Goweiiis
PerBatasan kali ini adalah menempuh perjalanan to Binusan Waterfall Nunukan PP
sejauh 24 km melalui jalur Ringroad Barat menyusuri tepi pantai dan bakau serta
pulang melalui jalur Puncak SeiFatimah di ketinggian 150 m dpl. Sabtu, 22 Juni 2013 pagi hari jam 08.30
keluar rumah lengkap goweis wear Helm, Kacamata, rangsel dan Kamera serta Boxer Wim Cycle perlahan
menuju arah Alun-alun kota Nunukan, setelah mendaki di pasar Pagi sampailah di
Alun-alun di depan Warung gelora untuk memesan satu bungkus nasi Kuning seharga
Rp 10.000 lalu menyusuri jalan Ahmad
Yani dan Bhayangkara yang penuh dengan pertokoan karena sebagai jalur pusat kota dan di depan Supermarket
ALASKA berhenti untuk membeli Minuman Mizon 2 botol, Teh Botol dan roti so semua masuk kerangsel . Tak lama kemudian sayapun telah meluncur di
jalan Pahlawan melewati makam Pahlawan tempat para pahlawan yang terdiri dari
KKO dan Sukarelawan yang gugur saat
Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun
1967 karena ketidak setujuan Indonesia bila Kalimantara Utara (Sabah dan
Serawak) masuk dalam Negara persekutuan Malaysia.
Melewati 300 m Jln Tanjung yang merupakan Kampung tertua di Kota Nunukan
lalu memasuki kampong SeiMantri di atas laut sebuah kampong suku Tidung dan
beberapa suku bugis yang merupakan Nelayan, dengan
rumah yang umumnya terbuat dari
Kayu, dengan sesekali mengerem
basikalpun menuruni perbukitan kecil hingga berada diatas jembatan jeramba selebar 1,5 m sebagai penghubung antara rumah dan sebagian telah disemenisasi terbuat dari kayu ulin Tak
lama kemudian terlihat kesibukan ibu-ibu nelayan membersihkan rumput laut diatas jeramba Pasca panen (penjemuran) mereka
aseluas 4x7 m dan beberapa lelaki sibuk menaikkan rumput laut dari perahu ke
tempat penjemuran. Membelok kekiri lewat didepan Mess Kecamatan Nunukan sekitar 200 m sampailah di jalur RingRoad yang masih berupa pengerasan. RingRoad jalur barat ini sebagian beasar
telah beraspal dengan beberapa rumah nelayan dan dikanan jalan dihiasi hutan bakau, Nipah, perahu
nelayan dan kebun rakyat, tanpa terasa
sayapun berada di Ujung jalan tersebut
yaitu di belakang RSUD Kabupaten Nunukan di Kampung SeiFatimah yang juga
merupakan perkampungan suku asli Nunukan bermata pencaharian sebagai Nelayan
dan pekebun. Setelah Berpoto di Plang
Bertuliskan arah ke Desa Binusan yang berjarak 3 km di simpang tiga, Kemudian
Cabut lagi menuju Binusan di perjalanan beraspal ini terlihat Kawasan sawah
yang luas, Pembibitan ikan, kebun rakyat, Kantor Kodim, serta Bakau, Nipah dan Tambak.
Memasuki
Desa Binusan dengan kaki yang agak penat mengayuh, melalui SD dan SMP 3 sebenarnya harus lurus
tapi kata teman di sebelah kanan tak jauh dari situ ada Pasar rakyat jadi saya
putuskan belok kanan, ternyata jalan masih
dalam perbaikan sampai di Pasar Binusan yang berada di siring Sungai Binusan terlihat
bebarapa kesibukan pembeli dan nelayan mengangkat tangkapannya dari perahu ke
pasar dan menyempatkan diri untuk berphoto pada seorang bocah dari Kampung
Tanjung Cantik didepan sana. Melewati Desa Binusan yang merupakan desa Budaya Kabupaten Nunukan dengan keunikan
etnik Budaya suku Tidung, yang berpropesi sebagai nelayan dan petani sehingga
sepanjang jalan terlihat Penjemuran Rumput laut, Jaring tergantung, perahu dengan mesin Ketintingnya
yang belum di lepaskan, sawah dibelakang rumah, serta Pohon Ellai, Langsat,
Rambai, Taerap, Mangga menghiasa halaman dan kebun mereka, tapi semua jalan
sudah beraspal diujung kampung terdapat lapangan sepak bola dengan podium yang
dapat menampung sekitar 400 penontong, kemudian sebuah kolam dam seluas 150 x
100 meter buat air irigasi pertanian di sini berpoto sejenak sambil 6 anak desa lagi berenang di kolam tersebut.
