Selasa, 29 Oktober 2024

SEKILAS SI PITUNG SOSOK ROBIN HOOD BETAWI DITAKUTI BELANDA TAPI DICINTAI ORANG BETAWI.

NusaNTaRa.Com

byLaDollaHBantA,       M  i  n  g  g  u,    2    7       O    k    t    o    b    e    r       2    0    2    4 

Legends Si Pitung :  Robin Hood ditakuti Belanda, dicintai wong Betawi
Dicky Zulkarnaen memerankan Si Pitung (1970) .  In Search of Si Pitung  :  The History of an Indonesian Legenda " karya Margreet Van Till.  

Kisah Si Pitung sudah melegenda sejak lama di Jakarta bahkan telah beberapa kali di Filmkan sebagai jagoan dan pahlawan Wong Betawi,  bahkan sosok jago silat (maen pukulan) Betawi itu dianggap serupa Robin Hood dari Inggris.   Dikisahkan  Ia merampok kaum penjajah dan lintah darat lalu hasil rampokannya dibagikan kepada mereka yang tak berpunya karena  kisah itu didongengkan secara turun-temuru  dan unsur melebih-lebihkan cerita, jelas ada,   sehingga   orang pun jadi tak dapat membedakan mana dongeng, mana fakta,  apakah  ?  Pitung sebagai perampok atau sebagai pejuang  ?.    Begini kisahnya.

Tradisi lisan terkait Si Pitung telah menyebar dari mulut ke mulut meski berlebiah-lebihan tapi realita keberadaan sosok heroic itu memang ada.   Cerita terkait kehebatan Jawara Rawa Belong tak jarang diselimuti kabut tebal,   suatu  cerita rakyat yang berkembang menyebut Si Pitung adalah pembela kaum tani dan mereka yang  teraniaya.   Alih-alih penjahat.    Kisah Pitung bermula dari sosoknya yang hidup di lingkungan keluarga Betawi di Rawa Belong,  seorang peria  kelahiran Pangumben, Rawa Belong itu sudah sedari kecil dibiasakan belajar perkara ilmu agama dan main pukulan. Sore mengaji, malamnya berlatih maen  pukulan atau silat.

Tradisi Betawi itu jadi alasan Pitung geram kala melihat penindasan.   Ia tak peduli dengan siapa saja yang melakukan penindasan  pasti   akan dilawan,  apakah  kaum bumiputra (tuan tanah) ataupun  orang Belanda.   Kegeraman itu diperkuat dengan pengalamannya kehilangan uang.   Pitung sakit hati.     Menurut satu cerita rakyat, Pitung terpaksa melakukan perampokan setelah uang yang dia terima dari hasil penjualan kambing  ayahnya di pasar di Pasar Tanah Abang, dicuri.   Usahanya untuk mendapatkan kembali uang dari si pencuri membangun reputasinya sebagai seorang jago  ”,   Ujar SiDin Sejarawan Bondan Kanumoyoso dalam buku Ommelanden (2023).

Kejagoan  disini merujuk kepada seseorang yang menggunakan ilmu maen pukulan untuk menegakkan kebajikan.    Ia sangat membenci penjajahan  karena  baginya penjajah dan tuan tanah lintah darat hanya tahu memeras kaum bumiputra dan harus diberi pelajaran agar lenyap dari tanah leluhurnya, Betawi.   Kekesalannya itu berbuah ide merampok kekayaan tuan tanah dan penjajah Belanda,  karena  Pitung yakin harta benda yang  dirampoknya adalah  hak rakyat kecil.    Ia sering membagikan hasil rampokannya kepada mereka yang tak berpunya, nah hasil  kebaikannya  itu membuat imej Pitung dikenal sebagai Robin Hood dari Betawi.

Aksi Pitung 1892-1983

Rumah kediaman Si Pitung

Tokoh Si Pitung bukan hanya berada dalam  tataran cerita rakyat.   Sosok Pitung bujur-bujur nyata  dan  populer kala itu  bahkan menjadi  pembicaraan seisi Batavia pada 1892-1893.   Pembicaraan terkait Si Pitung dan gerombolannya sebagai perampok yang berbahaya bertebaran dalam dokumen colonial Belanda.    Aksi Pitung dalam membobol rumah tuan tanah dan orang Belanda terus diwartakan dalam media kala itu,   Pitung sampai mendapatkan status sebagai perampok paling berbahaya di Batavia,   semua tak lain karena Pitung tak segan-segan menggunakan kekerasan dan pistol dalam tiap aksinya.

