Tulisan ini merupakan sinopsis dari skripsi yang dapat memberikan satu gambaran bahwa penangkapan di perairan utamanya dengan alat tangkap berdaya selektipitas rendah akan berdampak hasil sampingan yang cukup besar, sehingga menurut saya hal ini cukup menarik perhatian untuk dijadikan satu referensi dalam menangani Lingkungan Hidup yang Biru.
TELAAH HASIL SAMPINGAN PENANGKAPAN
BENUR UDANG WINDU DI PANTAI LANGNGA
PINRANG SULSEL
RINGKASAN
TELAAH HASIL SAMPINGAN PENANGKAPAN
BENUR UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) DI PERAIRAN PANTAI LANGNGA KAB.
PINRANG SULSEL. Oleh, Bakri No. Pokok 81
05 157 di bawah bimbingan Dr. Ir. M
NATSIR NESSA, MS, IR. ARSYUDDIN SALAM,
M.Agr.Fish dan IR. MUH. ARIFIN DAHLAN.
Penangkapan benur di perairan pantai
membawa suatu persoalan baru, karena penangkapan benur menggunakan alat tangkap
dengan daya selektifitas yang kecil, sehingga penangkapan benur ini juga
mendapatkan organism lain. Jika
penangkapan ini berjalan tanpa control dapat merusak kelestarian sumberdaya
hayati perairan,
Tujuan penelitian ini menelaah
jumlah, jenis dan nilai hasil sampingan penangkapan benur, serta mengetahui
besarnya tangkapan hasil sampingan benur berdasarkan alat tangkap, waktu
penangkapan, lokasi penangkapan dan jenis pasang.
Penelitian berlangsung di Perairan
Pantai Langnga Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, selama 45 hari mulai
dari tanggal 01-12-1985 sampai tanggal
15-01-1986, menggunakan alat tangkap Jaring Porok dan Seser Tancap.
Hasil sampingan yang diperoleh selama
penelitian sebesar 99,01 persen sedang benur hanya 0,99. Komposisi golongan hasil sampingan yang tertangkap
adalah Udang Ekonomis (55,4 persen) didominasi Acetes spp (43,04
persen), Udang tidak Ekonomis (15,5 persen) didominasi Lucifer spp (11,79 persen), Kepiting (2,78 persen)
didominasi Portunnus spp (1,79
persen), Ikan Ekonomis (21,37 persen) didominasi Elops machnata (3,72
persen) dan Ikan tidak Ekonomis (4,95 persen) didominasi Diodon hystrix L (0,86
persen).
Hasil tangkapan bulan Desember 1985
untuk hasil sampingan sebesar 50,87 persen sedang bulan Januari 1986 sebesar
48,14. Hasil sampingan yang tertangkap
menggunakan Jaring Porok sebesar 56,38 persen dan Seser Tancap mendapatkan
42,63 persen. Berdasarkan lokasi
didapatkan hasil sampingan yaitu, lokasi I sebesar 34,8persen, lokasi II
sebesar 30,85 persen dan lokasi III
sebesar 33,26 persen, ketiga parameter ini
parameter ini mendapatkan hasil sampingan yang tidak berbeda nyata. Sedang berdasarkan pasang hasil sampingan
berbeda nyata yaitu Pasang rendah sebesar 51,33 persen, Pasang sedang sebesar
31,61 persen dan Pasang tertinggi sebesar 16,07 persen.
Perkiraan kerugian penangkapan benur
berupa hasil sampingan, selama setahun di Kecamatan Mattirosompe dengan tingkat mortalitas 98
persen, adalah sebanyak 32.841.315,- ekor, berat 359.007 kg dan nilai Rp
602.215.000,-.
Manusia berusaha biar hidup
berkelanjutan,
Usaha yang berkepanjangan sangat
memperhatikan Lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar