Jawa Barat yang berjarak 140 km selatan Kota Bandung sebagai tempat bertelur saat malam hari, karena lokasi ini berhadapan langsung dengan Laut luas yang merupakan tempat hidupnya, berpantai pasir putih yang halus sehingga memudahkan untuk membuat lubang tempat telur dan sepi dari keramaian dan cahaya yang menakutkan bagi mereka saat mendarat untuk bertelur. Untuk melindungi keberadaan Chelonia mydas dari kepunahan maka Pantai Pangumbahan oleh Pemprov Jawa Barat telah ditetapkan sebagai daerah konservasi Penyu dan membangun pusat Pengembangan Penyu yang nantinya anak penyu atau Tukik hasil perkawinan mereka akan dilepaskan kelaut diharapkan setelah dewasa sekitar 8 tahun akan kembali kepantai ini untuk bertelur lagi. Satu lagi usaha konservasi Penyu di Pantai Pangumbahan dengan penanaman jenis tanaman pantai atau bakau untuk mencegah abrasi pantai, memberikan kenyaman pantai tersebut bagi penyu dari gangguan manusia, pemukiman manusia dan sinar lampu pada malam hari saat mereka akan breeding. Penanaman bakau di pantai Pengumbahan di utamakan pokok lokal yang sangat sesuai yaitu jenis Pohon Nyamplum, penanaman dilaksanakan pemerintah setempat atau Lsm daerah dan praktisi lingkungan lainnya. Habitat Chelonia mydas lainnya di Indonedia seperti P. Biak, P. Anambas, P. Derawan, P. Mentawai.
Penyu Hijau yang mendarat di Pantai Pengumbahan diperkirakan berasal dari Lautan Pasifik selatan yang mendarat pada malam hari untuk bertelur, setelah sampai dipantai ia dapat berjalan sejauh 150 m kedarat untuk membuat lubang tempat menyimpan telur yang digalinya dengan keempat kaki renang, seluas 50 Cm dan dalam 40 Cm, untuk sekali bertelur ia membutuhkan wakta hingga 3 jam dan telur yang dihasilkannya mencapai 170 butir, setelah bertelur biasanya dalam keadaan letih karena terkuras selama mengeluarkan telur, ia menutup kembali lubang telur dengan pasir disekitarnya kemudian meninggalkan sarang tersebut menuju kelaut tempat hidupnya semula. Setelah dua bulan atau 60 hari telur dalam lubang bersuhu sekitar 35 derat itu akan menetas menjadi anak penyu yang disebut TUKIK kemudian dengan instingnya keluar dari lubang dan pergi kepantai untuk menuju laut.
Sirkulasi
perkawinan penyu sangat jarang memakan waktu 2 – 8 tahun untuk sekali
perkawinannya dengan Tingkat survive penyu dari telur hingga dewasa sangat
kecil juga karena kondisi alam dan hama yaitu sekitar 2 % doing dan prosentase
penetasan telur mereka dialam paling tinggi 60 %. Alat tangkap yang cukup berbahaya bagi penyu
adalah Trowl atau pukat harimau karena sering ditemukan mendapatkan Penyu
dewasa. Mengingat rentannya keberadaan
penyu ini akan kepunahan maka seharusnya kita tidak lagi melakukan pembunuhan,
penangkapan dan perusakan habitat hidup penyu agar mereka dapat lestari dalam
kehidupan bumi kita.
byBakri Supian
Penyu Hijau beribu mil dilaut kembali juga kepantainya,
Meski tehnologi telah melangit budaya tetap menjadi semangat kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar