Pulau
Cocos ( Keeling Island ) dan Chrysmast
Island merupakan Gugusan pulau kecil yang bertebaran di Samudra Hindia, sebelah
selatan Indonesia yang masih berada dalam satu landas continental dengan kepulauan
Nusantara dan memiliki Iklim tropis dan flora dan fauna yang relatip lebih
Indonesia ketimbang Australia, seperti Kelapa yang mendominasi kawasan ini serta Jenis satwa endemic yang cukup popular dari
daerah ini adalah Kepiting Merah, pada musim tertentu dapat mencapai 40 jutaan
ekor yang berkeliaran di pantai dan kota namun tidak berbahaya karena berukuran
relatip kecil. Realitanya sekarang
Gugusan pulau kecil yang minim air tawar ini masuk dalam wilayah administrasi Territorial Australia sejak
1955 dengan kepala Administrasinya
adalah Neil Amstrong, namun sebelumnya daerah ini pernah dikuasai oleh Inggris dan
SriLangka.
Gugusan
pulau kecil tersebut memiliki dua wilayah bagian yang berdiri sendiri dengan
ibukota masing-masing meski masih dalam satu wilayah Administrasi territorial
Australia yaitu Bagian Cocos Island (Keeling Island) beribukota West
Island dan Bagian Chrysmast Island (Pulau Natal) dengan ibukota Flying Fish
Cove. Hanya sebagian kecil dari gugusan
pulau ini yang berpenghuni terutama
di daerah pemerintahan, pertambangan dan daerah wisata selebihnya hanyalah pulau kosong
yang banyak ditumbuhi pohon kelapa, Padang semak, Semak, Pasir putih dan karang laut yang
indah yang dijadikan sebagai tujuan wisata dan Taman Nasional.
Gugusan Cocos
dan Chrysmast terdiri dari 3 pulau atoll besar dan 27 kepulaun koral kecil yang
berjarak sekitar 850 km dari kota Jakarta, dihuni sekitar 2.150 jiwa yang
menghuni daerah kota, yang terdiri dari Etnis Eropah, Mandarin dan Melayu
(Melayu, Bugis dan Jawa) dan mayoritas penduduknya dari etnis Melayu. Keberadaan penduduk di kepulauan ini, ketika
bangsa Inggris menguasai daerah ini membuka perkebunan dan
pertambangan lalu mereka mendatangkan pekerja Melayu dan Mandarin dari
Malaysia, Singapur dan Jawa dan sebagian ketibaannya di pulau ini karena kebiasaan suku Nusantara untuk
mengembara ke wilayah utara Australia
hingga ke Gugusan pulau ini yaitu suku Bugis.
Sudah menjadi ciri khas daerah ini dengan gurauan bahasa Melayu, Rumah kayu yang berada ditepi pantai yang
bercirikan Jawa dan beberapa budaya Melayu yang masih hidup disana dan sesekali anda
akan menemukan siaran TV yang berisi Sinetron Indonesia.
Sejarah
keberadaan Pulau ini berawal tahun 1609 ketika Kapten William Keeling bangsa eropah
dalam pelayarannya menemukan
pulau ini, Stanford Raffles yang menjadi penguasa Inggris
di Indonesia, Malaysia dan kawasan ini tahun 1811 yang kemudian mendatangkan warga Mandarin, Melayu dan Jawa dan pada tahun 1825
Kapten John Cluines – Ross seorang pelaut dan pedagang Skodlandia
mengunjungi pulau ini dan menjadikannya sebagai kediaman keluarganya. Semua warga tersebutlah yang menjadi cikal
penduduk disana, dan hingga kini diperkirakan 80 % penduduk tersebut adalah
Melayu dan Islam dan 20 % bangsa Eropah. Bahasa yang digunakan
dalam pergaulan disana adalah Inggris
dan Melayu namun bahasa resmi dan sekolah menggunakan bahasa Inggris yang ditetapkan
oleh Pemerintah Australia.
Pulau
Cocos atau Keeling Island
Gugusan bagian ini terdiri dari 2 Pulau Atol dan 27 kepulauan beribukota West Island , berjarak
1.000 km dari Jakarta di Sebelah Selatan dan 2.800 km dari Pert Australia Barat
di sebelah Baratnya. Terbagi atas, Pulau Keeling Utara berbentuk hurup C dengan
pasirnya yang indah dengan keluasan 1,5 km2 dan menjadi Taman Nasional sejak 12
Desember 1995 dan Pulau Keeling Selatan
seluas 13.2 km2 terdir dari 24 gugus pulau karang kecil yang membentuk
Cincin.
Hanya Home
Island dan West Island yang berpenghuni yaitu dari Etnis Eropah, Mandarin, dan Melayu yang
berjumlah 650 jiwa, dengan populasi penduduk terbagi atas untuk West
Island sebanyak 140 jiwa dari bangsa
Eropah dan Home Island berjumlah 510
jiwa dari etnis Melayu
Chrysmast
Islan (Pulau Natal)
Populasi penduduk
daerah ini tentunya lebih ramai sekitar 1.500 jiwa dari Etnis Eropah, Mandarin
dan Melayu sehingga tak heran bahwa di daerah ini masih kental penggunaan
bahasa Melayu dan masih ditemukan kesenian wayang Kulit yang terbuat dari Kulit
Ikan Hiu Kering dan pendalang yang pernah popular ialah Mbah Itjang Surono (1949). Penduduk tersebut banyak bekerja sebagai
buruh tambang Posfat yang merupakan produksi utama daerah ini yang diekspor ke berbagai negara.
Ibu Kota administrates
Territorial Australia ini adalah Flying Fish Cove dan kota besar lainnya adalah
Kota Perak, Poou Saan dan Drumsite dengan total luas wilayah bagian ini 135 km2
yang terletak pada 500 km dari Jakarta sebelah selatan dan 2.600 km dari Pert
di sebelah Barat Australia.
Flying Fish Cove memiliki bandara Udara kecil yang dapat di darati
Pesawat Silk Air dari Singapore dan Jet dari penerbangan Australia.
Di Tawau
Sabah Malaysia terdapat satu kampung bernama Kampung Kokos dengan etrnik suku
tersendiri yang unik, dan menurut kisah mereka berasal dari Kepulauan
Kokos tersebut yang di bawa Pihak Inggris ke Sabah untuk membantu dalam mengurus perkebunan yang banyak berdiri disana saat itu seperti kebun
Coklat, Karet dan Kebun Pisang serta kegiatan perindustrian lainnya.
by BakriSupian
Pulau Chrysmas Pulau Cocos di lautan Ratu Kidul,
Hidup indah berhiaskan budaya daerah yang tumbuh secara Natural.
Kepingin juga rasanya ke pulau ditengah lautan luas itu .....
BalasHapus