Aksi perampokan Pitung yang paling besar diketahui hadir di dua rumah orang kaya. Rumah dari Nyonya de C  dan  rumah  Haji Sapiudin – seorang keturunan Bugis dari Marunda.     Pada malam antara 30-31 Juli 1892, Si Pitung bersama lima orang dari gerombolannya (Abdul Rahman, Moedjeran, Merais, Dji-ih, dan Gering) dipersenjatai pistol menyusup masuk ke rumah haji.    Seorang bandit  diantaranya mengancam pemilik rumah dengan senjata api.  Tembakan dilepaskan  seorang rekannya supaya penghuni kampung tidak mendekat  ”,   Ujar SiDin sejarawan Margreet van Till dalam buku Batavia Kala Malam :  Polisi, Bandit,  dan Senjata Api (2018).

Perampokan itu berhasil.  Pitung dan gerombolannya berhasil menggondol  banyak harta benda,  konon harta benda itu sebagiannya dibagikan kepada warga yang tak berpunya. Kabar aksi perampokan Pitung mulai menyebar membawa kepanikan.   Orang Belanda panik, orang Betawi justru bersorak gembira,  sembari mereka meyakini   Pitung sebagai ikon perlawanan terhadap penjajahan.   Orang Betawi tak terlalu peduli dengan status Pitung dianggap orang Belanda sebagai bandit dan penjahat.

Aksi Pitung pun sempat dilumpuhkan. Pitung dan gerombolannya sempat merasakan dinginnya sel dari Penjara Meester Cornelis (sekarang  :  Jatinegara).   Namun, penjara itu tak mampu mengekang aksi Pitung jadi manusia bebas.   Ia mampu melarikan diri dari penjara  dan  Pitung terus buat onar.   Beberapa kali dianggap telah membunuh penyelidik dari aparat keamanan.   Schout Hinne yang digadang-gadang sosok polisi terbaik Batavia ikut terlibat melakukan pengejaran dan berhasil. Pitung baru bisa dilumpuhkan pada Oktober 1983.

Simbol Perlawanan

Pitung Boleh meninggal dunia, tapi imbas dari aksi-aksinya terus meneror orang Belanda.   Ambil contoh kesaksian penasehat urusan bumiputra pemerintah Hindia-Belanda Snouck Hurgronje pada 1902. Kesaksian itu dibuat saat Pitung sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.     Di Betawi dan Maester Cornelis, enam sampai delapan tahun yang lalu ketidaknyamanan jauh lebih besar daripada sekarang. Residen Von Schmidt kehilangan akal  karena harus mengadakan operasi yang sia-sia melawan Pitung dan teman-temannya, serta karena banyaknya peristiwa perampokan di jalan dan pembobolan rumah yang kurang ajar   ”,   Ungkap Snouck Horgronje dengan Cakap besarnya,  dikutip buku Nasihat-Nasihat C. Hurgronje Semasa Kepegawaiannya di Hindia-Belanda 1889-1936 Jilid IV (1991).

Imej Pitung di mata Belanda tak jauh dari seorang bandit, penjahat  atau perampok.   Namun, tidak di mata orang Betawi. Budayawan Betawi, Ridwan Saidi menganggap Pitung sebagai simbol perlawanan. Aksi Pitung merampok dapat menimbulkan rasa kepanikan luar biasa di antara penjajah.      Bagi orang Betawi, yang penting Pitung telah melakukan perlawanan terhadap penjajah.  Ia telah membuat panik kekuasaan kolonial.  Ia merepotkan polisi Belanda.   Rakyat memperoleh kepuasan menyaksikan bagaimana Pitung berhasil mengecoh polisi Belanda   ”,  Cakap SiDin Ridwan Saidi dalam buku Profil Orang Betawi  :   Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya (2001).

Sebuah Film Si Pitung dibintangi Dizky Zulkarnaen

Si Pitung Jawara Anak Betawi, melibas ketidak adilan.

Merampok Belanda dan anteknya untuk orang Betawi miskin.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...