Jumat, 05 April 2013

KAJIAN PENANGKAPAN BENUR UDANG TERHADAP SUMBERDAYA PERAIRAN

Tulisan ini merupakan sinopsis dari skripsi yang dapat memberikan satu gambaran bahwa penangkapan di perairan utamanya dengan alat tangkap  berdaya selektipitas rendah akan berdampak hasil sampingan yang cukup besar, sehingga menurut saya hal ini cukup menarik perhatian untuk dijadikan satu referensi dalam menangani Lingkungan Hidup yang Biru.

 

TELAAH HASIL SAMPINGAN PENANGKAPAN BENUR UDANG WINDU DI PANTAI LANGNGA  PINRANG  SULSEL



RINGKASAN


TELAAH HASIL SAMPINGAN PENANGKAPAN BENUR UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) DI PERAIRAN PANTAI LANGNGA KAB. PINRANG SULSEL.  Oleh, Bakri No. Pokok 81 05 157  di bawah bimbingan Dr. Ir. M NATSIR NESSA, MS,  IR. ARSYUDDIN SALAM, M.Agr.Fish dan IR. MUH. ARIFIN DAHLAN.

Penangkapan benur di perairan pantai membawa suatu persoalan baru, karena penangkapan benur menggunakan alat tangkap dengan daya selektifitas yang kecil, sehingga penangkapan benur ini juga mendapatkan organism lain.  Jika penangkapan ini berjalan tanpa control dapat merusak kelestarian sumberdaya hayati perairan,

Tujuan penelitian ini menelaah jumlah, jenis dan nilai hasil sampingan penangkapan benur, serta mengetahui besarnya tangkapan hasil sampingan benur berdasarkan alat tangkap, waktu penangkapan, lokasi penangkapan dan jenis pasang.

Penelitian berlangsung di Perairan Pantai Langnga Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, selama 45 hari mulai dari  tanggal 01-12-1985 sampai tanggal 15-01-1986, menggunakan alat tangkap Jaring Porok dan Seser Tancap.

Hasil sampingan yang diperoleh selama penelitian sebesar 99,01 persen sedang benur hanya 0,99.   Komposisi golongan hasil sampingan yang tertangkap adalah Udang Ekonomis (55,4 persen) didominasi Acetes spp (43,04 persen), Udang tidak Ekonomis (15,5 persen) didominasi Lucifer spp  (11,79 persen), Kepiting (2,78 persen) didominasi Portunnus spp  (1,79 persen), Ikan Ekonomis (21,37 persen) didominasi Elops machnata (3,72 persen) dan Ikan tidak Ekonomis (4,95 persen) didominasi Diodon hystrix L (0,86 persen).

Hasil tangkapan bulan Desember 1985 untuk hasil sampingan sebesar 50,87 persen sedang bulan Januari 1986 sebesar 48,14.   Hasil sampingan yang tertangkap menggunakan Jaring Porok sebesar 56,38 persen dan Seser Tancap mendapatkan 42,63 persen.   Berdasarkan lokasi didapatkan hasil sampingan yaitu, lokasi I sebesar 34,8persen, lokasi II sebesar 30,85 persen dan lokasi  III sebesar 33,26 persen, ketiga parameter ini  parameter ini mendapatkan hasil sampingan yang tidak berbeda nyata.   Sedang berdasarkan pasang hasil sampingan berbeda nyata yaitu Pasang rendah sebesar 51,33 persen, Pasang sedang sebesar 31,61 persen dan Pasang tertinggi sebesar 16,07 persen.

Perkiraan kerugian penangkapan benur berupa hasil sampingan, selama setahun di Kecamatan  Mattirosompe dengan tingkat mortalitas 98 persen, adalah sebanyak 32.841.315,- ekor, berat 359.007 kg dan nilai Rp 602.215.000,-.

 














Manusia berusaha biar hidup berkelanjutan,
Usaha yang berkepanjangan sangat memperhatikan Lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...