Sesampai di
areal kebun raya Binusan saya tidak langsung masuk tapi menolak si Boxer ku
menaiki jalan cukup menanjak dari tanah sejauh 300 m, mengitari kawasan perkebunan Sawit disitu dan dari sini terlihat Landscap berupa
laut, kawasan sawah Desa Binusan dan bertemu petani sawit yang sedang meracun
rumput , setiba di jalur awal tadi kali
ini saya mencoba mengitari dari jalan bertanah di sebelah kanan kalau tadi langsung mendaki tapi ini langsung
menukik turun tajam dan melewati jembatan kayu
Sungai dari WaterFall Binusan tersebut dan menemukan tanjakan yang di
kelilingi pohon sawit yang mulai berbuah mungkin berusia 4,5 tahun karena
tujuan utama adalah Air terjun maka saya harus kembali tapi berpoto dulu,
setelah berpoto lewat dua bule Jorman dengan rangsel dari penjelasannya bahwa
jika terus akan tembus Nunukan melewati Kampung
Tator.
Memasuki Kawasan
Kebun Raya Binusan berpagar besi terlihat beberapa muda mudik lagi berehat, setelah menyeberangi jembatan ulin sepeda saya
sandarkan disamping tempat duduk tempat
istirahat yang beratap dari semen, kemudian
menikmati air terjun pertama dengan kolam kecil 6 x 10 meter, dikawasan ini bayak tempat
duduk, WC, kamar Ganti dan bangunan tempat istirahat. Menaiki
tangga mendaki bukit kecil untuk menuju
Air terjun utama yang berada lebih
kedalam dengan air terjunnya setinggi 6 m,
setelah puas berpoto saya lanjutkan mengitari sebagian kecil tapak
jelajah kebun raya ini yang berupa
semenisai seluas 60 Cm diapit pohon-pohon hutan tropis, Pandan dan rotan. Setelah makan bekalan dari Alun2 tadi
kemudian mandi sebentar di Kolam dan istirahat sejenak maka Back to Nunukan lagi
perjalanan akan sama ketika dari di Kampung SeiFatimah Tadi kemudian kekanan
menempunh jalur poncak perbukitan Sei Fatimah.
Disimpang
tiga SeiFatih belok kekanan mendaki cukup nanjak mungkin kemiringan 70 derajat
sejauh 400 meter sudah beraspal terpaksa berjalan mendorong sepeda karena agak
letih dan tak mungkin Paith lagi, dipuncak baru saya kayuh lagi basikalku sambil
menyaksikan Landscap yang indah berupa laut, perkebunan dan hutan pantai, melewati beberapa pendakian-pendakian kecil akhirnya sampai di simpang tiga RSUD Kab. Nunukan kemudian belok kanan dan
melewati kebun buah-buahan rakyat setelah menuruni bukit cukup tinggi mungkin
ini tanjakan ke 4 tertinggi di P. Nunukan sampailah di stadion SeiBilal kemudian dengan keletihan berat tiba di
Alun-alun Nunukan Jam 13,00 ditutup dengan minum Es Campur di Warung Bakso
Mangga Dua.
by Bakri Supian
Pohon Rambai
Pohon Cempedak berbaris disiring Jalan,
Meski letih
berkucur keringat terbayar indah melalui berbagai pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar